Kasih yang Tak Terhitung
“Bagaimana caraku mencintaimu? Akan coba kusebutkan satu demi satu.” Kata-kata dari antologi Sonnets from the Portuguese karya Elizabeth Barrett Browning tersebut adalah salah satu puisi paling terkenal dalam sastra Inggris. Elizabeth menuliskan puisi tersebut untuk Robert Browning sebelum mereka menikah. Robert begitu tersentuh sehingga ia mendorong Elizabeth untuk menerbitkan seluruh koleksi puisinya. Namun, karena gaya bahasa soneta itu sangat halus dan didorong keinginan untuk menjaga privasinya, Barrett menerbitkannya seolah-olah tulisan tersebut diterjemahkan dari karya seorang penulis Portugis.
Identitas Baru di dalam Yesus
“Saya bukanlah diri saya yang dulu. Saya adalah manusia baru.” Kata-kata sederhana yang diucapkan putra saya di hadapan para murid dalam suatu pertemuan sekolah itu menggambarkan perubahan yang telah Allah lakukan dalam hidupnya. Geoffrey pernah menjadi pencandu heroin yang menilai dirinya menurut dosa dan kesalahan yang pernah ia lakukan. Namun, sekarang ia melihat dirinya sebagai anak Allah.
Bintang Natal
“Kalau kamu menemukan bintang itu, kamu akan selalu dapat menemukan jalan pulang.” Begitulah dahulu ayah saya mengajarkan cara menemukan Bintang Utara kepada saya yang masih kanak-kanak. Ayah saya pernah berdinas dalam ketentaraan pada masa perang, dan ada saat-saat ketika hidupnya tergantung pada kemampuan untuk bernavigasi dengan berpedoman pada langit malam. Jadi beliau memastikan saya mengetahui nama dan letak beberapa rasi bintang, tetapi yang terpenting bagaimana saya dapat menemukan Polaris alias Bintang Utara. Dengan mengetahui letak bintang tersebut, saya bisa tahu ke arah mana saya perlu melangkah di mana pun saya berada.
Prasangka dan Kasih Allah
“Ternyata kau tidak seperti yang kukira. Kupikir tadinya aku akan membencimu, tapi ternyata tidak.” Perkataan pemuda itu terdengar kasar, tetapi sebenarnya ia justru berusaha bersikap ramah. Saat itu saya sedang menuntut ilmu di negaranya, yang puluhan tahun sebelumnya berperang dengan negara saya. Kami terlibat dalam sebuah grup diskusi di kelas, dan saya menyadari kalau ia agak menjaga jarak. Ketika saya bertanya apakah saya pernah menyinggung perasaannya, ia menjawab, “Tidak sama sekali . . . tetapi itulah masalahnya. Kakekku tewas dalam peperangan itu, karena itu aku benci sekali kepada rakyat dan negaramu. Namun, sekarang aku melihat kalau kita punya banyak kesamaan, dan itu membuatku kaget. Aku merasa kita bisa jadi teman sekarang.”
Kerusakan Dihancurkan
“Bayi-bayi burungnya akan terbang besok!” Istri saya, Cari, sangat senang dengan kemajuan sebuah keluarga burung gelatik yang bersarang di keranjang gantung di teras rumah kami. Ia mengawasi mereka setiap hari, sambil sesekali memotret saat sang induk membawa makanan ke sarang.
Jalan Allah yang Tidak Terduga
Pendeta Jonathan Edwards menyipitkan mata dan mendekatkan teks khotbah ke wajahnya agar dapat membaca tulisan di depannya. Rabun jauhnya sangat parah dan beliau membaca setiap kalimat yang telah disusunnya secara cermat dengan suara monoton yang membosankan. Namun, Roh Allah bekerja melalui khotbah hamba-Nya itu untuk mengobarkan api Kebangunan Rohani Besar Pertama dan membawa ribuan orang beriman kepada Kristus.
“Segala Sesuatu Melawan Aku”
“Pagi ini saya kira saya punya banyak uang; tetapi sekarang saya bahkan tidak yakin apakah saya punya satu dolar saja.” Mantan presiden AS Ulysses S. Grant mengucapkan kata-kata tersebut pada hari ia ditipu oleh seorang rekan kerja dan kehilangan seluruh tabungan yang telah ia kumpulkan sepanjang hidupnya. Beberapa bulan kemudian, Grant didiagnosis menderita kanker yang tidak bisa disembuhkan. Dalam kekhawatiran soal menafkahi keluarganya, Grant pun menerima tawaran penulis Mark Twain untuk menerbitkan buku memoarnya, yang kemudian berhasil diselesaikannya seminggu sebelum ia meninggal dunia.
Hadiah Dorongan Semangat
“Lebah-lebahmu lepas!” Istri saya menjulurkan kepala di pintu dan menyampaikan berita yang tidak ingin didengar oleh peternak lebah mana pun. Saya berlari keluar dan mendapati ribuan lebah terbang dari sarangnya ke puncak sebuah pohon pinus yang tinggi, dan tidak pernah kembali lagi.
Harapan Melampaui Konsekuensi
Pernahkah Anda melakukan sesuatu saat marah dan kemudian Anda menyesalinya? Ketika putra saya bergumul dengan masalah kecanduan narkoba, saya pernah mengucapkan kata-kata kasar sebagai reaksi atas pilihannya. Kemarahan saya justru membuatnya semakin putus asa. Namun, akhirnya ia bertemu orang-orang percaya yang membagikan kehidupan dan harapan dengannya, dan ia pun kemudian terbebas dari kecanduannya.