Tangan Allah
Ketika NASA (Lembaga Aeronautik dan Ruang Angkasa Amerika Serikat) mulai menggunakan sebuah teleskop ruang angkasa jenis baru untuk menangkap spektrum-spektrum cahaya yang berbeda, para peneliti dikejutkan oleh salah satu foto yang dihasilkannya. Foto itu menunjukkan sesuatu yang tampak seperti jari-jari tangan, sebuah jempol, dan telapak tangan yang terbuka dengan perpaduan warna biru, ungu, hijau, dan emas yang sangat spektakuler. Beberapa orang menyebutnya sebagai “Tangan Allah”.
Ucapan Allah Yang Menyegarkan
Ketika saya masih kanak-kanak, keluarga kami sesekali bepergian melewati gurun Nevada. Kami menyukai hujan badai yang terjadi di tengah gurun. Hujan yang sangat lebat, disertai kilatan petir dan bunyi guntur yang menggelegar berbalasan, terlihat seperti selaput yang melapisi panasnya pasir gurun sejauh mata memandang. Air hujan yang sejuk menyegarkan tanah—dan juga kami.
Bagaimana Saya Bisa Menolong?
Musim dingin yang lalu, sebuah badai es sempat menghantam kota kami. Karena dijejali oleh es, ada ratusan cabang pohon ambruk dan membuat putus kabel listrik sehingga ribuan rumah dan kantor mengalami pemadaman listrik berhari-hari lamanya. Keluarga kami tetap bisa mendapatkan daya listrik yang terbatas melalui generator, tetapi kami tidak bisa memasak makanan. Waktu pergi mencari tempat untuk makan, kami menempuh jarak yang jauh dan melewati toko-toko yang sudah tutup. Akhirnya kami menemukan tempat sarapan di suatu restoran yang tidak mengalami gangguan listrik. Hanya saja, restoran itu penuh sesak dengan para pelanggan yang kelaparan karena mengalami masalah yang sama seperti kami.
Dalam Nama Yesus
Salah satu koleksi foto favorit saya adalah foto dari acara makan malam bersama keluarga kami. Foto-foto yang tersimpan dalam album itu menampilkan ayah, putra-putranya beserta para istri, dan cucu-cucunya, dalam suatu acara pengucapan syukur dan doa bersama.
Hidup Kita Ibarat Buku
Buku The New England Primer (buku pelajaran dasar bagi siswa SD) diterbitkan di penghujung tahun 1600-an. Buku tersebut menjadi materi pelajaran yang digunakan secara luas di antara koloni-koloni yang di kemudian hari bersatu membentuk negara Amerika Serikat.
The Drinking Gourd
Sebelum meletusnya Perang Saudara Amerika Serikat (1861–1865), para budak pelarian dapat menemukan kebebasan mereka dengan cara menelusuri “jalur kereta bawah tanah”, suatu istilah yang digunakan untuk menyebut rute-rute rahasia yang terbentang dari wilayah Selatan ke Utara serta kaum penentang perbudakan yang menolong mereka di sepanjang perjalanan. Para budak itu biasanya bepergian pada malam hari hingga berkilo-kilometer, dan mereka bertahan pada jalur tersebut dengan mengikuti cahaya yang terpancar dari “The Drinking Gourd”. Itulah nama sandi untuk suatu rasi bintang yang dikenal sebagai The Big Dipper, yang dapat menuntun kita kepada Bintang Utara. Sejumlah kalangan percaya bahwa para pelarian itu juga menggunakan petunjuk yang telah disandikan dalam lirik lagu Follow the Drinking Gourd (Ikuti The Drinking Gourd) supaya mereka tidak tersesat dalam perjalanan.
Semuanya Bersama
Selama bertahun-tahun piano milik istri saya dan gitar banyo milik saya sudah jarang bahkan nyaris tidak pernah dimainkan bersama. Suatu hari, setelah Janet membelikan saya sebuah gitar baru sebagai hadiah ulang tahun, ia menyatakan keinginannya untuk belajar memainkan gitar lama saya. Janet adalah seorang musisi yang sangat piawai, dan dengan segera kami memainkan lagu-lagu pujian dengan kedua gitar kami bersama-sama. Saya langsung merasakan adanya suatu suasana baru berupa “perpaduan pujian” yang telah memenuhi rumah kami.
Apa Yang Anda Harapkan?
Dalam God in the Dock (Allah Dihakimi), C. S. Lewis menulis: “Bayangkan ada sekelompok orang tinggal di sebuah gedung. Setengahnya berpikir gedung itu adalah hotel, setengah lainnya berpikir itu adalah penjara. Mereka yang berpikir bahwa itu hotel mungkin merasa tidak tahan tinggal di situ, dan mereka yang berpikir itu penjara mungkin merasa bahwa di luar dugaan mereka, tempat itu sangat nyaman untuk dihuni.” Dengan cerdik, Lewis memakai perbedaan tajam antara hotel dan penjara untuk menggambarkan cara kita memandang hidup menurut harapan-harapan kita. Ia menulis, “Jika Anda berpikir bahwa dunia ini dimaksudkan untuk menjadi tempat kita bersenang-senang, Anda akan merasa tidak tahan berada di sini; sebaliknya, jika Anda menganggap dunia ini sebagai suatu tempat pelatihan dan perbaikan diri, maka rasanya dunia ini tidak jelek-jelek amat.”
Santapan Zaman Pertengahan
Belum lama ini saya menghadiri sebuah konferensi yang membahas tentang sejarah Zaman Pertengahan. Dalam satu sesi dari seminar tersebut kami benar-benar menyiapkan sejumlah makanan yang biasa disantap pada masa pertengahan. Kami menggunakan alat penumbuk dan lumpang untuk menumbuk kayu manis dan buah-buahan menjadi bahan selai. Kami mengiris kulit jeruk dan memanggangnya dengan madu dan jahe untuk menghasilkan kudapan yang manis. Kami melumat kacang badam dengan air dan bahan-bahan lain untuk membuat susu dari kacang badam. Kemudian akhirnya kami memasak seekor ayam utuh sebagai sajian utama yang disantap dengan nasi. Ketika mencicipi hidangan tersebut, kami menikmati sebuah pengalaman kuliner yang sangat lezat.