Penulis

Lihat Semua
Anne Cetas

Anne Cetas

Anne Cetas mulai menulis untuk buku renungan ini sejak tahun 2004 dan menjabat sebagai editor pengelola publikasi. Ia dan suaminya, Carl, suka bersepeda bersama, dan melayani sebagai mentor dalam suatu pelayanan perkotaan.

Artikel oleh Anne Cetas

Harapan Untuk Terus Melangkah

Sebuah pesawat udara bertenaga surya yang dinamai “Solar Impulse” dapat terbang siang-malam tanpa bahan bakar. Para penemunya, Bertrand Piccard dan André Borschberg, berharap dapat menerbangkan pesawat itu keliling dunia pada tahun 2015. Sembari terbang di sepanjang siang dengan menggunakan tenaga surya, pesawat itu juga mengumpulkan cukup banyak tenaga yang memampukannya untuk dapat terbang sepanjang malam. Ketika matahari terbit di hari berikutnya, Piccard berkata, “Fajar selalu membawa kembali harapan baru yang mendorong kami untuk bisa melanjutkan perjalanan.”

Bukan Sekadar Menanti

Saya tidak tahu apa yang terjadi di tempat tinggal Anda, tetapi di tempat saya tinggal, ketika saya menghubungi sebuah penyedia jasa servis untuk memperbaiki salah satu perabotan rumah tangga saya yang rusak, biasanya mereka akan mengatakan kurang lebih demikian, “Juru servisnya akan tiba antara pukul 1 siang dan 5 sore.” Karena saya tidak tahu kapan tepatnya juru servis itu akan tiba, yang bisa saya lakukan hanyalah menanti.

Masihkah Ada Harapan?

Saya duduk terdiam di samping makam ayah saya, sambil menunggu dimulainya upacara pemakaman ibu saya yang diadakan oleh keluarga. Pegawai rumah duka sedang membawa wadah yang berisi abu jenazah ibu saya. Hati saya terasa beku dan pikiran saya begitu kalut. Bagaimana mungkin saya dapat mengatasi kesedihan atas kepergian Ayah dan Ibu yang hanya berselang 3 bulan? Dalam duka, saya merasa begitu kehilangan dan kesepian. Saya pun merasa tidak berdaya menghadapi masa depan tanpa mereka berdua.

Meski Tak Layak Diriku

Lewat suatu konser, pikiran saya kembali dibawa pada kenangan yang indah. Pemimpin konser baru saja memberikan pengantar untuk pujian: Just As I Am (Meski Tak Layak Diriku). Saya ingat bertahun- tahun lalu, pendeta saya sering menutup khotbahnya dengan meminta orang maju ke depan sementara jemaat melantunkan pujian itu, sebagai tanda kerinduan mereka untuk menerima pengampunan dosa dari Allah.

Hikmah Dari Kekhawatiran

Seorang teman memberi saya segelas penuh air dan menyuruh saya untuk memegang gelas itu. Semakin lama saya pegang, semakin berat rasanya. Akhirnya, tangan saya pun kelelahan, dan saya harus meletakkan gelas tersebut. “Aku belajar bahwa rasa khawatir sama seperti memegang gelas yang penuh itu,” katanya. “Semakin lama aku mengkha-watirkan sesuatu, semakin ketakutanku menjadi beban yang memberatkan.”

Sekokoh Batu Karang

Pada bulan Mei 2003, terjadi sebuah peristiwa yang tragis ketika “Si Pria Tua di Gunung” terbelah, runtuh dan terguling ke lereng gunung. Pahatan alam berbentuk wajah pria tua setinggi 12 meter itu terukir di pegunungan White Mountains di New Hampshire, Amerika Serikat. Wajah itu telah lama menjadi daya tarik bagi para wisatawan, kebanggaan bagi penduduk lokal, dan lambang resmi negara bagian tersebut. Nathaniel Hawthrone menulis tentang ukiran alam ini dalam cerita pendeknya yang berjudul The Great Stone Face (Wajah Batu yang Agung).

Apa Yang Kita Inginkan?

Teman saya, Mary, mengatakan kepada saya bahwa ia tidak selalu menyanyikan semua lirik himne dan puji-pujian yang dinaikkan dalam kebaktian di gereja. Ia berkata, “Rasanya seperti tidak jujur saat menyanyikan, ‘Yang kurindu hanya Yesus’, sementara hatiku sebenarnya merindukan banyak hal yang lain.” Saya menghargai kejujurannya.

Sauh Di Tengah Badai

Ketika Matt dan Jessica sedang berusaha mengarahkan kapal layarnya masuk ke dalam sebuah teluk kecil di Florida yang sedang diterjang Badai Sandy, mereka gagal dan kapal mereka kandas. Ombak besar yang terus menerjang kapal memaksa mereka untuk segera menurunkan sauhnya. Sauh itu mem-buat kapal tersebut dapat bertahan di tempat sampai mereka berdua dapat diselamatkan. Mereka meyakini jika sauh tidak diturunkan, mereka pasti akan kehilangan kapal mereka. Tanpa sauh, ombak-ombak yang tidak henti-hentinya bergejolak itu akan menghempaskan kapal mereka sampai ke pantai.

“Jika Tuan Mau”

Molly ingin meminta bantuan ayahnya, tetapi ia takut untuk memintanya. Ia tahu bahwa ayahnya tidak mau diganggu apabila sedang bekerja dengan komputernya. Ayah mungkin akan marah padaku, pikir Molly, sehingga akhirnya ia tidak jadi meminta bantuan ayahnya.