Rumah Masa Depan
Baru-baru ini seorang kawan menyiapkan diri untuk pindah ke kota yang berjarak lebih dari 1.600 km dari kota tempat tinggalnya sekarang. Ia dan suaminya berbagi tugas untuk menyesuaikan dengan tenggat yang singkat. Suaminya mengatur tempat tinggal yang baru, sedangkan ia mengepak barang-barang milik mereka. Saya terheran-heran dengan kemampuannya yang bisa pindah ke tempat baru tanpa pernah meninjau lokasinya atau ikut berburu rumah. Saya pun bertanya kepadanya bagaimana ia bisa melakukan itu. Ia mengakui itu memang sulit, tetapi ia juga mengatakan bahwa ia bisa mempercayai suaminya. Suaminya mengetahui keinginan dan kebutuhan istrinya karena telah cukup lama menjalani hidup bersama.
Apa Isinya?
“Apakah kamu mau lihat apa isinya?” tanya teman saya Emily. Saya baru saja memuji boneka kain yang sedang dipeluk putrinya yang masih kecil. Saya memang sangat ingin tahu apa isi boneka itu. Teman saya membalik boneka itu dan membuka ritsleting tersembunyi yang dijahit pada punggung boneka tersebut. Dari dalam tubuh boneka itu, Emily dengan lembut mengeluarkan sebuah harta terpendam: boneka kain yang pernah disayang dan disukainya selama bertahun-tahun di masa kanak-kanaknya, lebih dari dua puluh tahun lalu. Boneka “luar” itu hanya sekadar bungkus jika tanpa boneka “dalam” yang menopang dan memberikan bentuk pada boneka “luar” itu.
Mulai Kembali
Setelah perayaan Natal berakhir pada akhir Desember, pikiran saya mulai tertuju pada tahun yang akan datang. Di saat anak-anak sedang libur sekolah dan rutinitas sehari-hari agak longgar, saya dapat merenungkan kembali apa saja yang telah saya alami setahun lalu dan apa yang saya harapkan di tahun yang baru. Perenungan saya terkadang disertai rasa sakit dan penyesalan atas kesalahan-kesalahan yang pernah saya lakukan. Namun, penantian untuk memulai tahun yang baru telah memenuhi hati saya dengan pengharapan dan semangat baru. Saya merasa mempunyai kesempatan untuk memulai kembali dengan awal yang baru, terlepas dari apa pun yang terjadi setahun lalu.
Ham dan Telur
Dalam sebuah dongeng tentang ayam dan babi, kedua binatang itu berdiskusi soal rencana membuka restoran bersama. Saat merencanakan menu yang akan disajikan, ayam mengusulkan menu daging ham dan telur. Babi dengan cepat menolak, sembari berkata: “Aku tak setuju. Enak saja, aku harus mengorbankan diriku, sementara kamu hanya cukup bertelur dan tak sampai mati.”
Tahu Lebih Baik
Setelah membawa pulang anak angkat kami dari luar negeri, saya begitu ingin melimpahinya dengan kasih sayang. Saya ingin menyediakan apa yang belum pernah dinikmatinya, terutama makanan sehat untuk gizinya. Namun, meskipun kami sudah mengusahakan yang terbaik, termasuk berkonsultasi dengan ahli gizi, pertumbuhan tubuhnya sangat lambat. Setelah hampir tiga tahun, baru kami tahu bahwa ia mengidap alergi akut terhadap sejumlah bahan makanan. Setelah menghapus bahan-bahan itu dari menunya, putra saya pun bertambah tinggi 12,5 cm hanya dalam waktu beberapa bulan. Meski menyesal karena lama tidak menyadari bahwa saya telah memberinya makanan yang menghambat pertumbuhan, kini saya senang atas kesehatannya yang berkembang pesat!
Hadiah Terindah
Suami saya baru-baru ini merayakan ulang tahun di usianya yang istimewa, yakni usia yang angkanya diakhiri dengan nol. Saya berusaha keras memikirkan cara terbaik untuk menghormatinya pada kesempatan istimewa ini. Saya membahas banyak ide dengan anak-anak kami agar mereka menolong saya memutuskan cara mana yang terbaik. Saya ingin perayaan kami mencerminkan makna penting dari usianya sekarang dan mengungkapkan betapa dirinya sangat berarti bagi keluarga kami. Saya ingin hadiah kami sesuai dengan arti penting dari pencapaian tersebut dalam hidupnya.
Jauh Lebih Melimpah
Ulang tahun saya tepat sehari setelah ulang tahun ibu. Saat masih remaja, saya harus berpikir keras untuk mencari hadiah yang akan membuat ibu senang sekaligus yang harganya pas di kantong saya. Ibu selalu menerima hadiah saya dengan senang hati, dan keesokan harinya, pada ulang tahun saya, ia akan memberikan hadiah untuk saya. Sudah pasti hadiahnya untuk saya jauh lebih bagus daripada yang saya berikan untuknya. Tentu ibu tidak bermaksud meremehkan pemberian saya. Ibu hanya ingin memberikan dengan murah hati dari harta yang dimilikinya, yang tentu jauh lebih besar jumlahnya daripada milik saya.
Layak
Ketika pertama kalinya saya dan suami diminta menjadi tuan rumah untuk suatu pertemuan kelompok kecil, saya langsung ingin menolaknya. Saya merasa tidak layak. Kami tidak memiliki cukup kursi untuk tiap orang; rumah kami kecil dan tidak dapat menampung banyak orang. Saya juga tidak yakin kami dapat memimpin diskusi kelompok. Apabila diminta untuk menyediakan makanan, saya khawatir karena saya tidak mahir memasak dan tidak punya cukup uang untuk membelinya. Saya tidak merasa kami “layak”, terutama saya yang tidak merasa “layak” melakukannya. Namun, kami ingin melayani Allah dan melayani lingkungan kami. Meskipun ada banyak ketakutan di benak kami, kami mau menjadi tuan rumah. Setelah lebih dari lima tahun melakukannya, kami merasakan sukacita yang luar biasa dari kehadiran kelompok kecil tersebut di rumah kami.
Dari Kosong Sampai Penuh
Sebuah buku anak populer menceritakan kisah tentang seorang anak kampung yang miskin bernama Bartolomeus. Saat ia melepas topinya untuk menghormati raja, tiba-tiba topi yang mirip muncul dan langsung bertengger di atas kepalanya. Hal itu membuat raja marah karena ia menganggap anak itu tidak menghormatinya. Bartolomeus melepas topi demi topi sambil diseret ke istana untuk dihukum. Setiap kali ia melepas topinya, topi baru segera muncul di atas kepalanya. Tiap topi yang baru lebih indah daripada topi sebelumnya, bahkan dihiasi permata mahal dan bulu-bulu mewah. Topinya yang ke-500 diincar oleh Raja Derwin, yang akhirnya mengampuni Bartolomeus dan membeli topi itu seharga 500 keping emas. Setelah itu, tidak ada lagi topi yang muncul di kepala Bartolomeus; ia menerima kebebasan dan uang yang dapat menghidupi keluarganya.