Penulis

Lihat Semua
Dave Branon

Dave Branon

Selain menulis untuk Our Daily Bread, Dave Branon juga merupakan seorang editor untuk Discovery House Publishers dan telah menulis 15 judul buku. Ia dan istrinya, Sue, suka bermain rollerblade dan meluangkan waktu bersama anak dan cucu mereka.

Artikel oleh Dave Branon

Doa Abby

Saat duduk di kelas 2 SMA, Abby mendengar berita tentang seorang pemuda yang terluka parah karena mengalami kecelakaan pesawat—kecelakaan yang merenggut nyawa ayah dan ibu tirinya. Meski tidak mengenal pemuda itu, tetapi ibu Abby berkata, “Kita harus mendoakan anak muda itu dan keluarganya.” Mereka pun berdoa.

Tempat Tidur Kosong

Saya sangat bersemangat untuk kembali ke rumah sakit St. James Infirmary di Montego Bay, Jamaica, dan bertemu kembali dengan Rendell, yang dua tahun sebelumnya mendengar tentang kasih Yesus baginya. Evie, seorang remaja di kelompok paduan suara sekolah yang pergi bersama saya waktu itu, mengajak Rendell membaca Kitab Suci dan menerangkan tentang Injil kepadanya. Rendell kemudian menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadinya.

Tabir yang Terkoyak

Hari itu hari yang gelap dan suram di luar kota Yerusalem. Di atas bukit di luar tembok kota, seorang Manusia yang telah menarik perhatian banyak pengikut setia selama tiga tahun terakhir tergantung dengan penuh aib dan rasa sakit pada sebuah salib kayu yang kasar. Mereka yang mengiringi-Nya menangis dan meratap dalam kesedihan. Cahaya matahari tidak lagi menerangi langit pada siang itu. Kemudian, penderitaan tidak terkira dari Manusia yang tergantung pada kayu salib tersebut berakhir ketika Dia berseru dengan nyaring, “Sudah selesai”(Mat. 27:50; Yoh. 19:30).

Lemah Lembut Sekaligus Perkasa

Ketika wilayah pendudukan musuh di Belanda makin meluas, Anne Frank dan keluarganya menyiapkan diri lalu pindah ke tempat persembunyian untuk menghindari bahaya. Mereka bersembunyi selama dua tahun di masa Perang Dunia ke-2, sebelum akhirnya ditemukan dan dikirim ke kamp konsentrasi. Walaupun demikian, dalam catatannya yang kemudian diterbitkan sebagai buku terkenal berjudul Diary of a Young Girl, Anne menulis, “Untuk jangka panjang, senjata yang paling ampuh adalah kebaikan hati dan kelemahlembutan.”

Suasana yang Membangun

Saya bersemangat setiap kali masuk ke pusat kebugaran dekat rumah kami. Tempat yang ramai itu penuh dengan orang-orang yang berusaha meningkatkan kesehatan dan kekuatan fisik mereka. Tulisan-tulisan yang dipajang di sana mengingatkan kami untuk tidak saling menghakimi, tetapi justru mendorong kami untuk memberikan kata-kata dan sikap yang menyemangati upaya orang lain.

Cara untuk Tidak Khawatir

Seorang pria yang taat hukum dan jujur menerima pesan suara berisi ucapan, “Saya petugas ____ dari kepolisian. Mohon hubungi saya kembali di nomor ini.” Orang itu langsung merasa khawatir—ia takut jangan-jangan telah melakukan suatu kesalahan. Ia tidak berani menelepon, bahkan tiap malam ia tak bisa tidur karena memikirkan segala hal yang mungkin terjadi. Ia begitu khawatir akan tertimpa masalah. Petugas tadi tak pernah menelepon lagi, tetapi pria itu merasa khawatir sampai berminggu-minggu lamanya.

Rumah

Baru-baru ini, Patsy, seorang teman yang bekerja sebagai makelar rumah meninggal dunia karena kanker. Sewaktu mengenang kehidupan Patsy, istri saya ingat bahwa bertahun-tahun lalu Patsy pernah membawa seseorang percaya kepada Yesus dan orang itu sekarang menjadi salah satu teman baik kami.

Mensyukuri Diri Allah

Dari ribuan pesan yang tercetak dalam kartu ucapan, salah satu pernyataan yang mungkin paling menyentuh adalah kalimat sederhana ini: “Terima kasih untuk dirimu.” Jika Anda menerima kartu dengan ucapan itu, Anda tahu bahwa orang tersebut mempedulikan Anda bukan karena Anda telah melakukan sesuatu yang luar biasa baginya, tetapi karena Anda hadir sebagai diri Anda sendiri.

Sambutan yang Hangat

Dalam liburan kami baru-baru ini, saya dan istri mengunjungi sebuah kompleks olahraga yang terkenal. Pintu gerbangnya terbuka lebar, sehingga kami merasa tidak masalah masuk ke dalamnya. Kami sangat senang menyusuri lapangan dan mengagumi rumput lapangan yang terawat dengan baik. Namun, saat kami mau meninggalkan tempat itu, seseorang menegur kami dan mengatakan bahwa kami tidak seharusnya berada di tempat itu. Tiba-tiba saja kami diingatkan bahwa kami adalah orang luar—dan kami merasa tertolak.