Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Lisa M. Samra

Hidup dalam Kebebasan

Setiap tanggal 19 Juni di Texas, kampung halaman saya, diadakan pawai dan piknik yang meriah di tengah komunitas kulit hitam. Namun, saat sudah beranjak remaja, saya baru mengetahui makna memilukan di balik perayaan Juneteenth (paduan dari kata “June” dan “nineteenth”). Juneteenth diselenggarakan untuk memperingati hari ketika para budak di Texas pada tahun 1865 akhirnya menyadari bahwa Proklamasi Emansipasi yang membebaskan mereka dari perbudakan telah disahkan oleh Presiden Abraham Lincoln—dua setengah tahun sebelumnya. Selama itu para budak di Texas masih hidup dalam perbudakan karena tidak tahu tentang kebebasan mereka.

Menyusun Semua Kepingan

Saat berada dalam karantina karena pandemi global, kami sekeluarga memutuskan untuk mengerjakan sebuah proyek ambisius—menyusun puzzle yang berisi delapan belas ribu kepingan! Meski mengerjakannya hampir setiap hari, sering kali kami merasa tidak mencapai banyak kemajuan. Namun, lima bulan kemudian, dengan gembira kami memasang keping terakhir dari puzzle berukuran sekitar 3x2 meter yang menutupi lantai ruang makan kami tersebut.

Kepemimpinan yang Mengasihi

Sebuah video viral yang memperlihatkan usaha induk beruang membawa empat anaknya yang lincah-lincah menyeberang jalan raya yang ramai membuat saya tersenyum. Sungguh lucu dan mengena melihat sang induk mengangkat dan menyeberangkan anaknya satu demi satu—tetapi kemudian anak-anak beruang itu kembali lagi ke tempat semula. Setelah berulang kali mencoba, induk beruang itu akhirnya langsung mengumpulkan keempat anaknya, dan mereka pun berhasil menyeberang dengan selamat.

Tetesan Berwarna Merah

Saat menyusuri Galeri Nasional Skotlandia, saya tertarik kepada sapuan kuas yang tegas serta warna-warna cerah pada salah satu dari banyak lukisan Olive Trees (Pohon-Pohon Zaitun) karya seniman Belanda Vincent van Gogh. Banyak sejarawan meyakini karya itu terinspirasi oleh pengalaman Tuhan Yesus dalam Taman Getsemani di Bukit Zaitun. Yang menarik perhatian saya secara khusus adalah bercak-bercak cat merah di antara pepohonan kuno tersebut.

Penyertaan Allah yang Dahsyat

Pada tahun 2020, diselenggarakan berbagai perayaan dalam rangka peringatan satu abad pengesahan Amandemen Kesembilan Belas Konstitusi Amerika Serikat, yang memberikan hak pilih kepada kaum perempuan. Foto-foto lama dari seabad lalu menunjukkan para pengunjuk rasa memegang spanduk-spanduk yang mencantumkan Mazmur 68:12. Dalam Alkitab versi BIS, ayat itu berbunyi: “Tuhan memberi perintah, lalu para wanita membawa berita.”

Kasih yang Bergirang 

Brendan dan Katie saling menatap dengan wajah berseri-seri. Melihat wajah mereka yang penuh sukacita, Anda mungkin tidak membayangkan segala kesulitan yang harus dilalui ketika rencana pernikahan mereka berubah total akibat berbagai pembatasan dari pandemi COVID-19. Meski hanya dihadiri oleh dua puluh lima anggota keluarga, damai dan sukacita terpancar dari wajah kedua mempelai saat mereka mengucapkan janji pernikahan. Semua itu karena cinta kasih mereka kepada satu sama lain dan perasaan syukur atas kasih Allah yang senantiasa menopang mereka. 

Kasih yang Mengampuni

Delapan puluh tahun usia pernikahan! Pete dan Ruth, paman dan bibi buyut suami saya, merayakan pencapaian luar biasa tersebut pada tanggal 31 Mei 2021. Mereka bertemu pada tahun 1941 ketika Ruth masih di SMA. Pasangan muda itu begitu bersemangat untuk menikah sehingga mereka memutuskan langsung menikah sehari setelah Ruth lulus. Pete dan Ruth percaya bahwa Allah telah menyatukan dan membimbing mereka selama ini.

Warisan Iman

Pada tahun 2019, sebuah penelitian mengenai warisan rohani terhadap umat Tuhan di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa para ibu dan nenek memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap perkembangan rohani seseorang. Hampir dua pertiga dari responden menyatakan diri mereka mewarisi iman dari ibu mereka, dan sepertiga lagi mengaku bahwa nenek dan kakek (biasanya nenek) juga sangat berperan. 

Terang Natal

Di mata saya, pohon Natal itu terlihat seperti sedang dilalap kobaran api! Bukan oleh rangkaian lampu buatan, melainkan nyala api sungguhan. Keluarga kami diundang seorang teman untuk menghadiri tradisi altdeutsche, atau ”cara Jerman kuno”. Perayaan tersebut menyajikan aneka hidangan pencuci mulut tradisional yang lezat dan pohon yang dipasangi lilin sungguhan. (Demi keamanan, pohon yang baru ditebang tersebut hanya dinyalakan satu malam.)