Allah Memanggil Nama Anda
Natalia pergi ke negara lain dengan memegang janji bahwa ia akan disekolahkan. Namun, di sana, Natalia mengalami pelecehan fisik dan seksual dari si ayah di keluarga yang ditumpanginya. Ia dipaksa mengurus rumah dan anak-anaknya tanpa dibayar. Ia tidak diizinkan keluar rumah ataupun menggunakan telepon. Natalia pun dijadikan budak orang itu.
Para Pemberi Perlindungan
Karena tergerak oleh kisah-kisah mengenai anak-anak para pengungsi, Phil dan Sandy membuka hati dan rumah mereka untuk dua orang anak. Setelah menjemput anak-anak itu dari bandara, dengan gugup mereka berkendara pulang tanpa mengucap sepatah kata. Siapkah mereka menerima anak-anak ini? Mereka semua berbeda budaya, bahasa, dan agama; tetapi Phil dan Sandy kini menjadi pemberi perlindungan bagi anak-anak itu.
Bebas di dalam Roh
Orville dan Wilbur Wright tidak memiliki lisensi pilot. Mereka juga tidak pernah mengenyam bangku kuliah. Mereka adalah montir sepeda yang mempunyai mimpi dan keberanian untuk mencoba terbang. Pada tanggal 17 Desember 1903, mereka bergantian menerbangkan pesawat Wright Flyer mereka dalam empat penerbangan terpisah. Yang paling lama hanya berlangsung satu menit, tetapi usaha itu mengubah dunia kita untuk selamanya.
Bara Api di Atas Kepala Musuh
Setiap hari Dan dipukuli oleh sipir penjara yang sama. Namun, Dan merasa Tuhan Yesus mendorongnya untuk mengasihi sipir itu. Jadi, suatu pagi, sebelum dipukuli lagi, Dan berkata, “Pak, kalau saya akan bertemu Bapak setiap hari seumur hidup saya, saya harap kita bisa berteman.” Sipir itu berkata, “Tidak. Kita tidak akan pernah menjadi teman.” Akan tetapi, Dan bersikeras dan mengulurkan tangannya.
Sudah Kosong Sekarang
Seharian itu saya bersama saudara-saudara saya dan keluarga kami memindahkan barang-barang orangtua dari rumah masa kecil kami. Sorenya, ketika kembali untuk mengambil barang-barang terakhir, kami menyadari bahwa itulah kesempatan terakhir kami di rumah ini dan kami pun berfoto bersama di teras belakang. Saya berjuang menahan air mata ketika ibu saya menoleh dan berkata, “Sudah kosong sekarang.” Ucapannya membuat pertahanan saya runtuh. Rumah yang berisi kenangan selama lima puluh empat tahun itu kini sudah kosong. Saya berusaha keras untuk tidak memikirkannya.
Yesus adalah Jawaban
Konon dalam perjalanan Albert Einstein dari kampus ke kampus untuk memberikan kuliah umum, sang sopir berkata bahwa saking seringnya mendengar Einstein, ia sudah hafal bahannya di luar kepala dan bisa menggantikan tuannya mengajar. Einstein pun mengusulkan agar mereka bertukar peran di perguruan tinggi berikutnya, mengingat tidak seorang pun di sana pernah melihat fotonya. Sopir itu setuju, lalu ia menyampaikan kuliah dengan sangat baik. Lalu tibalah sesi tanya-jawab. Ketika salah seorang hadirin mengajukan pertanyaan yang sulit, sang sopir berkata, “Saya lihat Anda seorang profesor yang brilian, tetapi saya terkejut Anda mengajukan pertanyaan yang begitu sederhana yang bahkan dapat dijawab oleh sopir saya.” Lalu “sang sopir”—Albert Einstein sendiri—berhasil menjawabnya! Begitulah akhir cerita yang lucu tetapi fiktif tersebut.
Melepaskan
Autobiografi Agustinus yang berjudul Confessions (Pengakuan-Pengakuan) menggambarkan perjalanannya yang panjang dan berliku hingga berjumpa dengan Yesus. Pada satu kesempatan, ia pergi ke istana untuk menyampaikan pidato berisi sanjungan bagi kaisar. Ketika sedang mencemaskan isi pidatonya yang bagus tetapi tidak tulus, ia melihat seorang pengemis mabuk sedang “bersenda gurau dan tertawa”. Ia tersadar si pemabuk sudah menikmati kebahagiaan sesaat dari apa yang ia kerjakan, dan dengan usaha yang jauh lebih sedikit. Maka, Agustinus pun berhenti mengejar kesuksesan duniawi.
Kita Tidak Sendirian
Dalam cerpen menegangkan “Knock” (Ketukan) karya Fredric Brown, ia menulis, “Orang terakhir di Bumi duduk seorang diri di dalam ruangan. Lalu, terdengar ketukan di pintu.” Astaga! Siapa itu, dan apa yang mereka inginkan? Makhluk misterius apa yang mendatanginya? Ternyata orang itu tidak sendirian.
Siapa Nama Anda?
Setelah suaminya meninggal dunia, Jen menikah lagi. Anak-anak suaminya yang baru tidak pernah menerimanya. Sekarang setelah suami keduanya itu juga meninggal dunia, anak-anaknya makin membenci Jen karena ia masih tinggal di rumah masa kecil mereka. Suami Jen tidak meninggalkan banyak warisan untuknya, tetapi anak-anaknya menuduh Jen telah mencuri warisan mereka. Dapat dimengerti jika situasi ini membuat Jen putus asa dan merasakan kepahitan.