Semua Generasi
Orangtua saya menikah pada tahun 1933 sewaktu masa Depresi Besar. Saya dan istri lahir pada era Baby Boomers, di mana angka kelahiran meningkat drastis setelah Perang Dunia II. Keempat putri kami lahir pada dekade 70-an dan 80-an, dan mereka termasuk Generasi X dan Y. Karena besar pada masa-masa yang sangat berbeda, tidaklah heran apabila masing-masing dari kami berbeda pendapat tentang banyak hal!
Yang Kita Bawa Pulang
John F. Burns bekerja selama 40 tahun meliput peristiwa-peristiwa dunia untuk surat kabar The New York Times. Dalam artikel yang ditulisnya setelah pensiun pada tahun 2015, Burns mengingat kata-kata dari seorang sahabat dekat sekaligus rekan jurnalisnya yang sekarat karena kanker. “Jangan pernah lupa,” kata rekannya, “Yang penting bukanlah seberapa jauh kamu bepergian; tetapi apa yang kamu bawa pulang.”
Menghapus Cap
Sebuah gereja di kota saya memiliki kartu sambutan pengunjung dengan tulisan unik yang menunjukkan kasih dan anugerah Allah bagi setiap orang. Kartu itu menyatakan, “Baik Anda . . . orang baik, orang berdosa, pecundang, pemenang”—dilanjutkan dengan banyak istilah lain yang suka digunakan untuk menggambarkan orang yang bermasalah—“pemabuk, orang munafik, penipu, penakut, orang aneh . . . Kami senang menyambut Anda!” Salah seorang pendetanya mengatakan kepada saya, “Kami membacakan isi kartu tersebut dengan suara lantang bersama-sama dalam kebaktian tiap Minggu.”
Bolehkah Aku Mengatakannya?
“Anggapan adanya anak kesayangan adalah salah satu pemicu terbesar timbulnya perseteruan antar saudara kandung,” kata Dr. Barbara Howard, seorang dokter anak spesialis perkembangan perilaku (artikel “When Parents Have a Favorite Child” di nytimes.com). Contoh anak kesayangan di Perjanjian Lama adalah Yusuf. Sikap ayahnya itu membuat kakak-kakak Yusuf marah (Kej. 37:3-4). Akibatnya, mereka menjual Yusuf kepada para pedagang yang sedang menuju ke Mesir. Mereka juga merekayasa agar tampaknya binatang buaslah yang membunuh Yusuf (37:12-36). Mimpi Yusuf pun hancur dan masa depannya seolah tanpa harapan.
Bermain dengan Selaras
Melihat konser band sekolah cucu kami, saya terkesan pada betapa bagusnya anak-anak berusia 11-12 tahun itu bermain bersama. Jika tiap anak ingin tampil sendiri-sendiri, mereka tidak akan mampu mencapai apa yang dilakukan band itu bersama-sama. Semua seruling, terompet, dan perkusi memainkan bagiannya masing-masing dan menghasilkan musik yang indah!
Irama Kasih Karunia
Saya berteman dengan sepasang suami-istri yang sama-sama berusia 90-an dan telah menikah selama 66 tahun. Mereka mencatat sejarah keluarga mereka agar bisa dibaca oleh anak cucu dan generasi mendatang. Bab terakhir yang berjudul “A Letter from Mom and Dad” (Surat dari Ibu dan Ayah) berisi beragam hikmah yang pernah mereka terima dalam hidup. Salah satu hikmah yang mereka tulis membuat saya merenungi kehidupan saya sendiri: “Jika engkau merasa iman Kristen itu sangat melelahkan dan menguras tenagamu, mungkin selama ini engkau sekadar beragama dan bukan menikmati persekutuan pribadi dengan Yesus Kristus. Berjalan bersama Tuhan takkan membuatmu lelah. Engkau justru akan disegarkan, tenagamu dipulihkan, dan semangat hidupmu berkobar.”
Tantangan Lima Belas Menit
Dr. Charles W. Eliot, presiden Universitas Harvard selama 40 tahun, meyakini bahwa orang awam yang konsisten membaca karya-karya sastra hebat di dunia akan memperoleh pelajaran yang berharga, meski ia hanya membaca beberapa menit sehari. Pada tahun 1910, ia mengumpulkan beragam karya pilihan dari buku-buku tentang sejarah, pengetahuan alam, filsafat, dan seni murni dalam 50 jilid buku yang disebut The Harvard Classics. Setiap set mencantumkan Panduan Membaca dari Dr. Eliot berjudul “Fifteen Minutes A Day” (Lima Belas Menit Sehari) yang memuat pilihan bacaan sepanjang delapan sampai sepuluh halaman yang disarankan untuk dibaca setiap hari selama setahun.
Segala yang Kita Perlukan
Saya sering merasa tidak cukup mampu mengerjakan tugas-tugas yang dilimpahkan kepada saya. Baik itu mengajar Sekolah Minggu, menasihati teman, atau menulis renungan seperti ini, saya sering merasa tantangannya lebih besar daripada kemampuan saya. Sama seperti Petrus, saya masih perlu banyak belajar.
Disfungsi
Kata disfungsi sering digunakan untuk menjelaskan tentang keadaan dari individu, keluarga, hubungan, organisasi, bahkan pemerintah. Berfungsi berarti berjalan sesuai aturan, sementara disfungsi memiliki arti yang berlawanan—rusak, tidak berjalan seharusnya, tidak dapat mengerjakan apa yang menjadi tujuan pembuatannya.