Penulis

Lihat Semua
David H. Roper

David H. Roper

Setelah menjadi gembala gereja selama lebih dari 30 tahun, sekarang David H. Roper memimpin Idaho Mountain Ministries, suatu retret yang dikhususkan untuk menguatkan para pasangan pendeta. Ia suka memancing dan juga menyusuri sungai bersama istrinya, Carolyn.

Artikel oleh David H. Roper

Kaidah Kencana

Konsep Kaidah Kencana—memperlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan—muncul dalam banyak agama. Jika demikian, apa yang membuat ucapan versi Yesus itu menjadi begitu istimewa?

Terbitnya Mentari

Tadi pagi matahari terbit dengan indahnya, tetapi saya terlalu sibuk untuk menikmati-nya. Saya tidak mengindahkannya dan sibuk dengan hal-hal lain. Saya terpikir tentang pemandangan indah itu beberapa saat yang lalu, dan saya pun sadar telah kehilangan kesempatan untuk memuji Allah pagi ini.

Melihat Jauh Ke Depan

Para pematung memiliki sebuah istilah untuk menyebut tentang kemampuan seorang seniman untuk melihat bongkahan batu yang masih mentah sambil membayang-kan bentuk akhirnya setelah bongkahan itu dipahat menjadi patung. Istilah tersebut adalah hyperseeing atau “melihat jauh ke depan”.

Disiplin Penantian

Menanti itu sulit. Kita menanti dalam antrean di toko, dalam kemacetan, atau di ruang tunggu dokter. Kita memainkan ibu jari, menahan diri untuk tidak menguap, dan memendam rasa kesal dalam hati. Yang lebih sulit lagi adalah ketika kita menantikan sepucuk surat yang tak kunjung tiba, kembali-nya anak yang kabur dari rumah, atau pasangan yang kita harap mau berubah. Kita menantikan kehadiran seorang buah hati. Kita menantikan sesuatu yang didambakan hati kita.

Hidup Yang Tersembunyi

Beberapa tahun yang lalu, saya membaca sebuah puisi karya George MacDonald yang berjudul “The Hidden Life” (Hidup yang Tersembunyi). Puisi ini menceritakan tentang seorang cendekiawan berbakat asal Skotlandia yang meninggalkan karir akademisnya yang bergengsi demi menemani ayahnya yang telah lanjut usia dan mengurus peternakan keluarga.Di sana ia mengerjakan apa yang disebut MacDonald sebagai “perbuatan sepele” dan “pekerjaan manusiawi yang sederhana”. Teman-teman sang cendekiawan mengeluhkan bahwa ia sedang menyia-nyiakan bakatnya.

Dalam Tangan-Nya

Ketika menyeberang jalan yang ramai bersama anak-anak kecil di belakang kita, biasanya kita mengulurkan tangan dan berkata, “Pegang tanganku erat-erat,” dan anak-anak yang masih kecil itu akan memegang tangan kita seerat mungkin. Namun kita tidak akan pernah mengandal- kan pegangan mereka. Pegangan kitalah yang menggenggam erat tangan mereka dan menjaga supaya mereka aman. Demikianlah Rasul Paulus menegaskan, “Akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus” (Flp. 3:12). Atau lebih tepatnya, “Kristus yang memegangku erat-erat!”

Tidak Akan Merasa Hampa

Cucu kami, Julia, pernah menghabiskan musim panas dengan melayani di panti asuhan di Busia, Uganda. Di hari terakhirnya di sana, ia menemui setiap anak untuk mengucapkan salam perpisahan. Seorang gadis kecil bernama Sumaya menjadi sangat sedih dan berkata padanya, “Besok kau akan meninggalkan kami, dan minggu depan bibi-bibi (para pekerja) yang lain juga akan pergi.”

Kawan Seperjalanan

Baru-baru ini saya mencari tahu kabar tentang teman-teman seangkatan dari seminari tempat saya belajar dahulu. Saya mendapati banyak kawan saya yang telah meninggal dunia, dan ini mengingatkan saya akan singkatnya hidup. Masa hidup manusia mencapai 70 tahun, bisa kurang atau lebih, setelah itu kita pun lenyap (Mzm. 90:10). Pemazmur asal Israel itu memang benar: Kita tak lain adalah orang yang menumpang dan pendatang di bumi (39:13).

Bab Terakhir

Saya punya seorang sahabat yang biasa membaca terlebih dahulu bab terakhir dari sebuah buku baru yang menegangkan. “Untuk mengurangi kecemasan saat membaca,” jelasnya. Demikian juga dengan orang-orang Kristen: Karena kita sudah tahu akhir kisah dari dunia ini, kita bisa menjadi sumber damai di tengah keadaan yang begitu kacau, dan tetap bersikap tenang di tengah bencana yang mengancam.