Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh James Banks

Segala Sesuatunya Baru

Saya sangat suka pergi ke tempat penjualan barang bekas. Karena suka mengutak-atik mobil, saya sering pergi ke salah satu tempat seperti itu yang tak jauh dari rumah. Tempat itu sepi, hanya angin yang berhembus di antara rongsokan mobil yang dahulu pernah menjadi kesayangan seseorang. Ada yang bekas kecelakaan, rusak, maupun usang. Saat berjalan di antara deretan kendaraan itu, terkadang ada mobil yang menarik perhatian dan membuat saya membayangkan petualangan apa saja yang pernah dilalui mobil itu selama “masa hidupnya.” Bagaikan sebuah portal ke masa lalu, masing-masing mobil mempunyai kisahnya sendiri—tentang manusia yang selalu mendambakan keluaran terbaru dan kendaraan yang lama-kelamaan usang dimakan waktu.

Tuhan atas Masa Hidup Kita

Belum lama ini saya mengerjakan proyek konstruksi di rumah putra saya yang berjarak tempuh tiga jam dari rumah saya. Pekerjaan itu memakan waktu berhari-hari, lebih lama daripada yang direncanakan, dan tiap pagi saya berdoa agar bisa menyelesaikan pekerjaan saat matahari terbenam. Namun, tiap malam selalu saja ada pekerjaan yang harus dilakukan.

Siapa yang Menyetir?

Di atas dasbor mobil tetangga saya, Tim, terdapat miniatur tokoh “wild thing” (makhluk liar) yang diambil dari buku cerita anak favorit berjudul Where the Wild Things Are (Tempat Tinggal Makhluk Liar) karya Maurice Sendak.

Kehendak-Mu, Bukan Kehendakku

Kamil dan Joelle sangat terpukul ketika putri mereka yang berusia delapan tahun, Rima, didiagnosis mengidap penyakit leukemia langka. Penyakit itu menyebabkan radang otak dan stroke, dan Rima pun jatuh koma. Tim medis menyarankan Kamil dan Joelle untuk menyiapkan pemakaman bagi Rima, karena peluangnya untuk bertahan hidup kurang dari satu persen.

Percaya kepada-Nya

“Ayah, jangan lepaskan aku!”

Warisan Kasih

Saya sedang membuka-buka halaman Alkitab milik nenek buyut saya saat sesuatu yang berharga jatuh ke pangkuan saya. Itu adalah secarik kertas yang mencantumkan tulisan tangan seorang anak kecil dan bertuliskan, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur” (Mat. 5:3-4). Di samping ayat tersebut, terlihat tanda tangan ibu saya yang masih berantakan.

Kasih yang Tak Berubah

Ketika masih SMA, saya pernah bergabung dalam tim tenis sekolah. Untuk meningkatkan kemahiran saya bermain tenis, saya menghabiskan banyak waktu dengan berlatih di empat lapangan semen yang terletak hanya dua blok dari rumah saya.

Belajar Mempercayai

Saat masih remaja, adakalanya saya menantang ucapan ibu saya yang mendorong saya untuk lebih mempunyai iman. “Percayalah kepada Tuhan. Dia akan menjagamu,” kata ibu saya. “Tapi tak semudah itu, Bu!” jawab saya dengan keras. “Tuhan hanya menolong orang yang mau menolong dirinya sendiri!”

Rindu Tinggal Bersama-Nya

Salah satu doa pertama yang saya pelajari semasa kanak-kanak adalah “Tuhan, sekarang aku mau tidur. Jagalah aku, Tuhan . . .” Itulah doa yang saya pelajari dari orangtua saya, dan kemudian saya mengajarkannya kepada putra-putri saya ketika mereka masih kecil. Sebagai anak kecil, saya bisa tidur dengan tenang setelah menyerahkan diri saya ke dalam tangan Allah melalui doa yang saya ucapkan tadi.