Penulis

Lihat Semua
Dave Branon

Dave Branon

Selain menulis untuk Our Daily Bread, Dave Branon juga merupakan seorang editor untuk Discovery House Publishers dan telah menulis 15 judul buku. Ia dan istrinya, Sue, suka bermain rollerblade dan meluangkan waktu bersama anak dan cucu mereka.

Artikel oleh Dave Branon

Bukan Lagi Orang Asing

“Kamu tidak diterima di sini.” Hati seorang gadis berusia delapan tahun hancur mendengar perkataan itu, dan lukanya terus membekas di hati. Keluarga si gadis datang dari kamp pengungsi perang ke sebuah negara yang baru, dan pada kartu identitasnya tercantum kata “orang asing”. Gadis itu merasa tertolak.

Harapan Seorang Anak

Suatu hari Eliana, cucu perempuan saya yang baru berusia tujuh tahun, menyaksikan video di sekolahnya tentang sebuah panti asuhan di Guatemala. Ia lalu memberi tahu ibunya, “Ma, kita harus pergi ke sana untuk membantu mereka.” Ibunya menjawab bahwa mereka akan memikirkan hal tersebut ketika ia sudah lebih besar nanti.

Sosok yang Indah

Selama lebih dari 130 tahun, Menara Eiffel telah berdiri megah di tengah kota Paris sebagai karya arsitektur yang gemilang dan indah. Kota itu dengan bangga menjadikan menara tersebut sebagai unsur penting dari kemegahannya.

Memberi dengan Kebesaran Hati

Dalam suatu klub pembaca Alkitab yang dilayani istri saya, Sue, seminggu sekali, anak-anak diajak memberikan persembahan kasih untuk membantu anak-anak Ukraina yang dilanda perang. Kira-kira seminggu setelah Sue memberi tahu cucu perempuan kami yang berusia 11 tahun, Maggie, tentang proyek tersebut, kami menerima sepucuk amplop lewat pos darinya. Isinya uang sejumlah $3,45 (sekitar Rp55.000) yang disertai catatan: “Hanya ini yang sekarang kupunya untuk membantu anak-anak di Ukraina. Akan kukirim lagi nanti.”

Beritakan Apa yang Allah Lakukan

Teman kuliah saya, Bill Tobias, sudah bertahun-tahun melayani sebagai misionaris di sebuah pulau di kawasan Pasifik. Ia bercerita tentang seorang pemuda yang meninggalkan kampung halamannya untuk mengadu nasib. Di tempat yang baru itu, ia diajak seorang teman ke gereja dan di sana ia mendengar kabar baik yang ditawarkan Tuhan Yesus. Ia pun mempercayai Kristus sebagai Juruselamatnya.

Hadirat Allah

Monique sedang bergumul. Saat melihat beberapa temannya yang Kristen, ia mengagumi cara mereka menangani pergumulan hidup. Ia bahkan agak cemburu kepada mereka. Akan tetapi, Monique tidak yakin dapat hidup seperti teman-temannya itu. Ia mengira bahwa beriman kepada Kristus itu berarti mengikuti aturan-aturan agama. Akhirnya, seorang teman kuliah membantunya melihat bahwa Allah tidak bermaksud untuk mempersulit hidupnya. Sebaliknya, Allah menginginkan yang terbaik baginya di tengah pasang surut kehidupan. Setelah memahami hal itu, Monique siap untuk mempercayai Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya dan menerima kebenaran luar biasa tentang kasih Allah baginya.

Kasih Karunia dari Allah

Saat memeriksa setumpuk makalah para mahasiswa di kelas penulisan yang saya asuh, saya terkesan dengan salah satu makalah. Makalah itu ditulis dengan sangat baik! Namun, saya segera menyadari bahwa tulisan yang terlalu bagus itu justru mencurigakan. Setelah menyelidikinya, saya menemukan bahwa isi makalah itu ternyata menjiplak sebuah artikel daring.

Persekutuan dalam Yesus

Saya tidak yakin siapa yang bertanggung jawab untuk mematikan lampu dan mengunci gerbang gereja setelah kebaktian Minggu, tetapi saya yakin orang tersebut akan terlambat menikmati makan malamnya. Itu karena masih ada begitu banyak orang yang senang berkumpul sesudah ibadah untuk berbincang-bincang tentang berbagai keputusan dan pergumulan dalam hidup mereka. Sungguh senang melihat ke seluruh ruangan dan menemukan banyak orang yang tetap menikmati kebersamaan bahkan dua puluh menit setelah kebaktian usai.

Sama di Hadapan Allah

Suatu hari dalam liburan, saya dan istri mengayuh sepeda bersama di pagi hari. Dalam salah satu rute yang kami tempuh, kami melintasi sebuah kompleks rumah mewah bernilai jutaan dolar. Kami melihat berbagai jenis orang—para penghuni yang mengajak jalan anjing mereka, sesama pesepeda, dan sejumlah pekerja yang sedang membangun rumah-rumah baru atau merawat taman. Segala macam orang dari berbagai lapisan masyarakat ada di sana, dan itu mengingatkan saya pada kenyataan yang luar biasa: Sesungguhnya tidak ada perbedaan yang signifikan di antara kita. Kaya atau miskin, kaum berada maupun pekerja, terkenal atau tidak. Kami semua yang berada di jalanan pagi itu sebenarnya sama. “Orang kaya dan orang miskin mempunyai satu hal yang sama: Tuhanlah yang menciptakan mereka semua” (Ams. 22:2 bis). Terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada, kita semua diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:27)