Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Monica La Rose

Hidup bersama Yesus

Dokter Christian Ntizimira merasa Allah memanggilnya untuk menyediakan perawatan paliatif di wilayah-wilayah yang kurang terlayani di negara asalnya, Rwanda. Banyak rekannya tidak bisa melihat nilai penting dari perawatan tersebut karena “pasien-pasien itu sepertinya tidak lagi memiliki harapan.” Namun, Ntizimira mendapati bahwa bagi para pasien dan keluarga mereka, “kehadirannya menyalakan kembali harapan di tengah keadaan yang kelam.” Semangat Ntizimira dijaga oleh keyakinannya bahwa kematian dan kebangkitan Yesus sanggup memperbarui cara kita menghadapi kematian, sebab “kematian Kristus adalah sumber kehidupan.”

Allah Mengerti

Di dalam buku Dictionary of Obscure Sorrows (Kamus Penderitaan yang Tidak Mudah Dipahami), John Koenig menyusun sekumpulan kata-kata baru yang diciptakan untuk menamai perasaan-perasaan rumit yang sebelumnya tidak memiliki istilah. Bukunya mencakup kata-kata seperti dés vu, “kesadaran bahwa momen ini akan menjadi kenangan,” dan kata onism, “rasa frustrasi karena terperangkap dalam satu tubuh jasmani, yang hanya bisa berada di satu tempat pada satu waktu.” Koenig mengatakan bahwa ia bermaksud untuk menjelaskan semua hal unik dan asing yang dialami manusia pada umumnya, supaya mereka tidak merasa sendirian dalam pengalaman tersebut.

Melihat dengan Hati Allah

Setelah Chantale merayakan ulang tahunnya yang ketiga belas dengan pesta berjam-jam, tiba-tiba suara tembakan senjata memecah ketenangan desanya malam itu. Chantale dan saudara-saudaranya mematuhi perintah ibunya untuk bersembunyi dan lari ke hutan. Sepanjang malam, mereka meringkuk dengan dilindungi sebatang pohon. “Matahari muncul keesokan paginya, tetapi orangtua kami tidak,” kenang Chantale. Ia dan saudara-saudaranya menjadi yatim piatu dan pengungsi, tinggal bersama dengan puluhan ribu orang di sebuah kamp pengungsian.

Menang dengan Mengalah

“Tidak menang sebenarnya lebih berpengaruh daripada menang,” demikian pendapat Profesor Monica Wadhwa. Penelitiannya mengungkapkan bahwa orang cenderung lebih bersemangat dan termotivasi bukan pada saat mereka menang, tetapi ketika mereka nyaris menang. Kegagalan seseorang mencapai ambisinya cenderung memberikan motivasi untuk terus tumbuh dan berjuang. Sebaliknya, kemenangan yang dicapai dengan mudah cenderung melemahkan energi dan motivasi seseorang.

Pengetahuan yang Mulia

Teolog abad pertengahan Thomas Aquinas telah mengalami begitu banyak penderitaan karena mengabdikan seluruh hidupnya untuk mencari Allah. Keluarganya sendiri pernah memenjarakannya demi menghentikan keinginannya untuk bergabung ke Ordo Dominikan, sebuah kelompok rahib yang membaktikan hidup mereka kepada kesederhanaan, pembelajaran, dan pemberitaan Injil. Setelah menghabiskan hampir seumur hidupnya mempelajari Kitab Suci dan alam ciptaan Allah, serta menulis hampir 100 judul buku, Aquinas menikmati pengalaman yang begitu intens dengan Allah sehingga ia menulis, “Saya tidak bisa menulis lagi, karena Allah telah memberiku pengetahuan yang begitu mulia sehingga semua hal yang pernah kutulis terasa seperti sia-sia.” Tiga bulan kemudian Aquinas meninggal dunia.

Dihormati dan Dibaca

Di rumah, kami memiliki sebuah rak yang penuh dan padat dengan buku. Saya sangat tertarik dengan buku-buku indah, terutama buku-buku bersampul keras (hardcover) yang bagus, dan dari tahun ke tahun koleksi tersebut terus bertambah. Sayangnya, saya tidak memiliki cukup waktu dan energi untuk benar-benar membaca semua buku yang saya koleksi. Buku-buku itu tetap indah, mulus, dan—sedihnya—tak terbaca.

Menanggapi Kemurahan Hati

Ketika Lydia mendapat hadiah $10.000 (lebih dari 155 juta rupiah) dari seorang donatur rahasia, ia hanya menggunakan sedikit untuk keperluan pribadinya dan memberikan sebagian besar jumlah uang itu kepada rekan kerja, keluarga, korban banjir, dan badan amal. Tanpa sepengetahuannya, Lydia adalah bagian dari sebuah studi yang meneliti respons 200 orang ketika mendapat hadiah sebesar $10.000 melalui transfer bank. Studi tersebut mendapati bahwa lebih dari dua per tiga uang hadiah itu ternyata dibagi-bagikan lagi oleh para penerimanya. Saat membagikan cerita ini, Chris Anderson, kepala organisasi media nirlaba TED, merefleksikan, “Ternyata . . . kita diciptakan untuk menanggapi kemurahan hati yang kita terima dengan bermurah hati kepada orang lain lagi.”

Mencari Kebenaran

Mengapa orang cenderung bersikeras bahwa mereka benar—bahkan saat jelas-jelas mereka salah? Penulis Julia Galef menyatakan bahwa ini berkaitan dengan “pola pikir tentara”—kita berfokus membela apa yang telah kita yakini terhadap apa yang kita anggap sebagai ancaman. Galef berpendapat bahwa yang lebih berguna adalah pola pikir pramuka, yang tidak hanya berfokus untuk mengenyahkan ancaman, tetapi berusaha mencari seluruh kebenaran. Pola pikir tersebut ingin memahami “apa yang terjadi dengan sejujur dan seakurat mungkin, meski itu mungkin tidak indah, nyaman, atau menyenangkan.” Orang dengan cara pandang demikian memiliki kerendahan hati untuk terus bertumbuh dalam pemahamannya.

Diubahkan dari Dalam

Kebakaran Grenfell Tower di London Barat, yang merupakan bencana kebakaran paling fatal di Inggris pasca Perang Dunia II, telah menghancurkan gedung setinggi 24 lantai itu dan merenggut nyawa 70 jiwa. Penyelidikan atas insiden itu menemukan bahwa bahan yang digunakan untuk melapisi bagian luar gedung pada saat renovasi menjadi faktor kunci dalam penyebaran api yang begitu cepat. Bahan itu memiliki lapisan luar dari aluminium, tetapi di dalamnya terdapat inti plastik yang sangat mudah terbakar.