Memilih untuk Berubah
Ketika putra saya mendapat sebuah robot mainan kecil, ia gemar memprogramnya untuk melakukan tugas-tugas sederhana. Robot itu dapat bergerak maju, berhenti, dan kemudian melangkah mundur. Ia bahkan membuat robot itu dapat mengeluarkan bunyi “bip” dan memutar ulang bunyi-bunyian yang direkamnya. Robot itu melakukan tepat seperti yang diperintahkan putra saya. Robot itu tidak pernah tertawa secara spontan atau bergerak ke arah yang tidak direncanakan. Robot itu tidak mempunyai pilihan.
Suporter Setia
Cade Pope, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun asal Oklahoma, mengirimkan 32 surat berisi tulisan tangannya sendiri kepada masing-masing pemilik dari setiap tim Liga Nasional Sepakbola Amerika (NFL). Cade menulis, “Aku dan keluargaku sangat suka football. Kami suka memainkan fantasy football di internet dan menonton pertandingan yang ditayangkan tiap akhir pekan. . . . Aku sedang memilih tim NFL mana yang akan kudukung selamanya!”
Memuji dan Memohon
Teen Challenge, sebuah pelayanan bagi kaum muda bermasalah yang dimulai di kota New York, lahir dari komitmen pendirinya yang gigih berdoa. David Wilkerson menjual perangkat televisinya dan mengganti kegiatannya menonton (dua jam setiap malam) dengan berdoa. Bulan demi bulan, ia tidak hanya semakin diteguhkan dalam komitmennya itu, tetapi ia juga belajar menyeimbangkan isi doanya antara memuji Allah dengan memohon pertolongan-Nya.
Mengapung
Cahaya matahari berkilau pada permukaan kolam renang di hadapan saya. Saya mendengar instruktur renang berbicara kepada salah seorang muridnya yang sudah cukup lama berada di dalam kolam. Instruktur itu berkata, “Sepertinya kamu mulai kelelahan. Jika kamu kelelahan saat berada di air yang dalam, cobalah teknik mengapung.”
Karena Anugerah
Mata putra saya bersinar-sinar ketika ia menunjukkan kepada saya selembar kertas yang dibawanya pulang dari sekolah. Kertas tersebut berisi ujian matematika, dan di atasnya tercantum tanda bintang berwarna merah dan nilai sempurna 100. Saat kami melihat lembar ujian itu, ia menceritakan bahwa masih ada tiga pertanyaan yang belum sempat dijawabnya ketika guru mengatakan waktu ujiannya sudah habis. Saya heran dan bertanya bagaimana ia bisa mendapatkan nilai sempurna. Ia menjawab, “Ibu guru memberiku anugerah. Aku boleh menyelesaikan ujian itu meskipun waktu sudah habis.”
Berisiko Jatuh
Sewaktu teman saya, Elaine, telah sembuh dari kecelakaan yang dialaminya, seorang perawat menyematkan gelang kuning di pergelangan tangannya. Di situ tertulis: Berisiko Jatuh. Frasa itu berarti: Jagalah orang ini dengan cermat. Mungkin kakinya belum stabil. Berikan bantuan kepadanya untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
Tidak Sempurna
Dalam bukunya Jumping Through Fires (Melewati Kemelut), David Nasser bercerita tentang perjalanan rohaninya. Sebelum mengenal Yesus, ia berteman dengan sekelompok remaja Kristen. Walaupun biasanya teman-teman akrabnya itu bersikap murah hati, menyenangkan, dan tidak menghakimi, David pernah melihat salah seorang dari mereka berbohong kepada pacar-nya. Merasa bersalah, pemuda itu kemudian mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada si pacar. Saat memikirkan hal tersebut, David mengatakan bahwa kejadian itu membuatnya semakin akrab dengan teman-teman Kristennya. Ia menyadari bahwa mereka juga membutuhkan anugerah, sama seperti dirinya.
Dia Mengerti
Sebagian anak kecil sulit tidur di malam hari. Walaupun ada banyak alasan untuk masalah itu, putri saya menyebutkan salah satu alasannya ketika saya hendak meninggalkan kamar tidurnya pada suatu malam. “Aku takut gelap,” katanya. Saya berusaha meredakan rasa takutnya, tetapi akhirnya saya tetap membiarkan lampu kecil menyala di kamarnya agar ia yakin bahwa kamarnya bebas dari monster yang menakutkan.
Lebih dari yang Kita Butuhkan
Di sebuah ladang di wilayah pedesaan Inggris, G. K. Chesterton tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya dan tertawa terbahak-bahak. Luapan sukacitanya terdengar sangat keras hingga mengejutkan sapi-sapi yang merumput di sekitarnya.