Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Monica La Rose

Membangun Niat Baik

Ketika berpikir tentang praktik bisnis yang paling berhasil, yang pertama terlintas dalam pikiran kita mungkin bukan sifat-sifat seperti kebaikan dan kemurahan hati. Namun, itulah yang diyakini oleh pengusaha James Rhee. Pengalaman Rhee sebagai CEO sebuah perusahaan yang nyaris bangkrut mengajarkannya bahwa dengan memprioritaskan apa yang ia sebut “niat baik”––suatu “budaya kebaikan” dan semangat rela memberi—ia dapat menyelamatkan dan bahkan mengembangkan perusahaannya. Mengutamakan sifat-sifat tersebut dapat memberikan harapan dan motivasi yang dibutuhkan untuk bersatu, berinovasi, dan memecahkan masalah. Rhee menjelaskan bahwa “Niat baik . . . adalah aset nyata yang dapat dilipatgandakan dan diperkuat.”

Keterampilan untuk Berbelas Kasihan

“Sebilah duri telah menyisip di kakimu—itu sebabnya terkadang engkau menangis di malam hari,” tulis Katarina dari Siena pada abad ke-14. Ia melanjutkan, “Ada orang-orang yang dapat mengeluarkannya. Keterampilan yang dibutuhkan untuk itu dipelajari dari [Allah].” Katarina mengabdikan hidupnya untuk mengembangkan “keterampilan” tersebut, dan sampai sekarang masih dikenang karena kemampuannya yang luar biasa dalam berempati dan berbelas kasihan kepada orang-orang yang menderita.

Di Bawah Sayap Allah

Sejumlah keluarga angsa kanada dengan anak-anaknya sering menempati kolam dekat kompleks apartemen kami. Anak-anak angsa kecil itu sangat halus bulunya dan menggemaskan, sehingga sulit untuk tidak mengamati mereka ketika saya sedang berjalan-jalan atau berlari mengelilingi kolam. Namun, saya sudah belajar untuk menghindari kontak mata dan menjaga jarak dari angsa-angsa itu, karena jika tidak, bisa-bisa induk angsa yang protektif menganggap saya sebagai ancaman lalu mendesis dan mengejar saya!

Kasih Karunia yang Bertahan Lama

Pernahkah Anda mendengar tentang #slowfashion? Tagar tersebut menggambarkan sebuah gerakan yang gigih menolak fast fashion (harfiah: busana cepat), suatu industri busana yang didominasi oleh jenis-jenis pakaian yang dibuat dengan biaya murah dan dengan cepat dibuang. Dalam fast fashion, pakaian masuk ke pasar dan dalam waktu cepat sudah ketinggalan zaman. Sejumlah merek membuang banyak sekali produk mereka setiap tahunnya.

Aku Bukan Siapa-Siapa! Siapa Dirimu?

Dalam sebuah puisi yang dibuka dengan baris, “Aku bukan siapa-siapa! Siapa dirimu?” Emily Dickinson menyindir segala upaya yang dilakukan manusia untuk menjadi “seseorang” yang diakui dan dihargai. Sang pujangga justru menganjurkan kita untuk menikmati kebebasan penuh sukacita dengan menjalani hidup tanpa dikenali. “Alangkah menyedihkan – menjadi Seseorang! Di depan umum – seperti seekor Katak – / Namanya diserukan – di sepanjang bulan Juni / kepada seluruh Rawa yang terpesona!”

Kemurahan Hati yang Melimpah Ruah

Tak ada orang yang di ujung hidupnya pernah dengan bangga berkata demikian: “Aku senang sudah menjalani kehidupan yang mementingkan, melayani, dan melindungi diriku sendiri,” kata penulis Parker Palmer dalam pidatonya di suatu acara wisuda. Ia bermaksud mengajak para wisudawan dan wisudawati untuk “mempersembahkan diri [mereka] bagi dunia . . . dengan kemurahan hati yang melimpah ruah.”

Setiap Duka

“Kutimbang setiap Duka yang kujumpai,” tulis penyair abad ke-19 Emily Dickinson, “Dengan mata menyipit penuh selidik – / Apakah bobotnya serupa dengan Lukaku, ingin aku tahu – / Ataukah bebannya sedikit lebih Mudah.” Puisi tersebut merupakan perenungan yang mendalam tentang kecenderungan manusia untuk terus mengingat-ingat bagaimana mereka telah dilukai di sepanjang hidup mereka. Dickinson mengakhiri puisinya, hampir seperti bimbang, dengan satu-satunya pelipur lara yang ia dapatkan: “Penghiburan dari luka tusukan paku” saat memandang Kalvari, dan menemukan lukanya sendiri tecermin dalam luka Sang Juruselamat: “Masih tertegun saat menyadari / Ada Luka – yang tak berbeda dari lukaku sendiri –.”

Perlindungan Kita yang Aman

Seorang pensiunan guru, Debbie Stephens Browder, berusaha meyakinkan sebanyak mungkin orang untuk menanam pohon. Alasannya? Cuaca panas. Panas ekstrem di Amerika Serikat adalah penyebab kematian nomor satu yang terkait dengan cuaca. Untuk menanggapi hal itu, Debbie berkata, “Saya akan mulai dengan menanam pohon.” Naungan yang diperoleh dari rindangnya pepohonan adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi masyarakat. “Ini urusan nyawa, bukan sekadar untuk mempercantik lingkungan.”

Bukan Mimpi

Rasanya seperti sedang bermimpi tetapi Anda tidak bisa bangun dari mimpi itu. Mereka yang bergumul dengan apa yang terkadang disebut sebagai “derealisasi” atau “depersonalisasi” sering merasa bahwa tidak ada yang nyata di sekitar mereka. Orang-orang yang merasakan hal itu untuk waktu yang lama bisa didiagnosis mengidap gangguan serius. Meski demikian, perasaan itu diyakini merupakan masalah kesehatan mental yang umum terjadi, terutama dalam masa-masa sulit. Namun, kadang kala perasaan itu tetap muncul meski hidup tampak baik-baik saja. Seolah-olah pikiran kita tidak bisa percaya bahwa hal-hal baik sungguh terjadi.