Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh James Banks

Taman Milik Allah

Di depan rumah saya tumbuh tanaman yang mengingatkan saya tentang betapa indah dan singkatnya hidup manusia. Musim semi lalu, istri saya menanam moonflower (bunga terulak), tanaman yang dinamakan demikian karena bunganya yang besar dan bundar berwarna putih mirip bulan purnama. Bunganya hanya mekar satu malam lalu layu di bawah cahaya matahari pagi dan tidak akan berbunga lagi. Namun, tanaman itu subur, sehingga setiap malam tersaji bunga-bunga baru. Kami menikmatinya saat berangkat atau pulang setiap hari, sambil membayangkan seperti apa keindahan baru yang akan menyambut kami saat kembali ke rumah.

Memegang Pengharapan

“Aku tahu Ayah akan pulang karena ia mengirimi aku bunga.” Itulah yang dikatakan adik saya yang berusia tujuh tahun kepada ibu kami ketika Ayah dilaporkan hilang dalam perang. Sebelum Ayah berangkat, ia sudah memesan karangan bunga untuk dikirimkan pada hari ulang tahun adik saya, dan karangan itu tiba ketika Ayah sedang hilang. Namun, adik saya benar: Ayah memang pulang, setelah menghadapi pertempuran yang mengerikan. Hingga berpuluh-puluh tahun kemudian, adik saya tetap menyimpan vas yang menjadi wadah bunga tadi untuk mengingatkan dirinya agar selalu memegang pengharapan.

Anjing yang Salah Dimengerti

Surat kabar menyatakan bahwa Pep telah membunuh kucing milik istri gubernur, padahal Pep tidak melakukannya. Satu-satunya kesalahan yang mungkin Pep lakukan adalah menggigiti sofa di rumah sang gubernur.

Ingat untuk Memuji

Ketika gedung gereja kami yang pertama masih dibangun, jemaat menuliskan ucapan syukur sebagai pengingat pada kerangka dinding dan lantai beton sebelum bagian dalam gedung selesai dikerjakan. Jika Anda melepaskan lapisan penutup dinding dari kerangkanya, Anda akan menemukan tulisan-tulisan itu di sana. Ayat-ayat Kitab Suci ditulis di samping ungkapan-ungkapan pujian seperti “Tuhan, Engkau sangat baik!” Kami membiarkan tulisan- tulisan itu tetap di sana sebagai kesaksian bagi generasi mendatang, bahwa terlepas dari berbagai tantangan yang kami hadapi, Allah telah begitu baik dan memelihara kami.

Saulus, Saudaraku

“Tuhan, tolong utus aku ke mana saja kecuali ke sana.” Begitulah doa saya saat remaja, sebelum mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri selama satu tahun. Saya tidak tahu ke mana saya akan pergi, tetapi tahu ke mana saya tidak ingin pergi. Saya tidak mengerti bahasa di negara tersebut, dan pikiran saya dipenuhi prasangka terhadap kebiasaan serta penduduk di sana. Jadi, saya meminta Allah agar mengirim saya ke tempat lain.

Diam dalam Hadirat Allah

Foto pertama dari seorang manusia diambil oleh Louis Daguerre pada tahun 1838. Di dalamnya nampak sosok seseorang di jalanan kota Paris yang kosong pada suatu siang. Namun, ada yang terasa janggal pada foto tersebut; jalan dan trotoar di sana seharusnya ramai dengan kereta kuda dan pejalan kaki yang lalu lalang, tetapi dalam foto itu tampak kosong melompong.

Mendengarkan Pesan Allah

Semasa kuliah, saya sempat pulang-pergi ke kampus dengan mengendarai mobil. Perjalanan pulang ke rumah saya yang terletak di wilayah gurun terkadang terasa sangat membosankan. Jalannya yang lurus dan panjang sering mendorong saya untuk mengebut melebihi batas kecepatan yang diizinkan. Pertama kali melakukannya, saya diberhentikan dan diberi peringatan oleh polisi lalu lintas. Yang kedua kali, saya ditilang. Namun, ketika terjadi untuk ketiga kalinya, saya kembali ditilang persis di tempat yang sama.

Seekor Babun, Seekor Keledai, dan Saya

Jack tahu caranya mengarahkan kereta pada jalur rel yang tepat. Selama sembilan tahun masa kerjanya, ia tidak pernah salah mengarahkan lokomotif ke jalur rel yang tepat saat kereta yang bergerak mendekati Stasiun Uitenhage, Afrika Selatan, membunyikan peluit sebagai tanda arah yang hendak dituju.

Penopang Berkat 

Pada tanggal 15 Januari 1919, sebuah tangki raksasa berisi sirop meledak di Boston. Lebih dari tujuh setengah juta liter gelombang sirop setinggi empat setengah meter tumpah ke jalan dengan kecepatan lebih dari 48 kilometer per jam, menyapu gerbong-gerbong kereta, gedung-gedung, orang-orang, dan binatang. Sirop mungkin terdengar tidak membahayakan, tetapi hari itu hal tersebut berakibat fatal: 21 orang kehilangan nyawa dan lebih dari 150 orang luka-luka.