Yesus Menjamah Kita
Letty, seorang petugas kebersihan di sebuah gedung perkantoran, dikenal dapat berjalan dengan sangat cepat. Berjalan cepat membuatnya bisa menghindari orang banyak. Saat melewati orang-orang, Letty, yang lama didera kemiskinan dan terbiasa direndahkan, secara refleks menutupi sebagian wajahnya dengan tangan. Ia menyatakan bahwa rasa malunya yang besar timbul karena ia merasa tidak seperti “orang lain yang normal, rupawan, dan berpendidikan.” Namun, hati Letty mulai pulih ketika seorang wanita di tempat ia bekerja mengajaknya berteman.
Ketakutan yang Tak Berdasar
“Aku mencintaimu. Aku takkan pernah meninggalkanmu.” Julia menyimpan pesan teks dari suaminya agar ia dapat membacanya kapan pun ia merasa takut. Trauma dari masa kecil membuatnya dicekam ketakutan akan ditinggalkan oleh orang-orang terdekatnya. Julia sering kali meminta jaminan dari suaminya, bahkan selalu menunggu suaminya pulang kerja dengan cemas.
Ditopang oleh Allah
Suatu hari, kami sekeluarga membawa ayah saya pulang dari rumah sakit. Beliau mengidap penyakit degeneratif, dan kami harus beradaptasi dengan rutinitas medis baru yang memerlukan perawatan 24 jam karena ayah saya hanya bisa terbaring di tempat tidur dan membutuhkan selang makan. Di saat yang sama, saya juga perlu merencanakan prosedur pengobatan untuk masalah lambung ibu saya dan menghadapi klien-klien yang sulit di tempat kerja. Karena merasa kewalahan, suatu hari saya masuk ke kamar mandi dan mencurahkan isi hati saya kepada Allah: Tolong aku, Bapa. Berilah aku kekuatan untuk melewati hari-hari ke depan.
Kristus Prioritas Kita
“Bolehkah kami mengundang Anda menjadi pembicara utama dalam konferensi nasional kepemimpinan gereja kami?” Setelah membaca undangan dari organisasi ternama itu, Jose membalas, “Saya akan mendoakannya terlebih dahulu.” Di kemudian hari, setelah menolak tawaran itu, Jose berkata kepada temannya, “Aku menyadari bahwa panggilan Allah untukku adalah mengelola bagian editorial dari sebuah proyek misi, sedangkan melayani sebagai pembicara akan merenggut banyak waktu dan tenaga dari tanggung jawabku tadi. Jadi, aku menolaknya, supaya aku bisa mengerjakan apa yang Allah ingin aku lakukan.”
Allah Tahu yang Terbaik
Setelah mengkhawatirkan masalah kesehatan keponakan saya yang masih remaja, saya merasa lega ketika mendengar adanya pengobatan alami yang menjanjikan. Akan tetapi, menurut saudara perempuan saya, pengobatan itu mungkin dapat menimbulkan efek samping, mengingat rekam medis putrinya di masa lampau. Saya ingin berdebat dengannya akan hal itu, tetapi saya menahan diri. Tidak peduli betapa khawatirnya saya mengenai keponakan saya, saya harus menghormati wewenang ibunya.
Kasih Allah Tidak Berkesudahan
Ketika sang ayah yang sakit dan lanjut usia pindah untuk tinggal bersamanya, Josie sempat merasa kewalahan dengan kebutuhan perawatannya sehari-hari. Obat-obatan yang harus dibelinya sangatlah mahal. Selain itu, tanggung jawab perawatan dan hikmat yang diperlukan untuk mengambil berbagai keputusan terkait kondisi kesehatan ayahnya yang makin memburuk, ditambah pekerjaannya yang utama, membuatnya sangat kelelahan. Ia pun bertanya, “Bagaimana aku bisa terus menerima dan membagikan kekuatan, bantuan praktis, hikmat, dan kasih?”
Menolak Menggerutu kepada Allah
Sebagai jawaban atas doanya, Alex dapat melunasi biaya perawatan giginya dengan sumber dana yang tidak terduga dari asuransi kesehatannya. Namun, masih ada perawatan lain yang ia butuhkan. Dari mana lagi saya mendapatkan uang untuk itu? Alex menggerutu. Kejengkelan akan besarnya biaya yang harus ia keluarkan memenuhi pikirannya.
Mengikuti Rencana Allah
Kecemasan membuat saya tidak bisa berfokus pada proyek yang seharusnya saya kerjakan. Saya takut rencana saya tidak akan berhasil. Namun, sebenarnya rasa cemas itu datang dari kesombongan saya sendiri. Saya yakin bahwa jadwal dan rencana sayalah yang terbaik, jadi saya ingin semuanya terus berjalan tanpa hambatan. Namun, sebuah pertanyaan muncul di benak saya: Apakah rencana saya adalah rencana Allah?
Menemukan Kasih di dalam Allah
Ketika masih kecil, Ben ditanya, “Mau jadi apa kalau sudah besar nanti?” ia akan menjawab, “Aku mau jadi seperti Dave.” Dave adalah kakak laki-laki Ben yang bertubuh atletis, pandai bergaul, dan seorang pelajar teladan. Sebaliknya, Ben berkata tentang dirinya sendiri, ”Aku tidak pandai olahraga, pemalu, dan sangat sulit untuk belajar. Aku selalu ingin dekat dengan Dave, tapi ia tidak mau. Ia menyebutku anak yang membosankan.”