Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Elisa Morgan

Tak Perlu Minta Maaf

“Maafkan aku,” ucap Karen karena terus menangis. Setelah kematian suaminya, ia sangat sibuk mengurus anak-anaknya yang berusia remaja. Ketika sejumlah jemaat mengadakan perkemahan akhir pekan untuk menghibur mereka sekaligus memberikan kesempatan bagi Karen untuk beristirahat, ia menangis penuh haru dan syukur, sambil berkali-kali memohon maaf atas air matanya.

Tangan Kanan Allah

Ketika membantu anjing saya yang sudah tua ke luar, saya melepas sebentar tali anjing saya yang lebih muda, Coach. Saat saya membungkuk mengambil talinya, Coach melihat kelinci dan langsung kabur, menyentak talinya dari pegangan saya sehingga jari manis saya terpuntir. Saya pun roboh dan menjerit kesakitan.

Sebutan bagi yang Berduka

Setelah Hugh dan DeeDee harus merelakan berpulangnya anak tunggal mereka ke surga, mereka bergumul dengan sebutan diri mereka. Tidak ada istilah khusus untuk orangtua yang kehilangan anak mereka. Istri tanpa suami disebut janda. Suami tanpa istri disebut duda. Anak yang tidak berayah dan beribu lagi disebut yatim piatu. Orangtua yang ditinggal mati oleh anaknya tidak mempunyai sebutan yang bisa mewakili rasa duka mereka yang tidak terlukiskan. 

Apakah Allah Mendengar?

Ketika saya melayani dalam tim pemerhati jemaat, salah satu tugas saya adalah mendoakan berbagai permohonan yang ditulis jemaat pada kartu-kartu doa selama kebaktian. Mendoakan kesehatan seorang bibi. Mendoakan keuangan sepasang suami-istri. Mendoakan seorang cucu agar ia mengenal Tuhan. Jarang sekali saya mendengar hasil dari doa-doa tersebut. Kebanyakan permohonan doa ditulis tanpa nama, sehingga saya tidak bisa tahu bagaimana tanggapan Allah terhadap doa-doa tersebut. Harus diakui, terkadang saya bertanya-tanya, Apakah Allah benar-benar mendengar? Adakah sesuatu yang terjadi sebagai hasil dari doa-doa saya?

Beristirahat dengan Baik

Jam menunjukkan pukul 1:55 dinihari. Karena masih memikirkan pembicaraan melalui teks yang saya lakukan hingga larut malam, saya sama sekali tidak mengantuk. Saya melepaskan lilitan selimut yang membungkus tubuh saya lalu duduk di sofa. Saya mencari di Google apa saja yang perlu dilakukan agar bisa tidur, tetapi yang saya temukan justru hal-hal yang tidak boleh dilakukan: jangan tidur siang, jangan minum kopi, jangan berolahraga di malam hari. Semua itu memang tidak kulakukan. Namun, ada lagi yang saya temukan: saya disarankan untuk membatasi penggunaan gawai hingga larut malam. Oh tidak! Berkomunikasi via teks semalaman bukanlah tindakan yang bijaksana. Agar seseorang dapat beristirahat dengan baik, ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan. 

Hikmat yang Kita Butuhkan

Ellen membuka kotak posnya dan menemukan sebuah amplop tebal yang dikirim oleh teman baiknya. Baru beberapa hari sebelumnya, ia menceritakan pergumulan yang dialaminya dengan teman itu. Karena penasaran, ia membuka bungkusan tersebut dan menemukan seuntai kalung manik-manik aneka warna dari tali rami sederhana. Pada tali itu terpasang sehelai kartu yang mencantumkan slogan, “Katakan dengan Sandi Morse,” dan pesan bijak yang tersembunyi dalam manik-manik kalung itu, yang berbunyi, “Carilah Kehendak Allah.” Ellen tersenyum sembari mengenakan kalung itu di lehernya.

Dalam Pemeliharaan Bapa Kita

Brak! Saya mendongak dan mengarahkan telinga ke arah suara keras itu. Saat melihat sebercak noda di kaca jendela, saya pun mengintip ke teras dan melihat seekor burung yang masih bergerak-gerak di sana. Hati saya sedih sekali. Ingin sekali rasanya menolong burung yang tergeletak lemah itu.

Melakukan Apa yang Dapat Dilakukan

Ibu itu meletakkan wadah plastik untuk kue mangkuk di atas meja kasir. Selanjutnya, kartu ulang tahun dan beberapa kantong makanan ringan. Rambutnya yang acak-acakan menegaskan wajahnya yang terlihat lelah. Anaknya yang batita terus merengek minta diperhatikan. Ketika kasir memberitahukan jumlah total belanjaannya, raut wajah sang ibu langsung berubah. “Oh, kalau begitu saya akan kembalikan beberapa barang. Namun, sebenarnya ini untuk ulang tahunnya,” desahnya sambil melirik sang anak dengan sedih.

Menghayati Iman

Sambil bergandengan tangan, saya dan cucu laki-laki saya bergegas melintasi lapangan parkir untuk mencari baju baru yang akan dipakainya pada hari pertama masuk sekolah. Ia sangat bersemangat karena sebentar lagi akan masuk taman kanak-kanak, dan saya pun ingin membuatnya lebih gembira lagi. Saya baru saja melihat sebuah cangkir kopi bertuliskan, “Nenek adalah ibu yang lebih seru.” Keseruan berarti keceriaan, kegembiraan, sukacita! Memang itu tanggung jawab saya sebagai seorang nenek, bukan? Itu semua . . . dan masih banyak lagi.