Surat Yang Mengagumkan
Sesekali ketika saya dan istri membuka surat-surat yang kami terima, kami menemukan ada surat yang tidak berisi kata-kata. Ketika mengeluarkan “surat” itu dari amplopnya, kami menemukan secarik kertas yang hanya berisi coret-coretan spidol yang berwarna-warni. “Surat” itu menggembirakan hati kami karena itu dibuat oleh Katie, cucu kami yang masih batita, yang tinggal di negara bagian lain. Sekalipun tanpa kata, surat-surat itu memberitahukan kepada kami betapa Katie mengasihi kami dan memikirkan keadaan kami.
Bertindaklah!
Saat seekor marmot tanah mulai meng-gerogoti garasi kami (maksud saya, kusen garasinya), saya membeli sebuah perangkap dengan maksud untuk menjebak binatang kecil itu. Saya memasang umpan dari beragam makanan, lalu membuka pintu perangkapnya. Esok paginya, saya pikir akan melihat makhluk kecil itu ada di dalam perangkap tersebut—tetapi bukan marmot tanah yang tertangkap, melainkan seekor musang yang dapat mengeluarkan bau busuk.
Hidup Dalam Kasih
Di negara Afrika, tempat tinggal teman saya, Roxanne, air merupakan komoditas berharga yang langka. Sering orang harus menempuh perjalanan yang jauh untuk mendapatkan air dari sungai-sungai kecil yang telah tercemar, dan akibatnya ada warga yang jatuh sakit bahkan meninggal. Kondisi kurangnya air bersih itu juga menyulitkan lembaga-lembaga seperti panti asuhan dan gereja yang hendak melayani mereka. Namun perubahan sudah mulai terjadi.
Ikatan Bersama
Saat membutuhkan seorang tukang kunci untuk membuka mobil saya, saya mendapatkan sebuah kejutan yang menye-nangkan. Setelah si tukang datang dan mulai membuka pintu mobil Ford mungil milik saya, kami mulai berbincang-bincang dan saya mengenali logatnya yang khas dan tidak asing di telinga saya.
Mencari Zakheus
Alf Clark menyusuri jalanan kota untuk mencari Zakheus. Tentunya bukan tokoh Zakheus yang tertulis dalam Alkitab—karena Yesus telah menemukannya. Alf dan beberapa teman yang terlibat dalam sebuah lembaga pelayanan perkotaan hendak melakukan seperti yang telah dilakukan Yesus di Lukas 19. Mereka sengaja menyusuri jalan demi jalan di kotanya untuk menemui dan membantu orang-orang yang membutuhkan.
Mengajukan Pertanyaan Dari Sisi Lain
Setelah tragedi melanda, ada banyak pertanyaan yang muncul. Kehilangan orang yang kita kasihi mungkin membuat kita mengajukan pertanyaan berikut kepada Allah: “Mengapa Engkau izinkan hal ini terjadi?” “Salah siapakah semua ini?” “Tidakkah Engkau peduli dengan penderitaanku?” Percayalah, sebagai seorang ayah yang pernah berduka karena kehilangan seorang putri remaja secara tragis, saya pun pernah mengajukan beragam pertanyaan tersebut.
Siapakah Orang Ini?
Sewaktu Kelly Steinhaus mengunjungi Harvard Square untuk menanyai para mahasiswa tentang Yesus, pendapat yang mereka berikan mengungkapkan suatu rasa hormat pada diri-Nya. Seorang mengatakan, “Dia begitu peduli pada sesama manusia.” Yang lain mengatakan, “Sepertinya Dia orang yang menyenangkan.” Yang lain menolak-Nya mentah-mentah: “Dia hanya manusia biasa. Kurasa Dia bukan Juruselamat.” Ada pula yang berkata, “Aku tidak bisa menerima keyakinan atau agama yang menyatakan, ‘Akulah satu-satunya jalan kepada Allah.’” Ada yang memang serius memikirkan tentang Yesus tetapi ada juga yang menolak-Nya.
Membuatnya Menarik
Alkisah pada zaman lampau, ada seorang bocah laki-laki yang berusaha mencari nafkah dengan cara menjual apel di atas kereta api berpenumpang. Ia menyusuri gerbong demi gerbong, sambil berseru, “Apel! Apel! Adakah yang mau membeli apel?” Sesampainya di gerbong terakhir, si bocah masih memiliki apel sekantong penuh, tetapi tidak ada uang.
Anak-Anak Di Dunia
Setelah sekelompok siswa SMA berkun-jung ke sebuah panti asuhan dalam suatu pelayanan, seorang siswa terlihat sangat sedih. Ketika ditanya, ia mengatakan bahwa panti asuhan tersebut membuatnya teringat pada kehidupannya sendiri 10 tahun yang lalu.