Mengenali Yesus
Sewaktu Carlotta masih kecil, ia mengira ibunya memiliki karunia istimewa dalam mengenali orang lain. Namun, sebenarnya Carlotta yang istimewa. Ia memiliki kondisi langka bernama prosopagnosia yang membuatnya tidak dapat mengenali atau mengingat wajah orang.
Ujian Iman Kita
Pada tahun 304 m, kaisar Romawi Maximianus memasuki kota Nikomedia dengan penuh kejayaan. Diadakanlah pawai yang mengumpulkan seluruh warga kota untuk bersyukur kepada dewa-dewa kafir atas kemenangan itu. Setiap orang hadir di sana, kecuali satu gereja yang dipenuhi orang-orang yang menyembah satu-satunya Allah yang benar. Maximianus memasuki gereja dengan sebuah ultimatum: siapa saja yang menyangkal imannya kepada Kristus akan terlepas dari hukuman. Seluruh jemaat itu menolak, dan akhirnya terbunuh ketika Maximianus memerintahkan agar gedung gereja tersebut dibakar bersama dengan orang-orang percaya di dalamnya.
Interupsi yang Tak Terduga
Manuel sudah terlambat ke gereja, tetapi sekarang ia terjebak di lampu merah. Saat ia menunggu dengan tidak sabar, putrinya melihat seorang pengemudi telantar yang sedang mencoba mengganti ban mobilnya. “Ayah ‘kan jago mengganti ban,” katanya. “Ayah harus membantunya.” Meski akan sangat terlambat, Manuel tahu interupsi itu adalah rencana Allah. Ia berhenti untuk membantu, bahkan mengajak pengemudi itu ke gereja.
Kemurahan Allah yang Berlimpah
Pada usia 51 tahun, Ynes Mexia (1870–1938) memutuskan untuk mempelajari ilmu botani (tumbuh-tumbuhan) dengan mendaftar sebagai mahasiswa di sebuah universitas. Selama 13 tahun kariernya, ia mengadakan perjalanan melintasi Amerika Tengah dan Selatan, serta menemukan sebanyak 500 spesies tumbuhan baru. Mexia tidak sendirian dalam penelitiannya. Para ilmuwan menemukan hampir 2.000 jenis tumbuhan baru setiap tahun.
Pewaris Keselamatan Allah
Ketika orangtua Abigail meninggal dunia secara tragis dalam sebuah kecelakaan mobil, ia mewarisi sekumpulan aset investasi perumahan dalam jumlah besar. Ia juga mengetahui bahwa orangtuanya telah menempatkan aset tersebut di bawah perwalian. Jadi, untuk sementara waktu, ia hanya dapat mengakses sejumlah besar uang yang cukup untuk biaya kuliahnya. Sisa uang itu akan diperolehnya pada saat ia sudah lebih dewasa. Meski sempat merasa frustrasi, Abigail akhirnya menyadari kebijaksanaan orangtuanya dalam merencanakan pemberian warisan itu secara bertahap.
Hidup yang Berkembang dalam Kristus
Ketika rumah kami dibangun, bisa dibilang kami membangunnya di atas tanah kosong berlumpur, di ujung suatu jalan yang berkerikil. Kami membutuhkan rumput, pepohonan, dan semak-semak agar tampilannya senada dengan wilayah perbukitan Oregon di sekitarnya. Saat mengeluarkan peralatan berkebun dan siap-siap bekerja, saya teringat pada taman pertama di dunia, yang mula-mula ada sebelum manusia hadir: “Belum ada semak apa pun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apa pun di padang, . . . dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu” (Kej. 2:5).
Berjalan dengan Allah
Sudah bertahun-tahun para ahli kebugaran menekankan pentingnya berlari untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Namun, studi ilmiah terkini menunjukkan bahwa berjalan kaki setiap hari juga memiliki banyak manfaat baik bagi kesehatan. Menurut Institut Kesehatan Nasional AS, “Orang dewasa yang berjalan kaki sebanyak 8.000 langkah atau lebih dalam sehari memiliki risiko kematian yang lebih rendah selama satu dekade ke depan dibandingkan mereka yang hanya berjalan 4.000 langkah setiap hari.” Berjalan kaki ternyata baik untuk kesehatan kita.
Membangun Sesuatu yang Bertahan
Ketika saya masih kecil, keluarga kami tinggal di dekat sejumlah lokasi pembangunan di Ohio. Terinspirasi oleh kegiatan-kegiatan yang kami lihat di sana, saya dan teman-teman mengumpulkan sisa-sisa bahan bangunan dan menggunakannya untuk membangun sebuah benteng. Dengan meminjam perkakas milik orangtua kami, kami mengangkut kayu-kayu dan menghabiskan berhari-hari membuat benteng dengan bahan-bahan yang ada. Kegiatan itu menyenangkan, tetapi hasil upaya kami tidak sebanding dengan bangunan kokoh yang berdiri di sekitar kami. Apa yang kami bangun tidak bertahan lama.
Segenggam Beras
Mizoram, sebuah negara bagian di timur laut India, perlahan-lahan berhasil keluar dari kemiskinan. Sejak Injil datang ke wilayah itu, umat Kristen di sana menerapkan tradisi lokal yang dinamakan “segenggam beras”, meski penghasilan mereka rendah. Setiap hari, mereka yang memasak akan menyisihkan segenggam beras dan menyerahkannya kepada gereja. Gereja di Mizoram, meski miskin menurut standar dunia, telah menyumbang jutaan dolar untuk pekerjaan misi dan mengirimkan misionaris ke berbagai penjuru dunia. Sejumlah besar warga di negara bagian itu juga percaya kepada Kristus.