Mengasihi Allah, Mengasihi Sesama
Keluarga Alba mengalami kejadian langka: kelahiran dua pasang kembar identik dalam selang waktu hanya tiga belas bulan. Bagaimana mereka dapat membagi waktu untuk mengurus keluarga sekaligus pekerjaan mereka? Komunitas sahabat dan kerabat pun turun tangan. Kakek-nenek dari kedua belah pihak menjaga masing-masing sepasang cucu kembar pada siang hari supaya orangtua mereka dapat bekerja dan memperoleh nafkah. Ada satu perusahaan yang mendonasikan kebutuhan popok untuk setahun. Para rekan kerja juga memberikan jatah cuti sakit mereka untuk pasangan ini. “Kami tidak mungkin dapat melakukannya tanpa dukungan komunitas kami,” mereka mengakui. Bahkan, dalam sebuah wawancara langsung, salah seorang pembawa acara mencopot mikrofonnya lalu mengejar salah satu balita yang mencoba kabur. Alangkah besar peran komunitas dalam mendukung keluarga itu!
Allah di Persimpangan Jalan
Setelah berhari-hari sakit lalu mengalami demam tinggi, mau tidak mau suami saya harus masuk UGD. Pihak rumah sakit langsung menanganinya. Hari demi hari berlalu, kondisinya membaik tetapi belum cukup sehat untuk diizinkan pulang. Saya menghadapi pilihan sulit, apakah tetap menemani suami atau melakukan perjalanan dinas penting yang melibatkan banyak orang dan proyek. Suami saya menjamin bahwa ia akan baik-baik saja. Namun, hati saya tetap menghadapi dilema untuk memilih antara dirinya atau pekerjaan saya.
Menjadi Gereja
Selama pandemi Covid-19 berlangsung, Dave dan Carla menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mencari gereja tetap. Mereka rindu bersekutu dengan jemaat Tuhan lainnya, tetapi protokol kesehatan yang membatasi pertemuan tatap muka semakin menyulitkan mereka. Dalam surelnya Carla menulis, “Itu benar-benar waktu yang sulit untuk menemukan gereja.” Dalam diri saya timbul kesadaran bahwa saya juga rindu untuk kembali dipersatukan dengan keluarga rohani saya di gereja. Saya menanggapi dengan berkata, “Ini waktu yang sulit untuk menjadi gereja.” Pada masa yang penuh perubahan itu, gereja kami menyikapinya dengan membagi-bagikan makanan kepada lingkungan sekitar, melakukan ibadah daring, dan menelepon setiap anggota jemaat untuk memberikan dukungan dan doa. Meski saya dan suami ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan tersebut, kami tetap bertanya-tanya apa lagi yang dapat kami lakukan untuk “menjadi gereja” di tengah dunia yang berubah ini.
Menghimpun Kekuatan di dalam Allah
Grainger McKoy adalah seniman yang mempelajari dan memahat patung burung, dengan tujuan mengabadikan keanggunan, kelemahan, serta kekuatan hewan itu. Salah satu karyanya, yang diberi judul Recovery, menampilkan selembar sayap kanan dari seekor bebek pintail yang menjulang tinggi dalam posisi vertikal. Di bawahnya, terdapat sebuah plakat yang menjelaskan bahwa kepak sayap burung ke atas merupakan “momen terlemah seekor burung selama terbang di udara, sekaligus juga momen bagi burung tersebut untuk menghimpun kekuatan yang dibutuhkannya agar terus maju.” Grainger juga mencantumkan ayat ini: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2Kor. 12:9).
Izin untuk Beristirahat
Saya dan teman saya, Soozi, duduk-duduk di atas bebatuan besar, memandangi buih laut bergulung-gulung menerpa tepi pantai. Sambil memperhatikan ombak yang susul-menyusul menghantam bebatuan, Soozi berkata, “Aku suka laut. Laut terus bergerak supaya aku bisa berhenti sejenak!”
Mantel Merah Muda
Saat berjalan menuju pintu keluar mal, mata Brenda terpikat oleh sesuatu berwarna merah muda di etalase. Ia berbalik lalu berdiri terkesima menatap “mantel berwarna gulali”. Wah, Holly pasti suka mantel itu! Koleganya itu, seorang ibu tunggal, sedang bergumul dengan kesulitan finansial. Brenda tahu bahwa Holly membutuhkan baju hangat, tetapi ia yakin Holly tidak akan mengeluarkan uang sebesar itu untuk membeli mantel. Setelah berpikir sebentar, Brenda tersenyum, mengambil dompet, dan mengatur supaya mantel itu dikirimkan ke rumah Holly. Ia menambahkan kartu tanpa nama, “Seseorang mengasihimu”. Langkah-langkah Brenda terasa ringan, karena hatinya sangat senang.
Penguatan dari Makanan Cepat Saji
Maria membawa makan siang cepat sajinya ke meja yang kosong. Saat ia menggigit burgernya, pandangannya tertumbuk pada seorang pria muda yang duduk beberapa meja darinya. Pakaian pria itu kotor, rambutnya lengket, dan ia memegang sebuah gelas kertas yang kosong. Jelas, ia terlihat lapar. Bagaimana Maria dapat menolong? Memberinya uang sepertinya tidak bijaksana. Namun, jika ia membelikan makanan, apakah pria itu akan merasa malu?
Mengucap Syukur dengan Sukacita
Sebuah studi yang dilakukan psikolog Robert Emmons membagi relawan menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok diminta menulis jurnal mingguan. Satu kelompok menulis lima hal yang mereka syukuri. Satu kelompok lagi menggambarkan lima hal yang mengganggu mereka sehari-hari. Kelompok terakhir menulis lima peristiwa yang berdampak kecil pada mereka. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa para anggota kelompok yang bersyukur merasa lebih baik mengenai kehidupan mereka, lebih optimis tentang masa depan, dan melaporkan lebih sedikit masalah kesehatan.
Lubang di Dinding
Suatu hari, saya menemukan ada yang memakan tanaman bunga saya. Sehari sebelumnya, bunga-bunga saya masih bermekaran dengan indahnya, tetapi sekarang hanya batangnya yang tersisa. Saya mengelilingi halaman dan menemukan lubang seukuran kelinci di pagar kayu rumah saya. Kelinci memang lucu, tetapi hewan-hewan yang mengganggu itu bisa memakan habis bunga-bunga di taman dalam hitungan menit.