Penulis

Lihat Semua
Jennifer Benson Schuldt

Jennifer Benson Schuldt

Tulisan Jennifer Benson Schuldt pertama kali muncul di Our Daily Bread pada bulan September 2010. Ia juga menulis untuk buku renungan Our Daily Journey. Ia tinggal di pinggiran kota Chicago dengan suaminya, Bob, dan anak-anak mereka. Ia suka melukis, membaca puisi dan fiksi, dan berjalan-jalan bersama keluarganya.

Artikel oleh Jennifer Benson Schuldt

Siap Berangkat

Suatu hari ketika mengantar suami ke stasiun kereta di dekat rumah, saya memperhatikan petugas peron sedang memantau keadaan untuk memastikan tidak ada penumpang yang tertinggal. Seorang wanita dengan rambut yang masih basah berlari-lari dari tempat parkir dan melompat naik ke kereta. Kemudian, seorang pria yang mengenakan jas berwarna gelap berjalan menyusuri peron, lalu masuk ke kereta. Petugas peron itu menanti dengan sabar beberapa penumpang yang datang terlambat untuk bergegas naik tepat sebelum kereta berjalan.

Dunia Allah

Saya tahu putra saya akan senang menerima gambar peta dunia untuk kado ulang tahunnya. Setelah melihat-lihat di toko, saya menemukan selembar peta dunia berwarna-warni yang dilengkapi dengan ilustrasi dari setiap daerah. Ada kupu-kupu cantik melayang di atas Papua Nugini. Ada rangkaian gunung di Chili. Ada berlian yang menghiasi Afrika Selatan. Saya sangat senang melihat peta itu, tetapi saya merasa ragu saat membaca label di bagian bawah peta itu yang bertuliskan: Dunia Kita.

Berdoa Dahulu

Manakala saya dan suami mengawasi latihan piano putra kami, kami biasa memulainya dengan meminta Allah supaya menolong kami. Kami berdoa terlebih dahulu karena kami berdua sama sekali tidak bisa memainkan piano. Kami bertiga sama-sama belajar untuk memahami serba-serbi dalam musik, seperti arti istilah “staccato” dan “legato” dan waktu yang tepat untuk memainkan bilah-bilah hitam pada piano.

Datanglah Kepada-Ku

Charlotte Elliott menulis himne “Just As I Am” (Meski Tak Layak Diriku—Kidung Jemaat, no. 27) pada tahun 1834. Saat itu Elliott telah menjadi cacat selama bertahun-tahun, dan ia terlalu sakit untuk membantu penggalangan dana bagi sebuah sekolah bagi kaum wanita. Elliott merasa begitu tidak berguna dan penderitaan batinnya ini mulai membuatnya meragukan imannya kepada Kristus. Ia menulis himne itu sebagai tanggapan atas keraguannya. Siksaan batinnya mungkin terungkap paling jelas dalam kata-kata berikut:

Anugerah Pengharapan

Ketika topan yang sangat kuat menerjang kota Tacloban di Filipina pada tahun 2013, diperkirakan 10.000 orang meninggal, dan banyak dari mereka yang selamat telah kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan. Kebutuhan sehari-hari menjadi langka. Tiga bulan kemudian, ketika kota itu masih berjuang untuk bangkit dari kerusakan besar akibat topan tersebut, seorang bayi lahir di tepi jalan dekat Tacloban, di tengah derasnya hujan dan angin kencang. Meskipun cuaca saat itu mengingatkan mereka kembali pada peristiwa yang menyakitkan, warga setempat bekerja sama untuk mencari bidan, lalu mengantar ibu dan bayinya ke klinik. Sang bayi pun selamat, tumbuh sehat, dan menjadi lambang pengharapan di tengah masa sulit.

Pengantara

Bayangkan Anda berdiri di kaki gunung dan saling berdesakan dengan semua orang di komunitas Anda. Terlihat kilat serta terdengar suara guruh dan bunyi sangkakala yang memekakkan telinga. Di tengah-tengah nyala api, Allah turun ke atas puncak gunung. Puncak gunung itu ditutupi seluruhnya oleh asap; seluruh gunung mulai bergetar dengan kuat, dan Anda pun gemetar (Kel. 19:16-20).

Dunia Yang Tak Kasat Mata

Tahukah Anda bahwa jumlah mikroba di satu tangan Anda saja sudah melampaui jumlah seluruh manusia yang hidup di atas bumi? Atau bahwa jutaan mikroba dapat masuk ke dalam sebuah lubang jarum? Organisme hidup bersel tunggal itu terlalu kecil untuk dapat terlihat oleh mata kita tanpa bantuan mikroskop. Namun mereka hidup di udara, tanah, air, dan bahkan di dalam tubuh kita. Kita terus-menerus berinteraksi dengan mereka, meskipun dunia mereka sepenuhnya di luar jangkauan semua indera kita.

Demi Kesehatan Kita

Menurut seorang peneliti terkemuka dari Duke University Medical Center, “Seandainya sikap mengucap syukur adalah obat, hal itu akan menjadi produk terlaris di dunia dengan [manfaat kesehatan] bagi setiap sistem kerja organ tubuh yang utama.”

Letupan Indah

Dalam buku Kisses from Katie (Ciuman Katie), Katie Davis menceritakan sukacita yang dirasakannya ketika ia pindah ke Uganda dan mengadopsi beberapa anak perempuan asal Uganda. Suatu hari, salah satu putrinya bertanya, “Mama, jika aku mengizin-kan Yesus masuk ke dalam hatiku, apakah aku akan meletup?” Awalnya, Katie mengatakan tidak. Ketika Yesus masuk ke dalam hati kita, itu adalah sebuah pengalaman rohani.