Iman Seorang Anak
Nenek angkat kami sempat terbaring di rumah sakit setelah beberapa kali terserang stroke. Para dokter tidak tahu pasti seberapa luas kerusakan otak yang dialaminya. Mereka harus menunggu sampai kondisi nenek kami sedikit membaik untuk menguji fungsi otaknya. Wanita berusia delapan puluh enam tahun itu hanya bisa mengucapkan beberapa kata, itu pun sedikit sekali yang dapat dimengerti. Namun, ketika nenek yang pernah mengasuh putri saya selama dua belas tahun itu melihat saya, beliau langsung membuka mulut dan bertanya: “Bagaimana Kayla?” Kata-kata pertama yang dilontarkannya kepada saya adalah tentang putri saya yang sangat ia sayangi.
Mengenakan Kerendahan Hati
Dalam sebuah episode acara televisi Undercover Boss, seorang CEO perusahaan waralaba es krim menyamar dengan mengenakan seragam kasir. Dengan mengenakan wig dan riasan untuk menyamarkan identitasnya, ia berpura-pura menjadi pegawai “baru” di salah satu toko waralabanya. Tujuannya adalah untuk melihat langsung cara kerja dapurnya sekaligus kenyataan yang terjadi di lapangan. Dari pengamatannya tersebut, ia dapat menyelesaikan beberapa masalah yang dihadapi toko tersebut.
Ibadah Sejati
Pada musim panas setelah tahun kedua saya di bangku kuliah, seorang teman sekelas tiba-tiba meninggal dunia. Padahal baru beberapa hari sebelumnya kami bertemu dan ia terlihat baik-baik saja. Kami masih muda dan merasakan hidup sedang jaya-jayanya. Kami bahkan baru saja mengikat janji persaudaraan dalam komunitas mahasiswa di kampus.
Allah Mengingat Nama Kita
Pada hari Minggu pertama setelah saya mulai melayani sebagai pemimpin kaum muda di sebuah gereja dan berkenalan dengan beberapa anak muda, saya berbicara dengan seorang remaja yang duduk di sebelah ibunya. Sambil tersenyum, saya menyapa gadis pemalu itu dengan menyebut namanya dan menanyakan kabarnya. Gadis itu mengangkat kepala dan matanya yang cokelat indah berbinar. Ia ikut tersenyum sambil menjawab pelan: “Kakak ingat namaku.” Dengan hanya memanggil namanya—nama seorang gadis yang mungkin merasa tidak terlalu penting di dalam gereja yang penuh orang dewasa—saya dapat memulai sebuah hubungan yang berlandaskan kepercayaan. Ia merasa diperhatikan dan dihargai.
Dari Stres kepada Damai Sejahtera
Pindah rumah adalah salah satu penyebab stres terbesar dalam hidup. Setelah menempati rumah lama selama hampir dua puluh tahun, kami memutuskan untuk pindah ke rumah kami yang sekarang. Sebelum menikah, selama delapan tahun saya tinggal seorang diri di rumah lama tersebut. Kemudian suami saya bergabung, membawa semua barang miliknya. Setelahnya anak kami lahir, dan itu berarti lebih banyak lagi barang.
Penghiburan pada Tiang Pintu
Ketika sedang melihat-lihat isi media sosial saya paska banjir yang melanda Louisiana bagian selatan tahun 2016, saya menemukan postingan seorang teman. Setelah menyadari rumahnya harus dihancurkan dan dibangun ulang, teman saya didorong ibunya untuk berharap kepada Allah di tengah pekerjaan bersih-bersih yang menguras semangatnya. Teman saya kemudian memuat gambar ayat-ayat Alkitab yang ia temukan pada tiang-tiang pintu rumah, yang tampaknya ditulis saat rumah itu dibangun. Membaca ayat-ayat Kitab Suci pada tiang-tiang kayu itu memberinya penghiburan.
Yang Benar-Benar Dibutuhkan
Ketika memasak, seorang ibu muda memotong daging sapinya menjadi dua, lalu memasukkannya ke sebuah panci besar. Suaminya bertanya mengapa ia memotong dagingnya menjadi dua. Istrinya menjawab, “Karena begitulah ibuku melakukannya.”
Visi yang Baru
Suatu hari, saya melangkah memasuki gereja dengan mengenakan kacamata baru. Begitu duduk, saya melihat seorang kawan duduk tepat di seberang lorong. Saya melambai kepada dirinya yang tampak sangat dekat dan jelas. Rasanya saya dapat menyentuhnya meskipun ia duduk beberapa meter jauhnya dari saya. Ketika kami mengobrol sehabis kebaktian, saya baru sadar bahwa ia selalu duduk di bangku yang sama. Kini saya dapat melihatnya dengan lebih jelas berkat penglihatan saya yang sudah diperbarui.
Berpeganglah pada Apa yang Baik
Kalau kami memarkir mobil di dekat lapangan terbuka dan berjalan melintasinya untuk sampai ke rumah, kami hampir selalu menemukan sejumlah tanaman berduri yang disebut cocklebur menempel pada pakaian kami, terutama di musim gugur. “Penumpang” mungil ini menempel pada pakaian, sepatu, atau apa pun yang lewat dan “menumpang” hingga tujuan mereka berikutnya. Begitulah cara alam menyebarkan benih-benih cocklebur di tempat saya tinggal dan di seluruh dunia.