Ditanam di Tepi Aliran Air
Bill adalah seorang pensiunan lanjut usia yang tinggal seorang diri dan baru-baru ini harus berhenti mengemudi. Ia membutuhkan bantuan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, menebus obat, dan pergi ke gereja pada hari Minggu. “Tapi, tahukah Anda?” kata Bill. “Saya senang menghabiskan hari-hari saya di rumah. Saya menikmati musik rohani secara daring dan pengajaran Alkitab di TV sepanjang hari.” Ia mengisi hari-harinya dengan firman Tuhan, doa, dan puji-pujian.
Menjadi Kudus
Setelah mengunjungi pameran patung keramik kelas dunia di sebuah museum seni, saya diundang untuk membuat sebuah wadah kecil dari tanah liat yang mudah mengering. Saya menghabiskan waktu dua jam untuk membuat sebuah mangkuk kecil, mengukir pola, dan melukisnya. Hasil kerja keras saya cukup mengecewakan: sebuah mangkuk mungil yang buruk rupa dengan warna yang tidak merata. Yang pasti, hasilnya tidak pantas untuk dipamerkan di museum mana pun.
Melangkah dalam Iman
John sempat sangat terpukul saat kehilangan pekerjaannya. Dengan usia yang tak lagi muda, ia tahu akan sulit baginya untuk mengerjakan sesuatu yang baru. Ia pun berdoa kepada Allah meminta pekerjaan yang tepat baginya. Ia juga berusaha memperbarui resume pekerjaannya, membaca tips wawancara, dan menelepon banyak pihak. Setelah berminggu-minggu melamar, akhirnya ia diterima dalam posisi baru dengan jadwal kerja yang nyaman dan tempat kerja yang mudah dijangkau. Pemeliharaan Allah dan ketaatan iman John berpadu sempurna mendatangkan hasil tersebut.
Memilih Kehidupan
Nathan dibesarkan dalam keluarga yang percaya kepada Kristus. Namun, saat kuliah, ia mulai berpaling dari iman masa kecilnya dan mulai ikut-ikutan berpesta pora dan mabuk-mabukan. “Allah membawa saya kembali kepada-Nya saat saya tidak layak,” katanya. Di suatu musim panas, Nathan pergi ke kota-kota besar di negaranya untuk menceritakan tentang Tuhan Yesus kepada orang-orang yang ditemuinya di jalanan. Sekarang Nathan sedang menyelesaikan masa magang di gerejanya dengan melayani kaum muda. Nathan sangat rindu membimbing anak-anak muda agar mereka tidak menyia-nyiakan hidup mereka dengan menjauh dari Tuhan.
Allah Melihat Kita
Ada 14 miliar batang pohon di negara bagian Michigan, dan sebagian besar di antaranya tergolong biasa-biasa saja. Meski demikian, negara bagian tersebut mengadakan acara tahunan bertajuk “Berburu Pohon Besar”, sebuah perlombaan untuk mengenali pohon-pohon yang tertua dan terbesar, yaitu pohon-pohon yang dapat diberikan penghormatan sebagai tonggak sejarah. Perlombaan ini mengubah pohon biasa menjadi pohon unggulan: calon pemenangnya bisa terdapat di dalam hutan mana pun, hanya selama ini belum ditemukan.
Allah Sumber Keadilan
Ryan masih remaja ketika ibunya meninggal dunia karena kanker. Ia pun hidup menggelandang dan tak lama kemudian putus sekolah. Ia merasa putus asa dan sering kelaparan. Bertahun-tahun kemudian, Ryan mendirikan sebuah organisasi nirlaba yang memberdayakan orang-orang, terutama anak-anak kecil, untuk menanam, memanen, dan menyiapkan bahan makanan dari kebun mereka sendiri. Organisasi tersebut dibangun atas dasar keyakinan bahwa tidak seorang pun boleh mengalami kelaparan dan mereka yang berpunya patut mempedulikan mereka yang tidak punya. Kepedulian Ryan terhadap orang lain itu sejalan dengan hati Allah yang merindukan keadilan dan belas kasih.
Raja yang Tidak Terlihat
Pilgrim adalah pertunjukan musikal yang didasarkan pada The Pilgrim’s Progress, sebuah alegori tentang perjalanan hidup orang percaya. Dalam pertunjukan itu, semua kuasa tak kasatmata dalam dunia rohani diperlihatkan secara nyata kepada penonton. Tokoh Raja, yang mewakili Allah, hadir di atas panggung hampir di sepanjang pertunjukan. Sosok berpakaian putih itu dengan aktif menghalau serangan musuh, dengan lembut mendekap mereka yang menderita, dan mendorong orang-orang untuk melakukan kebaikan. Meski perannya sangat penting, Raja itu tidak terlihat secara fisik oleh tokoh-tokoh manusia di atas panggung. Mereka hanya dapat merasakan dampak dari perbuatannya.
Kaya dalam Kebajikan
Setelah bekerja keras sebagai penatu selama 70 tahun—menggosok, mengeringkan, dan melicinkan baju dengan tangan—Oseola McCarty akhirnya pensiun di usia 86 tahun. Ia sudah menabung penghasilannya yang tidak seberapa dengan sangat cermat selama bertahun-tahun, dan kemudian melakukan sesuatu yang membuat takjub komunitasnya. Oseola memutuskan untuk mendonasikan 150.000 dolar AS kepada universitas setempat sebagai dana beasiswa bagi para mahasiswa yang membutuhkannya. Ratusan orang yang terinspirasi oleh pemberian tanpa pamrih tersebut ikut berdonasi hingga mencapai hasil tiga kali lipat dari donasi Oseola.
Arti Penting Doa
“Doakan tindakan pemindaian otak yang akan saya jalani.” “Doakan agar anak-anak saya mau kembali ke gereja.” “Doakan penghiburan untuk Dave, yang baru saja kehilangan istrinya.” Ketika tim pelayanan kami menerima daftar permohonan doa mingguan seperti itu, kami pun mendoakannya lalu mengirimkan pesan dengan tulisan tangan kepada setiap orang yang didoakan. Permohonan doanya begitu banyak, sementara upaya kami terasa tidak seberapa dan tidak mendapat perhatian. Namun, perasaan itu berubah setelah saya menerima ucapan terima kasih yang tulus dari Dave, suami yang baru saja berduka tadi, disertai salinan berita kematian istri tercintanya. Saya kembali menyadari betapa penting arti doa.