Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Leslie Koh

Diciptakan untuk Berbuat Baik

Awalnya, saya mengabaikan kartu yang melayang jatuh ke tanah itu. Ayah dan anak perempuan kecilnya yang menjatuhkan kartu tersebut berada hanya sekitar 5 meter dari saya, tetapi saya sudah terlambat pergi bekerja. Tentu mereka akan menyadarinya, kata saya kepada diri sendiri. Akan tetapi, mereka terus berjalan. Hati nurani saya tertegur, sehingga saya pun berbalik untuk memungut kartu tersebut. Rupanya itu adalah tiket bus yang sudah dibayar. Waktu saya menyerahkannya kepada mereka, terima kasih yang mereka ucapkan berulang-ulang ternyata membuat hati saya senang. Saya bertanya-tanya, Mengapa saya merasa sangat bahagia karena melakukan hal sederhana seperti itu?Â

Allah Mengejar Kita

Selama bertahun-tahun, Evan berjuang melawan masalah kecanduan yang menghalanginya untuk mendekat kepada Allah. Ia bertanya dalam hati, Mungkinkah aku layak menerima kasih-Nya? Meski rajin beribadah di gereja, Evan merasakan adanya jurang tidak terjembatani yang memisahkannya dari Allah.

Allah akan Bertindak

Erin adalah seorang pekerja keras yang selalu mengerjakan tugasnya dengan baik. Namun, setelah dituduh berbuat tidak jujur, Erin diminta untuk cuti sementara waktu selama penyelidikan berlangsung. Ia sempat terpikir untuk mengundurkan diri sebagai bentuk protes, tetapi kemudian dinasihati agar menunggu hasil penyelidikan. “Mengundurkan diri memberi kesan bahwa kamu memang bersalah,” kata orang yang menasihatinya. Jadi, Erin tetap bertahan, seraya berdoa agar Allah memberinya keadilan. Benar saja, beberapa bulan kemudian, ia dibebaskan dari segala tuduhan.

Dicobai dan Diuji

Stanley menyukai waktu kerja yang fleksibel dan leluasa dari pekerjaannya sebagai sopir sewaan pribadi. Ia bisa mulai dan berhenti bekerja kapan saja, dan ia tidak perlu mempertanggungjawabkan waktu dan perjalanannya kepada siapa pun. Namun, yang ironis, justru itulah bagian tersulit dari pekerjaannya.

Waktu Tuhan

Mag telah menanti-nantikan rencana liburannya ke luar negeri. Akan tetapi, seperti kebiasaannya, ia mendoakannya terlebih dahulu. “Itu cuma liburan, mengapa kamu perlu bertanya kepada Tuhan?” tanya seorang teman. Namun, Mag percaya bahwa ia perlu menyerahkan segala sesuatu kepada Allah. Kali ini, ia merasa Allah mendorongnya untuk membatalkan liburannya. Mag pun taat, dan kemudian epidemi merebak di negara itu pada saat ia seharusnya berada di sana. “Saya merasa Allah melindungi saya,” ujarnya.

Berharap di dalam Allah

Saat Jeremy tiba di kampusnya untuk berkuliah selama tiga tahun, ia tidak menyadari apa yang akan didapatkannya dengan meminta kamar asrama yang paling murah. “Benar-benar mengerikan,” ucapnya. “Kamar tidur dan kamar mandinya buruk sekali.” Namun, ia tidak punya banyak uang dan pilihan. “Yang dapat saya lakukan,” katanya, “hanya berpikir, saya punya rumah yang nyaman, yang akan saya tempati saat pulang tiga tahun lagi, jadi saya akan bertahan dengan semua ini dan menggunakan waktu saya di sini dengan sebaik-baiknya.”

Allah Memegang Kendali

Carol tidak mengerti mengapa semua peristiwa ini menimpanya bertubi-tubi. Apa yang terjadi dalam pekerjaannya sudah cukup buruk, tetapi kemudian pergelangan kaki putrinya mengalami keretakan di sekolah, dan kesehatannya sendiri tumbang karena terjangkit infeksi parah. Apa yang sudah kulakukan sampai aku harus mengalami semua ini? Carol bertanya-tanya. Ia hanya dapat memohon kekuatan kepada Allah.

Dengan Cara-Cara Sederhana

Ketika Elsie menderita kanker, ia sudah siap pulang ke surga untuk bertemu dengan Yesus. Namun, Elsie kemudian sembuh, tetapi penyakit itu membuatnya tidak lagi bisa berjalan dan ia pun bertanya-tanya mengapa Allah menyelamatkan nyawanya. Ia bertanya kepada Tuhan, “Kebaikan apa yang dapat kulakukan? Aku tidak punya banyak uang atau keterampilan, dan aku juga tidak bisa berjalan. Bagaimana aku bisa berguna bagi-Mu?”

Dalam Pelukan Allah

Suara bor sempat membuat takut Sarah yang masih berusia lima tahun. Ia melompat dari kursi dokter gigi dan tidak mau duduk di sana lagi. Sambil mengangguk penuh pengertian, si dokter gigi meminta kepada Jason, ayah Sarah, “Papa, duduklah di kursi ini.” Jason mengira si dokter bermaksud menunjukkan kepada putrinya betapa mudah melakukan hal itu. Namun, kemudian dokter gigi berpaling kepada gadis kecil itu dan berkata, “Nah, sekarang kamu duduk di pangkuan Papa.” Setelah dipangku dan dipeluk sang ayah, Sarah pun tenang, dan dokter gigi dapat melanjutkan pekerjaannya.