Penulis

Lihat Semua
Jennifer Benson Schuldt

Jennifer Benson Schuldt

Tulisan Jennifer Benson Schuldt pertama kali muncul di Our Daily Bread pada bulan September 2010. Ia juga menulis untuk buku renungan Our Daily Journey. Ia tinggal di pinggiran kota Chicago dengan suaminya, Bob, dan anak-anak mereka. Ia suka melukis, membaca puisi dan fiksi, dan berjalan-jalan bersama keluarganya.

Artikel oleh Jennifer Benson Schuldt

Kasih Sejati

Dalam gladi resik upacara pernikahan saudara laki-laki saya, suami saya sempat memotret sang mempelai pria dan mempelai wanita ketika mereka saling berhadapan di depan pendeta. Saat kami melihat foto tersebut di kemudian hari, kami memperhatikan bahwa lampu kilat pada kamera telah menyinari sebuah salib berbahan logam yang terletak di belakang, sehingga salib itu terlihat sebagai sebuah benda yang bercahaya terang di atas kedua mempelai tersebut.

Allah Mendengar

Setelah membaca beberapa buku anak-anak bersama putri saya, saya mengatakan kepadanya bahwa saya akan membaca buku untuk orang dewasa selama beberapa waktu, baru kemudian kami akan membaca bersama buku anak-anak lagi. Saya membuka-buka buku yang ingin saya baca dan mulai membacanya dalam hati. Beberapa menit kemudian, putri saya menatap saya dengan tatapan ragu dan berkata, “Mama tidak benar-benar membaca.” Dalam anggapannya, karena saya membaca tanpa mengeluarkan suara, saya tidak sungguh-sungguh mencerna kata-kata dalam buku itu.

Bata Tanpa Jerami

Banyak di antara kita menghadapi tantangan untuk bekerja dengan sumber daya yang terbatas. Kita menghadapi dana yang lebih sedikit, waktu yang lebih singkat, tenaga yang semakin terkuras, dan rekan kerja yang semakin dikurangi, tetapi dengan beban pekerjaan yang mungkin tetap sama. Ada kalanya beban pekerjaan kita justru semakin bertambah. Ada sebuah ungkapan yang merangkum situasi ini: “Membuat lebih banyak bata dengan lebih sedikit jerami.”

Pertolongan Dari Roh-Nya

Banyak dari kita yang berjanji kepada diri kita sendiri dalam menandai awal dari tahun yang baru. Kita bertekad untuk semakin rajin menabung, rajin berolahraga, atau mengurangi waktu yang dihabiskan di dunia maya. Kita memulai tahun yang baru dengan niat baik, tetapi tidak lama kemudian kebiasaan lama mulai menggoda kita untuk kembali kepada kehidupan yang lama. Awalnya kita tergelincir dan sesekali jatuh pada kebiasaan lama itu, tetapi lama- kelamaan kita semakin sering melakukannya, hingga tidak ada waktu di mana kita tidak melakukannya. Pada akhirnya, seolah-olah tekad kita di awal tahun itu tidak pernah ada.

Hidup Melawan Arus

Sungai Chicago tidaklah seperti sungai-sungai lainnya. Hal itu dikarenakan arusnya yang mengalir terbalik. Para insinyur memutar balik arusnya lebih dari seabad yang lalu, karena warga kota menggunakan sungai itu sebagai tempat membuang sampah. Semua limbah rumah tangga dan industri mengalir melalui sungai ini hingga kemudian bermuara ke Danau Michigan. Karena air danau tersebut merupakan sumber air minum bagi penduduk Chicago, ribuan orang jatuh sakit dan meninggal dunia, sebelum pemerintah kota akhirnya memutuskan untuk mengubah arus sungai ke arah yang berlawanan supaya air dapat mengalir ke luar dari danau.

Selamat Datang Kembali

Jim pernah memutuskan untuk mengikut Kristus pada usia 10 tahun. Lima belas tahun kemudian komitmennya telah memudar. Ia hanya mementingkan kesenangan hidupnya sekarang dan terjerumus dalam sejumlah kebiasaan buruk. Kemudian hidupnya semakin porak-poranda. Ia mengalami masalah dalam pekerjaannya. Tiga orang anggota keluarganya meninggal pada waktu yang hampir bersamaan. Ketakutan dan keraguan mulai mengusik Jim, dan tampaknya tak ada satu hal pun yang dapat menolongnya—sampai suatu hari ia membaca Mazmur 121:2, “Pertolongan-ku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.” Ayat ini menerobos ketakutan dan kebingungan dalam hatinya. Ia datang kembali kepada Allah untuk memohon pertolongan, dan Allah pun menyambutnya kembali.

Masa Untuk Segalanya

Pada tahun 1960an, grup band rock The Byrds mempopulerkan lagu berjudul Turn! Turn! Turn! Lagu ini pernah menduduki puncak tangga 100 lagu terpopuler versi majalah Billboard dan meraih popularitas di seluruh dunia. Orang-orang seolah terpikat oleh lirik lagu tersebut. Meski demikian, yang menarik adalah bahwa seluruh lirik lagu ini, kecuali baris terakhir, terambil dari kitab Pengkhotbah dalam Perjanjian Lama.

Allah Di Dalam Badai

Di suatu subuh, angin mulai bertiup dan tetes hujan sebesar kerikil menerpa rumah saya. Saya mengintip ke luar untuk melihat langit kelabu kekuningan dan mengamati batang-batang pohon yang meliuk-liuk diterpa angin kencang. Sulur-sulur petir menerangi langit disertai derak guntur yang menggelegar. Listrik pun sempat mati, lalu menyala lagi, dan saya bertanya-tanya sampai berapa lama cuaca buruk ini akan berlangsung.

Tantangan Yang Berbahaya

Di hadapan jutaan orang yang menonton lewat televisi, Nik Wallenda berjalan menyeberangi Air Terjun Niagara di atas seutas kabel sepanjang kira-kira 550 m yang berdiameter hanya 12,7 cm. Ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk mencegah kemungkinan yang bisa saja terjadi. Namun selain menghadapi tantangan dari ketinggian yang mencekam dan derasnya air di bawah yang berbahaya, ada kabut tebal yang menghalangi pandangan Nik, tiupan angin yang mengancam keseimbangannya, dan cipratan air terjun yang mengganggu pijakannya. Di tengah-tengah—dan mungkin karena—ancaman bahaya tersebut, ia berkata bahwa ia “banyak berdoa” dan memuji Allah.