Mendengarkan Allah
Saya pernah merasa begitu lemah, yakni ketika flu dan alergi meredam dan membungkam pendengaran saya. Selama berminggu-minggu saya berjuang untuk dapat mendengar dengan jelas. Kondisi tersebut membuat saya menyadari betapa saya telah menyepelekan pendengaran saya sebelumnya.
Dipersatukan dalam Kristus
Ketika kita melihat daftar nama dalam Alkitab, kita mungkin cenderung melewatkannya begitu saja. Namun sebenarnya kita dapat menemukan banyak hal berharga di dalamnya, seperti dalam daftar nama 12 rasul yang dipanggil Yesus untuk melayani bersama-Nya. Banyak nama yang sudah tidak asing—Simon yang disebut Yesus sebagai Petrus, sang batu karang. Dua nelayan yang bersaudara, Yakobus dan Yohanes. Yudas Iskariot, si pengkhianat. Akan tetapi, kita bisa dengan mudah melewatkan fakta bahwa Matius si pemungut cukai dan Simon orang Zelot pasti pernah menjadi musuh.
Kekayaan Sejati
Pada ibadah penghiburan untuk mengenang ayah dari seorang teman, seseorang berkata kepada teman saya itu: “Sebelum bertemu ayahmu, aku belum pernah mengenal seseorang yang merasa begitu senang saat menolong orang lain.” Ayahnya mengambil bagian dalam membangun kerajaan Allah dengan melayani sesama, membawa sukacita dan kasih, serta menjadi sahabat bagi orang-orang asing. Ketika meninggal dunia, beliau meninggalkan warisan kasih yang indah. Sebaliknya, bibi dari teman saya itu—saudari tertua dari sang ayah—memandang harta miliknya sebagai warisan. Ia menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya dengan mengkhawatirkan siapa yang akan menjadi pewaris dari harta pusaka dan buku-buku langkanya.
Siap Sedia untuk Pernikahan
Aku lapar,” kata putri saya yang berumur delapan tahun. “Maaf Nak, Mama sedang tidak bawa makanan. Kita main tic-tac-toe saja yuk.” Sudah lebih dari satu jam kami menunggu kedatangan pengantin wanita di gereja untuk upacara pernikahan yang seharusnya diadakan pukul 12 siang. Sambil bertanya-tanya berapa lama lagi kami harus menunggu, saya mencoba menyibukkan putri saya sampai upacara pernikahannya dimulai.
Juru Bicara Allah
Saya merasa tegang saat menunggu dering telepon dan wawancara radio yang akan segera dimulai. Saya memikirkan tentang pertanyaan yang akan diajukan si penyiar dan bagaimana saya harus menjawabnya. “Tuhan, aku lebih memilih untuk menulis,” doa saya. “Tetapi aku rasa sama seperti Musa—aku harus percaya Engkau akan menolongku dalam berkata-kata.”
Bernaung dari Teriknya Matahari
Tinggal di Inggris membuat saya tidak terlalu khawatir akan terkena sengatan sinar matahari. Lagi pula matahari biasanya tertutup gumpalan awan tebal. Namun, saya baru saja menghabis-kan waktu di Spanyol dan segera menyadari bahwa dengan kulit pucat yang saya miliki, saya hanya dapat bertahan sepuluh menit di bawah sinar matahari dan setelah itu harus kembali bersembunyi di bawah payung.
Saling Menajamkan
Perkataan teman saya itu sungguh menyakitkan. Sembari berusaha tidur, saya berjuang untuk berhenti memikirkan komentar-komentar pedasnya tentang ketegasan sikap saya. Di atas tempat tidur itu, saya meminta hikmat dan ketenangan dari Allah. Beberapa minggu kemudian, karena masih terusik oleh masalah itu, saya pun berdoa, “Aku terluka, ya Tuhan, tetapi tunjukkan padaku apa yang perlu kuubah. Tunjukkanlah padaku apa yang benar dari pendapatnya.”
Ratapan Menjadi Sukacita
Kami harus memberhentikanmu dari pekerjaan.” Kalimat itu membuat saya terguncang ketika sepuluh tahun lalu perusahaan tempat saya bekerja tidak lagi membutuhkan tenaga saya. Saat itu, saya sangat sedih karena merasa pekerjaan saya sebagai editor sudah menjadi identitas saya. Baru-baru ini, saya kembali merasakan kesedihan ketika proyek yang saya kerjakan secara lepas tidak lagi diperpanjang. Namun kali ini saya tidak terguncang seperti dahulu, karena dari tahun ke tahun saya telah melihat bahwa Allah itu setia dan Dia sanggup mengubah ratapan saya menjadi sukacita.
Komunikasi yang Dimengerti
Saat berjalan-jalan di lingkungan tempat tinggal saya di London Utara, saya bisa mendengar orang-orang berbicara dalam berbagai bahasa, di antaranya Polandia, Jepang, Hindi, Kroasia, dan Italia. Keanekaragaman itu terasa begitu indah, meskipun saya sama sekali tidak mengerti apa yang mereka katakan. Ketika masuk ke kedai kopi milik orang Rusia atau pasar orang Polandia dan mendengar beragam aksen di sana, saya pun membayangkan alangkah luar biasanya ketika dahulu pada hari Pentakosta ada orang-orang dari berbagai bangsa yang mengerti semua yang diucapkan oleh para rasul.