Setia dan Tidak Dilupakan
Beranjak dewasa, Sean tidak terlalu mengenal apa artinya memiliki keluarga. Ibunya sudah meninggal dunia dan ayahnya hampir tidak pernah berada di rumah. Ia sering merasa kesepian dan terlupakan. Namun, sepasang suami-istri yang tinggal di dekat rumahnya mengulurkan tangan mereka kepada Sean. Mereka membawa Sean ke rumah mereka, dan menjadikan anak-anak mereka sebagai “kakak” baginya. Semua ini membuat Sean yakin bahwa ia dicintai. Mereka juga membawa Sean ke gereja, dan sekarang ia sudah menjadi seorang pemuda yang percaya diri dan pemimpin kaum muda di gerejanya.
Rute yang Tak Dikenal
Mungkin seharusnya saya tidak mengikuti ajakan Brian untuk lomba lari. Saya berada di negeri asing, dan tidak punya bayangan di mana atau berapa jauh kami akan lari atau seperti apa medannya. Lagi pula, Brian seorang pelari cepat. Apakah pergelangan kaki saya bakal terkilir saat mencoba mengimbanginya agar tidak tertinggal? Namun, apa lagi yang dapat saya lakukan selain percaya kepada Brian, karena ia sudah mengenal jalannya? Ketika kami mulai berlomba, kekhawatiran saya semakin menjadi-jadi. Ternyata jalurnya sulit, berkelok menembus hutan lebat di atas permukaan tanah yang tidak rata. Syukurlah, Brian berulang kali menoleh untuk mengecek keadaan saya dan mengingatkan saya akan adanya jalur sulit di depan.
Pengharapan dalam Duka
Louise adalah seorang anak perempuan yang aktif, ceria, dan menyenangkan semua orang yang dijumpainya. Sayangnya, pada usia lima tahun, hidupnya direnggut oleh sebuah penyakit langka. Kematiannya yang mendadak mengguncang kedua orangtuanya, Day Day dan Peter, dan kami semua yang bekerja bersama mereka. Kami ikut merasakan dukacita yang mendalam.
Rutinitas yang Diberkati
Memandangi serombongan orang yang berbondong-bondong memasuki kereta di pagi hari, perasaan lesu menghadapi hari Senin melanda saya. Menilik wajah-wajah mengantuk dan muram di dalam gerbong yang penuh sesak, saya mendapat kesan bahwa tak seorang pun bersemangat untuk bekerja. Banyak dahi yang makin berkerut ketika beberapa orang berebut ruang kosong dan semakin banyak penumpang mendesak masuk. Lagi-lagi hari yang membosankan di kantor.
Terus Maju dalam Yesus
Saat mengikuti suatu lomba lari di hutan, saya mencoba mencari jalan pintas dan melewati rute yang asing. Karena tidak yakin apakah saya masih berada di jalan yang benar, saya menanyai seorang pelari yang datang dari arah berlawanan.
Tidak Pernah Terlalu Jauh
Di masa mudanya Raj sudah mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Namun, tidak lama setelah itu, ia menyimpang dari iman dan menjalani kehidupan yang jauh dari Allah. Lalu, pada suatu hari, ia memutuskan untuk memperbarui hubungannya dengan Tuhan dan kembali ke gereja. Akan tetapi, seorang wanita mengomeli Raj karena sudah bertahun-tahun tak pernah muncul di gereja. Omelan wanita itu menambah perasaan malu dan bersalah Raj karena penyimpangannya selama bertahun-tahun. Apakah aku sudah tidak memiliki harapan? pikirnya. Lalu ia teringat bagaimana Kristus memulihkan Simon Petrus (Yoh. 21:15-17) meski Simon pernah menyangkali-Nya (Luk. 22:34,60-61).
Apakah Ini Pertanda?
Tawaran pekerjaan itu tampak bagus, dan tepat seperti apa yang Peter butuhkan. Sebagai tulang punggung dari keluarga muda, ia berdoa sungguh-sungguh untuk mendapatkan pekerjaan baru setelah di-PHK dari pekerjaan sebelumnya. “Pasti ini jawaban Allah untuk doa-doamu,” teman-temannya berkata.
Bagian Anda, Bagian Allah
Ketika teman saya Janice diminta mengepalai departemen di tempat kerjanya, ia merasa tidak sanggup. Pasalnya, ia baru beberapa tahun bekerja di sana. Ketika mendoakan hal ini, ia merasa Allah mendorongnya untuk menerima penugasan tersebut. Namun, tetap saja, ia khawatir tidak dapat memenuhi tanggung jawab itu. “Bagaimana aku dapat memimpin sementara pengalamanku hanya sedikit?” ia bertanya kepada Allah. “Mengapa menempatkan aku di sini kalau nanti aku bakal gagal juga?”
Melarikan Diri
Pelajaran pertama dalam aikido, seni bela diri tradisional Jepang, sungguh tak terduga. Sensei, atau guru kami, berkata bahwa ketika ada ancaman serangan, reaksi pertama kita haruslah “melarikan diri”. “Jika benar-benar tidak bisa melarikan diri, barulah kamu bertarung,” kata beliau dengan serius.