Menyembunyikan Luka Hati
Ketika diundang menjadi pembicara di sebuah gereja lokal, saya membawakan topik tentang membawa kepedihan hati kita ke hadapan Allah untuk menerima pemulihan yang ingin diberikan-Nya. Sebelum menutup dengan doa, gembala gereja itu berdiri di tengah-tengah jemaat dan berkata, “Sebagai gembala Anda, saya merasa diberkati dapat bertemu dengan Anda sekalian di sepanjang minggu dan mendengarkan kisah-kisah tentang kepedihan hati yang Anda rasakan. Namun, dalam kebaktian hari Minggu seperti ini, saya sedih melihat Anda justru menyembunyikan kepedihan Anda.”
Diam
Suatu hari, saya dan seorang teman sedang berselonjor di pantai sambil menikmati deburan ombak yang berirama di laut. Saat matahari mulai terbenam di kejauhan, ombak demi ombak terus bergulung ke arah kami, berhenti sebentar, lalu beriak lagi hingga hampir menyentuh ujung jari kami, dan kemudian surut kembali. “Aku suka sekali dengan laut,” kata teman saya sembari tersenyum. “Laut bergerak sehingga aku cukup diam dan tidak perlu bergerak.”