Sepenuhnya Yakin dalam Allah
Saya menulis sepucuk surat untuk masing-masing anak kami ketika mereka beranjak remaja. Dalam salah satu surat tersebut, saya berbicara tentang identitas orang percaya di dalam Kristus, sambil mengingat bagaimana dahulu pada masa remaja saya merasa minder dan tidak percaya diri. Saya harus belajar meyakini bahwa saya dikasihi Allah sebagai anak-Nya. Dalam surat itu saya menulis, “Mengenal siapa dirimu berarti mengenal Dia yang memilikimu.” Karena ketika kita mengerti bahwa Allah telah menciptakan kita dan kita berkomitmen untuk mengikuti-Nya, kita bisa menerima karya-Nya atas diri kita dengan yakin. Kita juga tahu bahwa Dia terus mengubah kita menjadi semakin serupa dengan-Nya dari hari ke hari.
Memberitakan tentang Yesus
Tak lama setelah percaya kepada Kristus, Dwight Moody (1837–1899) bertekad untuk tidak melewatkan satu hari pun tanpa memberitakan kabar baik dari Allah kepada setidak-tidaknya satu orang. Adakalanya pada hari-hari yang sibuk, ia baru teringat pada tekadnya itu di malam hari. Suatu malam, ia teringat ketika sudah terbaring di atas tempat tidurnya. Sambil berjalan keluar rumah, ia berpikir, Tidak akan ada orang yang keluar di tengah hujan lebat seperti ini. Namun, tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki lewat di jalan. Moody cepat-cepat mendatangi orang itu dan minta izin menumpang di bawah payungnya agar tidak kehujanan. Setelah diizinkan, ia pun bertanya, “Apakah Anda mempunyai tempat berlindung di waktu badai? Bolehkah saya bercerita tentang Yesus kepada Anda?”
Mencari Pertolongan Allah
Selama lima tahun di penghujung abad ke-19, hama belalang menyerang Minnesota dan merusak tanaman pertanian. Para petani berusaha menjerat hewan-hewan itu dengan ter dan membakar lahan untuk memusnahkan telur-telurnya. Dalam keputusasaan dan terancam bahaya kelaparan, warga menyerukan agar dilakukan doa serentak di seluruh penjuru negara bagian untuk memohon pertolongan Allah. Gubernur pun menuruti seruan tersebut dan menetapkan tanggal 26 April sebagai hari doa bersama.
Rahasia Hidup Berkecukupan
Ketika Joni Eareckson Tada kembali ke rumah setelah mengalami kecelakaan saat berenang yang membuatnya lumpuh dari leher ke bawah, hidupnya berubah sama sekali. Pintu rumahnya menjadi terlalu sempit untuk dilewati dengan kursi roda dan wastafel menjadi terlalu tinggi untuk dipakai. Meski awalnya harus disuapi, Joni lalu memutuskan untuk belajar makan sendiri. Saat pertama kalinya ia mencoba mengangkat sendok khusus ke mulutnya dari belat penyangga lengannya, ia merasa malu karena saus apel di sendok itu tumpah ke bajunya. Namun, ia tidak menjadi putus asa. Ia berkata, “Rahasiaku adalah belajar mengandalkan Yesus dan berdoa, ‘Tuhan, tolonglah aku melakukannya!’” Sekarang ia dapat menggunakan sendok dengan baik.
Membagikan Iman Kita
Ketika penulis dan penginjil Becky Pippert tinggal di Irlandia, ia rindu membagikan kabar baik tentang Yesus Kristus kepada Heather, perias kuku di sebuah salon yang sudah dua tahun dikunjunginya. Akan tetapi, Heather sepertinya tidak tertarik dengan urusan rohani. Karena merasa berat untuk memulai obrolan, Becky pun berdoa sebelum mengunjungi salon itu.
Milik-Nya yang Sah
Liz menangis bahagia ketika mereka memperoleh akta kelahiran dan paspor untuk anak mereka, sehingga adopsi yang mereka lakukan telah sah secara hukum. Sekarang Milena akan selalu menjadi anak mereka, dan selamanya menjadi anggota keluarga mereka. Saat merenungkan segala proses hukum itu, Liz teringat pada “pertukaran sejati” yang terjadi ketika kita menjadi anggota keluarga Yesus: “Kita tidak lagi terbelenggu oleh kelemahan dan dosa warisan kita,” melainkan secara sah masuk sepenuhnya ke dalam Kerajaan Allah ketika kita diangkat menjadi anak-anak-Nya.
Diam di dalam Hati Kita
Terkadang perkataan anak kecil dapat mengagetkan kita dan membawa kita kepada pengertian yang lebih mendalam tentang kebenaran Allah. Suatu malam ketika anak perempuan saya masih kecil, saya menceritakan kepadanya salah satu rahasia besar dari iman Kristen—bahwa Allah melalui Anak dan Roh Kudus-Nya tinggal di dalam diri anak-anak-Nya. Ketika saya menidurkannya, saya berkata bahwa Yesus hadir bersamanya dan di dalam dirinya. “Jadi Dia ada dalam perutku?” tanya anak saya, “Kamu tidak menelan-Nya sih,” jawab saya. “Tetapi Dia benar-benar berada di dalam dirimu.”
Memberikan Pengampunan
Ketika mengenang pengalamannya mengampuni Manasseh, pria yang membunuh suami dan sejumlah anaknya dalam peristiwa genosida di Rwanda, Beata berkata, “Pengampunanku didasari pada apa yang telah Yesus lakukan. Dialah yang menanggung hukuman untuk setiap perbuatan jahat yang diperbuat manusia sepanjang zaman. Salib-Nya adalah satu-satunya tempat kita memperoleh kemenangan!” Bukan cuma sekali Manasseh mengirimkan surat kepada Beata dari penjara untuk memohon pengampunan-nya—dan pengampunan Allah—sambil menceritakan mimpi buruk yang sering menghantuinya. Awalnya, Beata tidak mau memberikan pengampunan, karena ia membenci pria yang telah menghabisi keluarganya itu. Namun kemudian, “Yesus mengusik pikirannya” dan dengan pertolongan Allah, sekitar dua tahun kemudian, Beata pun mengampuni Manasseh.
Menjamu Tamu Agung
Setelah bertemu dengan Ratu Inggris di sebuah pesta dansa di Skotlandia, Sylvia dan suaminya menerima pesan bahwa keluarga kerajaan akan mengunjungi mereka untuk minum teh. Sylvia yang merasa gugup karena akan menjamu keluarga kerajaan itu mulai membersihkan rumah dan menyiapkan segala sesuatu. Sebelum para tamu agung itu tiba, ia memetik beberapa kuntum bunga dari taman untuk ditata di atas meja. Dengan jantung yang masih berdebar-debar, ia merasa Allah mengingatkannya bahwa Dialah Raja di atas segala raja, dan Dia menyertainya setiap hari. Sylvia pun langsung menjadi tenang dan berpikir, “Ah, yang datang ini hanya Ratu!”