Mencabut Ilalang Kekhawatiran
Setelah menanam beberapa benih dalam sebuah pot di halaman belakang rumah, saya menunggu-nunggu untuk melihat hasilnya. Karena membaca bahwa benih-benih tersebut akan bertunas dalam 10 hingga 14 hari, saya jadi sering memeriksa keadaan saat menyirami tanahnya. Tak lama kemudian, saya melihat beberapa daun berwarna hijau menyembul dari tanah. Namun, kegembiraan saya langsung buyar ketika suami saya memberi tahu bahwa itu hanya ilalang. Ia mendorong saya untuk segera mencabut ilalang itu agar tidak mengimpit tanaman saya.
Keberanian dalam Kristus
Menjelang abad ke-20, Mary McDowell hidup dalam kondisi yang sangat jauh berbeda dengan tempat penyimpanan hewan ternak yang kumuh di kota Chicago. Meski rumahnya hanya berjarak tiga puluh dua kilometer dari tempat itu, Mary tidak tahu banyak mengenai buruknya kondisi kerja yang mendorong para pekerja di tempat penyimpanan hewan itu melakukan pemogokan. Namun, begitu Mary mengetahui kesulitan yang dihadapi para pekerja dan keluarga mereka, ia memutuskan untuk pindah dan tinggal di antara mereka, supaya dapat ikut memperjuangkan kondisi yang lebih baik. Ia melayani kebutuhan mereka, termasuk mengajar anak-anak di suatu sekolah yang diselenggarakan di bagian belakang sebuah toko kecil.
Digerakkan untuk Berdoa
Seorang rekan kerja pernah berkata bahwa kehidupan doanya bertumbuh pesat berkat manajer kami. Saya terkesan mendengarnya, mengira bahwa mungkin atasan kami yang berkarakter keras itu telah memberikan semacam dorongan rohani yang mempengaruhi cara rekan saya berdoa. Ternyata, dugaan saya salah. Rekan kerja yang juga sahabat saya itu lalu menjelaskan: “Setiap kali aku melihat ia muncul, aku langsung berdoa.” Waktu doanya bertambah karena ia jadi lebih sering berdoa sebelum berbicara dengan sang manajer. Ia menyadari bahwa ia memerlukan pertolongan Allah dalam hubungan kerja sama yang tidak mudah dengan manajernya. Keadaan itu mendorongnya untuk semakin sering berdoa.
Cepat untuk Mendengar
Jantung saya berdegup semakin kencang saat saya membuka mulut untuk menyangkal tuduhan seorang teman terhadap saya. Tidak seperti sangkaannya, apa yang saya unggah di media sosial itu tidak bersangkut paut dengan dirinya. Namun, sebelum menanggapi, saya membisikkan sebuah doa. Kemudian saya merasa lebih tenang dan mencoba menyimak ucapannya serta kepedihan di balik kata-katanya. Jelas bahwa masalah ini jauh lebih dalam daripada yang tampak di permukaan. Teman saya telah terluka, dan keinginan saya untuk membela diri pun lenyap. Saya memilih untuk menolongnya mengatasi kepedihan hatinya.
Hikmat Allah Menyelamatkan Jiwa
Saat melihat surat-surat seorang pelanggan semakin menumpuk, seorang tukang pos merasa prihatin. Ia tahu wanita lanjut usia itu tinggal seorang diri dan biasa mengambil suratnya setiap hari. Tukang pos itu pun membuat keputusan yang bijaksana dengan menceritakan keprihatinannya kepada salah seorang tetangga wanita itu. Tetangga itu kemudian memberi tahu tetangga lain yang mempunyai kunci cadangan rumah wanita itu. Keduanya memasuki rumah teman mereka dan menemukan wanita tua itu sedang tergeletak tak berdaya di lantai. Ia jatuh empat hari sebelumnya dan tidak dapat bangkit atau meminta pertolongan siapa-siapa. Hikmat, perhatian, dan keputusan si tukang pos untuk bertindak telah menyelamatkan jiwanya.
Melihat dengan Iman
Suatu pagi, saat sedang berjalan santai, saya melihat sinar matahari menerpa permukaan Danau Michigan dari sebuah sudut yang sempurna sehingga menciptakan pemandangan yang menakjubkan. Saya meminta teman saya untuk berhenti dan menunggu sebentar sembari saya memposisikan kamera untuk mengambil foto. Karena posisi matahari tadi, saya tidak dapat melihat layar ponsel saya sebelum memotret. Namun, karena pernah melakukan ini sebelumnya, saya merasa hasil fotonya nanti akan bagus. Saya mengatakan kepada teman saya, “Kita memang tidak bisa melihatnya sekarang, tapi hasil foto seperti ini pasti bagus.”
Sebuah Pilihan
Beberapa minggu setelah seorang teman dekat meninggal dunia, saya berkesempatan mengobrol dengan ibu mendiang. Saya sempat ragu untuk menanyakan kabarnya, tetapi karena beliau sedang berduka, saya pikir pertanyaan itu tidak patut. Namun, saya menyingkirkan keseganan saya dan mencoba bertanya tentang keadaannya. Ia menyahut: “Saya memilih sukacita.”
Allah Menghapus Dosa Kita
Pada tahun 1950-an, ada seorang ibu tunggal yang harus mencari nafkah dengan bekerja sebagai juru ketik. Namun, ia bukan juru ketik yang baik dan ada saja kesalahan yang dibuatnya. Ia berupaya mencari cara untuk menutupi kesalahannya dan akhirnya menciptakan cairan putih yang digunakan untuk menutupi kesalahan ketik, yang dikenal luas di sini sebagai Tipp-Ex. Setelah cairan itu mengering, orang dapat mengetik lagi di atasnya, seolah-olah tidak ada kesalahan.
Masker “Diberkati”
Ketika kewajiban untuk memakai masker pada masa pandemi dilonggarkan, saya sering lupa menyimpan masker untuk kebutuhan darurat—misalnya untuk digunakan saat berkunjung ke sekolah anak. Suatu hari, ketika perlu mengenakan masker, saya hanya menemukan selembar masker di mobil: masker yang selama ini selalu saya hindari untuk pakai, karena di depannya tertulis kata diberkati.