Penulis

Lihat Semua
David H. Roper

David H. Roper

Setelah menjadi gembala gereja selama lebih dari 30 tahun, sekarang David H. Roper memimpin Idaho Mountain Ministries, suatu retret yang dikhususkan untuk menguatkan para pasangan pendeta. Ia suka memancing dan juga menyusuri sungai bersama istrinya, Carolyn.

Artikel oleh David H. Roper

Rutinitas Sehari-Hari

Bahasa Latin merupakan pelajaran wajib selama 4 tahun di SMA. Saya bersyukur atas disiplin itu sekarang. Namun, saat SMA, saya bersusah payah mempelajarinya. Guru mengharuskan kami berlatih dengan pengulangan. Beberapa kali dalam sehari, ia berkata, “Repetitio est mater studiorum” yang berarti, “Pengulangan adalah kunci pembelajaran”. Kami bergumam, “Repetitio est absurdum” atau “Pengulangan itu sangat tak masuk akal”.

Jalan yang Berat

Seorang teman memancing menceritakan kepada saya tentang danau yang letaknya tinggi di lereng utara Gunung Jughandle di Idaho, Amerika Serikat. Ada kabar bahwa di sana terdapat sejenis ikan trout yang besar. Ia menggambarkan peta ke sana di selembar serbet kertas. Beberapa minggu kemudian, saya pun berangkat dengan truk mengikuti petunjuk yang diberikannya.

Dua Ekor Beruang

Beberapa tahun lalu, saya dan istri saya, Carolyn, menghabiskan waktu selama beberapa hari dengan berkemah di lereng Gunung Rainier di negara bagian Washington. Pada suatu sore ketika kembali ke area perkemahan, kami melihat di tengah-tengah ladang rumput ada dua ekor beruang jantan sedang saling berpukulan kuping. Kami berhenti untuk menyaksikannya.

Di Tepi Jurang

Ada sebuah saluran lava bawah tanah di selatan kota Kuna, Idaho, Amerika Serikat, yang membuat heboh daerah itu. Sepengetahuan saya, jalan masuknya hanyalah sebuah lubang menganga yang curam dan langsung masuk ke dalam kegelapan.

Suara di Malam Hari

Walaupun Mazmur 134 hanya terdiri dari tiga ayat, hal itu membuktikan bahwa hal yang kecil sekalipun dapat berarti besar. Dua ayat yang pertama merupakan himbauan bagi para hamba Tuhan yang melayani di rumah Tuhan setiap malam. Bangunan itu gelap dan kosong, dan seakan tidak ada kegiatan penting yang sedang mereka lakukan. Namun para pelayan Allah itu mendapat dorongan, “Angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilah Tuhan!” (ay.2). Ayat ketiga merupakan suara dari jemaat yang berseru di tengah kegelapan dan kesunyian malam: “Kiranya Tuhan yang menjadikan langit dan bumi, memberkati engkau.”

Istirahat Yang Tenang

Beberapa tahun lalu, saya dan Brian, putra saya, sepakat untuk bersama-sama meng-angkut beberapa peralatan untuk seorang teman yang tinggal di suatu peternakan terpencil di Idaho, Amerika Serikat. Tidak ada jalan menuju ke wilayah tersebut yang dapat dilewati truk saya. Jadi Ralph, anak muda yang menjadi manajer di peternakan itu, berencana menemui kami di ujung jalan dengan sebuah gerobak kecil yang ditarik sepasang keledai.

Bergelung Bagai Kepompong!

Saat saya masih kecil, keluarga kami tinggal di sebuah rumah yang dibangun oleh ayah saya di bagian barat dari kota Duncanville, Texas, Amerika Serikat. Rumah kami mempunyai sebuah dapur sekaligus ruang makan kecil, dua kamar tidur, dan satu ruangan luas dengan perapian batu yang besar tempat kami biasa membakar batang-batang kayu pohon aras sepanjang 60 CM. Perapian itu menjadi pusat kehangatan dalam rumah kami.

Allah Berbisik, “Ikan”

Beberapa tahun yang lalu, saya dan anak-anak saya menikmati kebersamaan selama beberapa hari dengan menyusuri dan memancing di sungai Madison di Montana. Kami ditemani oleh dua pemandu memancing yang juga menjadi awak dari perahu kami.

Tidak Layak

Tidak seperti orang-orang yang meninggi-kan diri mereka, Yakub sadar bahwa hidupnya telah dirusak oleh dosa (Kej. 32:10). Ia memandang dirinya tidak layak untuk menerima kasih karunia Allah. Ia telah menipu kakaknya Esau untuk mendapatkan hak kesulungan (psl.27), dan sang kakak pun membencinya karena hal itu. Sekarang, bertahun-tahun kemudian, Yakub harus kembali berhadapan dengan Esau.