Penulis

Lihat Semua
Anne Cetas

Anne Cetas

Anne Cetas mulai menulis untuk buku renungan ini sejak tahun 2004 dan menjabat sebagai editor pengelola publikasi. Ia dan suaminya, Carl, suka bersepeda bersama, dan melayani sebagai mentor dalam suatu pelayanan perkotaan.

Artikel oleh Anne Cetas

Komunitas di dalam Kristus

Di wilayah selatan Kepulauan Bahama terdapat sebidang kecil tanah yang disebut Ragged Island. Tadinya pada abad ke-19, tempat itu merupakan penghasil garam yang aktif, tetapi setelah industri tersebut merosot, banyak orang pindah ke pulau-pulau terdekat. Pada tahun 2016, jumlah penduduk pulau itu kurang dari delapan puluh orang, tetapi terdapat tiga denominasi Kristen di sana. Meski demikian, jemaat dari ketiga denominasi itu berkumpul bersama di satu tempat untuk beribadah dan bersekutu setiap minggunya. Dengan jumlah penduduk yang sangat sedikit, ada kepentingan untuk terus menjaga rasa kebersamaan di antara mereka.

Sebuah Petualangan

“Kekristenan tidak cocok untuk saya. Kedengarannya membosankan. Salah satu prinsip yang saya junjung tinggi adalah petualangan. Itulah arti hidup bagi saya,” ucap seorang wanita muda kepada saya. Saya sedih karena ia belum menyadari betapa besar sukacita dan kegembiraan yang kita rasakan karena mengikut Yesus—sebuah petualangan yang tiada bandingannya. Dengan penuh semangat saya bercerita kepadanya tentang Tuhan Yesus dan bagaimana di dalam Dia, kita menemukan hidup yang sejati.

Adakah yang Lebih Baik?

Eric mendengar tentang kasih Yesus kepadanya saat ia baru menginjak usia dua puluhan. Ia mulai beribadah di gereja, dan di sana ia bertemu seseorang yang membantunya bertumbuh semakin mengenal Kristus. Tak lama kemudian mentornya mempercayakan Eric untuk mengajar sebuah kelompok kecil bagi anak laki-laki di gereja itu.

Kebebasan di Jalan yang Benar

Dalam Beep Baseball, permainan bisbol untuk kaum tunanetra, para pemain perlu mendengarkan bola yang berbunyi “beep” atau base yang berdengung untuk tahu apa yang harus dilakukan dan arah mana yang harus dituju. Pemukul yang ditutup matanya (karena para pemain memiliki derajat kebutaan yang beragam) dan pengumpan yang dapat melihat berada dalam tim yang sama. Ketika pemukul mengayunkan tongkat dan berhasil memukul bola yang berbunyi, ia akan berlari ke arah base yang berdengung. Si pemukul harus keluar jika ada pemain lapangan yang menangkap bola sebelum si pemukul tiba di base. Bila itu tidak terjadi, si pemukul akan mendapat angka. Salah seorang pemainnya berkomentar bahwa bagian terbaik dari permainan itu adalah ketika ia merasakan “kebebasan besar saat berlari”, karena mengetahui adanya arah dan jalan yang jelas.

Siapa yang Layak Dipuji?

Mulai dari tangga putar hingga kamar tidur yang luas, dari lantai kayu hingga karpet mewah, dari ruang cuci yang besar hingga ruang kerja yang tertata rapi, seorang agen jual-beli rumah menunjukkan sebuah rumah yang sedang dijual kepada sepasang suami-istri. Pasangan muda itu tak henti-hentinya memuji keindahan rumah tersebut: “Anda memilihkan rumah yang terbaik untuk kami. Rumah ini sangat mengagumkan!” Namun, sang agen menjawab dengan cara yang mungkin tidak lazim, tetapi tidak salah juga: “Akan saya sampaikan pujian Anda kepada pembangunnya. Orang yang membangun rumah inilah yang layak menerima pujian, bukan rumah ini maupun orang yang menunjukkannya kepada Anda.”

Berburu Pemulihan Batin

Dulunya Carson sangat aktif berburu, memancing, mengendarai motor trail, dan bermain papan seluncur. Ia menyukai segala aktivitas luar ruangan. Namun, Carson mengalami kecelakaan motor dan menjadi lumpuh dari dada ke bawah. Akibatnya, ia mengalami depresi dan merasa tidak lagi memiliki masa depan. Suatu hari, beberapa kawan mengajaknya pergi berburu lagi. Untuk sesaat pikiran Carson teralihkan dari cederanya sembari menikmati keindahan di sekelilingnya. Pengalaman tersebut memulihkan batinnya dan mengilhami tujuan baru dalam hidupnya. Ia tergerak untuk memberikan pengalaman serupa bagi orang lain yang mengalami keterbatasan seperti dirinya lewat sebuah organisasi nirlaba, Hunt 2 Heal. Ia menyatakan kecelakaannya sebagai “berkah terselubung. . . . Sekarang saya dapat mengabdi kepada masyarakat, sesuatu yang sudah lama ingin saya lakukan. Saya senang.” Ia sangat bersemangat dalam menyediakan wadah bagi para penyandang disabilitas berat serta perawat mereka untuk mendapatkan pemulihan.

Tantangan untuk Melayani

Meski baru berusia tiga belas tahun, DeAvion menyambut tantangan untuk melayani orang lain. Ia dan ibunya pernah mendengar cerita tentang seorang pria yang meminta anak-anak untuk memotong rumput lima puluh pekarangan secara cuma-cuma selama liburan musim panas. Fokus mereka adalah membantu para veteran, ibu tunggal, penyandang disabilitas, atau siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Penggagasnya (yang sudah memotong rumput lima puluh pekarangan di lima puluh negara bagian) membuat tantangan tersebut untuk mengajarkan pentingnya etos kerja dan pengabdian kepada masyarakat. Meski cuaca panas dan ada beragam aktivitas lain yang dapat diikuti oleh remaja sepertinya pada musim panas, DeAvion memilih untuk melayani orang lain dan menuntaskan tantangan tersebut.

Merasa Sendirian?

Keluarga Sue berantakan. Suaminya tiba-tiba meninggalkan rumah, dan sekarang Sue dan anak-anak merasa bingung dan marah. Sue pernah mengajak suaminya melakukan konseling pernikahan, tetapi si suami menolak dengan beralasan masalahnya ada di Sue. Kesadaran bahwa suaminya mungkin takkan kembali lagi membuat Sue panik dan putus asa. Mampukah ia mengurus dirinya dan anak-anak seorang diri?

Kita adalah Orang Asing

Bagi keluarga pendatang itu, segala sesuatu terasa sangat berbeda di negara mereka yang baru—bahasa, sekolah, kebiasaan, lalu lintas, dan cuaca. Mereka bahkan tidak yakin akan bisa beradaptasi. Namun, beberapa anggota jemaat dari gereja dekat tempat tinggal mereka bersepakat untuk datang dan membantu mereka menjalani kehidupan yang baru. Suatu hari, Patti mengajak pasangan tersebut berbelanja di pasar lokal untuk menunjukkan apa saja yang tersedia dan cara membelinya. Ketika sedang berkeliling pasar, mereka terbelalak dan tersenyum lebar melihat buah favorit yang berasal dari tanah air mereka—delima. Mereka membeli buah itu untuk masing-masing anak mereka, bahkan memberikan sebiji untuk Patti sebagai ucapan terima kasih. Buah kecil dan teman-teman baru itu telah memberikan mereka rasa nyaman di negeri asing yang kini mereka diami.