Bertahan Hidup dan Berkembang
Croods, keluarga manusia gua dalam sebuah film animasi, percaya bahwa “satu-satunya cara bertahan hidup adalah bila keluarga kecil mereka tetap bersama.” Mereka takut pada dunia dan orang lain, sehingga waktu mencari tempat yang aman untuk didiami, mereka takut setelah mengetahui ada keluarga lain yang sudah tinggal di daerah yang mereka pilih. Namun, mereka segera belajar menerima perbedaan dari tetangga baru mereka, menerima dukungan, dan bertahan hidup bersama. Croods menyadari bahwa sesungguhnya mereka senang berteman dengan keluarga lain itu dan mereka memang membutuhkan orang lain untuk dapat menjalani hidup sepenuhnya.
Berjalan bersama Orang Lain
Billy, seekor anjing yang lucu dan setia, menjadi terkenal di dunia maya pada tahun 2020. Russell, pemiliknya, mengalami patah pergelangan kaki dan harus menggunakan kruk untuk berjalan. Tak lama kemudian Billy juga mulai berjalan terpincang-pincang setiap kali berjalan bersama pemiliknya. Karena prihatin, Russell membawa Billy ke dokter hewan, tetapi dokter berkata tidak ada masalah apa pun dengan anjing itu! Billy dapat berlari ketika sedang sendirian. Ternyata, anjing tersebut berpura-pura pincang saat berjalan dengan pemiliknya. Itulah gambaran kesungguhan untuk ikut merasakan penderitaan orang lain!
Merindukan Rumah
Anne, karakter utama dalam novel Anne of Green Gables, ingin sekali memiliki keluarga. Sebagai yatim piatu, ia tak lagi berharap akan menemukan tempat yang akan menjadi rumahnya. Namun, kemudian seorang lelaki tua bernama Matthew Cuthbert dan adiknya Marilla bersedia menerima Anne di rumah mereka. Dalam perjalanan ke rumah mereka, Anne meminta maaf karena terlalu banyak bicara. Akan tetapi, Matthew yang pendiam berkata, “Kamu boleh bicara sesukamu, aku tidak keberatan.” Anne senang sekali mendengarnya. Ia sempat merasa tidak seorang pun menginginkannya, apalagi mendengarkan ia bicara. Sesampainya di rumah, ia kecewa ketika anak-anak Matthew dan Marilla yang lain mengira mereka mendapatkan anak laki-laki untuk membantu di kebun. Anne takut sekali akan dipulangkan ke panti, tetapi kemudian kerinduan Anne untuk memiliki rumah yang penuh kehangatan terpenuhi ketika ia diterima sebagai bagian dari keluarga Cuthbert.
Iman yang Tak Tergoyahkan
Setelah ayahnya meninggal dunia, Kevin pergi ke panti jompo untuk mengambil barang-barang almarhum. Staf panti menyerahkan dua kotak kecil, dan hari itu Kevin sadar, tidak diperlukan banyak harta untuk merasa bahagia.
Hidup Berdasarkan Percaya
Gary mengalami masalah keseimbangan ketika berjalan, jadi dokter menyarankan fisioterapi untuk meningkatkan keseimbangannya. Dalam satu sesi, fisioterapis berkata, “Anda terlalu mempercayai apa yang dapat Anda lihat, meski itu salah! Anda kurang bergantung pada sistem indrawi Anda yang lain—apa yang Anda rasakan pada telapak kaki, juga sinyal yang diberikan dalam telinga Anda. Padahal, semua itu membantu Anda tetap seimbang.”
Mengasihi Allah
Seorang dosen selalu mengakhiri kelas virtualnya dengan berkata, “Sampai jumpa” atau “Selamat menikmati akhir pekan.” Beberapa mahasiswa membalasnya dengan, “Terima kasih. Anda juga!” Namun, suatu hari seorang mahasiswa menyahuti, “Aku mengasihimu.” Meski terkejut, sang dosen membalas, “Aku mengasihimu juga!” Sore itu, semua mahasiswa di kelasnya sepakat menciptakan “rantai kasih sayang” pada pertemuan berikutnya. Mereka ingin mengapresiasi sang dosen yang sebenarnya lebih suka bertatap muka tetapi masih bersedia mengajar secara virtual. Beberapa hari kemudian, selesai mengajar, ketika dosen itu berkata, “Sampai jumpa,” satu per satu mahasiswanya menjawab, “Aku mengasihimu.” Berbulan-bulan mereka melakukan kebiasaan tersebut. Sang dosen berkata bahwa kebiasaan itu menciptakan ikatan yang kuat antara dirinya dan para murid, sehingga sekarang ia merasa mereka adalah “satu keluarga”.
Jangan Takut
Linus, karakter dalam komik Peanuts, dikenal dengan selimut biru yang ia percaya akan melindunginya. Ia membawa selimut itu ke mana-mana dan tidak malu dengan kelakuannya. Kakaknya, Lucy, sangat kesal dengan selimut itu dan sering kali mencoba membuangnya. Ia menguburnya, menjadikannya layang-layang, dan memakainya untuk pameran sains. Linus sendiri tahu ia seharusnya tidak boleh terikat dengan selimutnya, dan sesekali meninggalkan selimut itu, tetapi selalu saja gagal.
Allah Memulihkan Kerusakan Kita
Collin dan istrinya, Jordan, berkeliling di sebuah toko kerajinan guna mencari benda seni untuk dipajang di rumah mereka. Collin merasa sudah menemukan barang yang tepat dan memanggil sang istri untuk melihatnya. Pada sisi kanan pajangan berbahan keramik itu tertulis: Kasih Karunia. Namun, pada sisi kirinya, terdapat dua retakan yang cukup panjang. “Lho, barang ini rusak!” seru Jordan sembari mencari benda serupa yang tidak rusak dari rak. Akan tetapi, Collin berkata, “Bukan rusak. Justru itu intinya. Sebagai manusia, kita semua rusak, tetapi kemudian kasih karunia itu datang—itu intinya.” Mereka pun memutuskan membeli pajangan yang retak itu. Ketika mereka hendak membayarnya, petugas kasir sempat berseru, “Oh, tidak, ini rusak!” “Ya, begitu juga kita,” bisik Jordan.
Saling Menolong
Ketika sedang bermain basket bersama teman-teman perempuannya, Amber menyadari bahwa lingkungannya akan sangat terbantu dengan kehadiran suatu kompetisi basket antarwanita. Ia lalu mendirikan sebuah organisasi nirlaba untuk membangun kerja sama tim dan memberikan dampak kepada generasi muda. Para pemimpin organisasi bernama “Ladies Who Hoop” berjuang untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan ketangguhan karakter kaum perempuan. Selain itu, anak-anak perempuan dan para wanita dewasa didorong untuk berkontribusi kepada pengembangan komunitas mereka. Salah seorang pemain basket senior yang sekarang sudah menjadi pembimbing berkata, “Kami merasakan kuatnya ikatan kesetiakawanan di antara kami. Itulah yang selama ini saya rindukan. Kami mendukung satu sama lain dengan berbagai cara. Saya senang melihat para gadis muda bertumbuh dan berhasil.”