Penulis

Lihat Semua
Anne Cetas

Anne Cetas

Anne Cetas mulai menulis untuk buku renungan ini sejak tahun 2004 dan menjabat sebagai editor pengelola publikasi. Ia dan suaminya, Carl, suka bersepeda bersama, dan melayani sebagai mentor dalam suatu pelayanan perkotaan.

Artikel oleh Anne Cetas

Kebebasan di Jalan yang Benar

Dalam Beep Baseball, permainan bisbol untuk kaum tunanetra, para pemain perlu mendengarkan bola yang berbunyi “beep” atau base yang berdengung untuk tahu apa yang harus dilakukan dan arah mana yang harus dituju. Pemukul yang ditutup matanya (karena para pemain memiliki derajat kebutaan yang beragam) dan pengumpan yang dapat melihat berada dalam tim yang sama. Ketika pemukul mengayunkan tongkat dan berhasil memukul bola yang berbunyi, ia akan berlari ke arah base yang berdengung. Si pemukul harus keluar jika ada pemain lapangan yang menangkap bola sebelum si pemukul tiba di base. Bila itu tidak terjadi, si pemukul akan mendapat angka. Salah seorang pemainnya berkomentar bahwa bagian terbaik dari permainan itu adalah ketika ia merasakan “kebebasan besar saat berlari”, karena mengetahui adanya arah dan jalan yang jelas.

Siapa yang Layak Dipuji?

Mulai dari tangga putar hingga kamar tidur yang luas, dari lantai kayu hingga karpet mewah, dari ruang cuci yang besar hingga ruang kerja yang tertata rapi, seorang agen jual-beli rumah menunjukkan sebuah rumah yang sedang dijual kepada sepasang suami-istri. Pasangan muda itu tak henti-hentinya memuji keindahan rumah tersebut: “Anda memilihkan rumah yang terbaik untuk kami. Rumah ini sangat mengagumkan!” Namun, sang agen menjawab dengan cara yang mungkin tidak lazim, tetapi tidak salah juga: “Akan saya sampaikan pujian Anda kepada pembangunnya. Orang yang membangun rumah inilah yang layak menerima pujian, bukan rumah ini maupun orang yang menunjukkannya kepada Anda.”

Berburu Pemulihan Batin

Dulunya Carson sangat aktif berburu, memancing, mengendarai motor trail, dan bermain papan seluncur. Ia menyukai segala aktivitas luar ruangan. Namun, Carson mengalami kecelakaan motor dan menjadi lumpuh dari dada ke bawah. Akibatnya, ia mengalami depresi dan merasa tidak lagi memiliki masa depan. Suatu hari, beberapa kawan mengajaknya pergi berburu lagi. Untuk sesaat pikiran Carson teralihkan dari cederanya sembari menikmati keindahan di sekelilingnya. Pengalaman tersebut memulihkan batinnya dan mengilhami tujuan baru dalam hidupnya. Ia tergerak untuk memberikan pengalaman serupa bagi orang lain yang mengalami keterbatasan seperti dirinya lewat sebuah organisasi nirlaba, Hunt 2 Heal. Ia menyatakan kecelakaannya sebagai “berkah terselubung. . . . Sekarang saya dapat mengabdi kepada masyarakat, sesuatu yang sudah lama ingin saya lakukan. Saya senang.” Ia sangat bersemangat dalam menyediakan wadah bagi para penyandang disabilitas berat serta perawat mereka untuk mendapatkan pemulihan.

Tantangan untuk Melayani

Meski baru berusia tiga belas tahun, DeAvion menyambut tantangan untuk melayani orang lain. Ia dan ibunya pernah mendengar cerita tentang seorang pria yang meminta anak-anak untuk memotong rumput lima puluh pekarangan secara cuma-cuma selama liburan musim panas. Fokus mereka adalah membantu para veteran, ibu tunggal, penyandang disabilitas, atau siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Penggagasnya (yang sudah memotong rumput lima puluh pekarangan di lima puluh negara bagian) membuat tantangan tersebut untuk mengajarkan pentingnya etos kerja dan pengabdian kepada masyarakat. Meski cuaca panas dan ada beragam aktivitas lain yang dapat diikuti oleh remaja sepertinya pada musim panas, DeAvion memilih untuk melayani orang lain dan menuntaskan tantangan tersebut.

Merasa Sendirian?

Keluarga Sue berantakan. Suaminya tiba-tiba meninggalkan rumah, dan sekarang Sue dan anak-anak merasa bingung dan marah. Sue pernah mengajak suaminya melakukan konseling pernikahan, tetapi si suami menolak dengan beralasan masalahnya ada di Sue. Kesadaran bahwa suaminya mungkin takkan kembali lagi membuat Sue panik dan putus asa. Mampukah ia mengurus dirinya dan anak-anak seorang diri?

Kita adalah Orang Asing

Bagi keluarga pendatang itu, segala sesuatu terasa sangat berbeda di negara mereka yang baru—bahasa, sekolah, kebiasaan, lalu lintas, dan cuaca. Mereka bahkan tidak yakin akan bisa beradaptasi. Namun, beberapa anggota jemaat dari gereja dekat tempat tinggal mereka bersepakat untuk datang dan membantu mereka menjalani kehidupan yang baru. Suatu hari, Patti mengajak pasangan tersebut berbelanja di pasar lokal untuk menunjukkan apa saja yang tersedia dan cara membelinya. Ketika sedang berkeliling pasar, mereka terbelalak dan tersenyum lebar melihat buah favorit yang berasal dari tanah air mereka—delima. Mereka membeli buah itu untuk masing-masing anak mereka, bahkan memberikan sebiji untuk Patti sebagai ucapan terima kasih. Buah kecil dan teman-teman baru itu telah memberikan mereka rasa nyaman di negeri asing yang kini mereka diami.

Membungkuk Dalam-Dalam

Seorang ibu muda mengikuti putrinya dari belakang, sementara sang putri mengayuh sepeda kecilnya secepat yang bisa dilakukan kaki-kaki mungilnya. Akan tetapi, ketika sepedanya melaju terlalu kencang, gadis kecil itu jatuh dari sepeda lalu mengadu lututnya sakit. Sang ibu dengan tenang berlutut, membungkuk dalam-dalam, dan mengecup lutut putrinya “untuk mengusir rasa sakitnya”. Berhasil! Si gadis kecil bangkit, naik lagi ke sepedanya, lalu kembali mengayuh. Tidakkah kita semua berharap penderitaan kita bisa pergi semudah itu?

Mewujudkan Iman Lewat Perbuatan

Tornado menyerang suatu wilayah pada malam hari di bulan Juni 2021, menghancurkan lumbung milik sebuah keluarga. Kehilangan ini begitu menyedihkan, karena lumbung itu sudah berdiri di tanah keluarga tersebut sejak akhir dekade 1800-an. Ketika keesokan paginya John dan Barb berkendara menuju gereja, mereka melihat kerusakan yang terjadi dan berpikir bagaimana mereka dapat menolong. Mereka lantas berhenti dan mengetahui bahwa keluarga tersebut membutuhkan bantuan untuk bersih-bersih. Mereka pun segera pulang untuk berganti pakaian, lalu kembali lagi untuk membantu membersihkan lumbung yang hancur oleh tornado. Mereka mewujudkan iman mereka dalam perbuatan nyata dengan melayani keluarga tersebut.

Mengasihi dan Berpaut pada Allah

Zach seorang yang lucu, pintar, dan disukai banyak orang. Namun, diam-diam ia bergumul dengan depresi. Setelah Zack bunuh diri di usia 15 tahun, ibunya, Lori, berkata, “Sulit memahami bagaimana seseorang yang memiliki begitu banyak potensi sampai melakukan hal itu. Zach . . . ternyata tidak kebal dari bunuh diri.” Terkadang saat sendiri, Lori mencurahkan segenap kesedihannya kepada Allah. Ia berkata bahwa kesedihan mendalam yang dialami setelah peristiwa bunuh diri terasa seperti “dukacita yang tak terbayangkan sebelumnya”. Meski begitu, Lori dan keluarganya belajar untuk bersandar pada Allah dan sesama untuk memperoleh kekuatan, dan kini mereka menggunakan waktu mereka untuk mengasihi orang lain yang bergumul dengan depresi.