Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Mike Wittmer

Ketika Kelemahan Menjadi Kekuatan

Dua tahun lamanya Drew dipenjara karena melayani Tuhan Yesus. Ia pernah membaca kisah-kisah para misionaris yang terus merasakan sukacita selama di penjara, tetapi ia mengaku bahwa bukan itu yang ia rasakan. Ia mengatakan kepada istrinya bahwa Allah telah salah memilih orang untuk menderita bagi-Nya. Namun, sang istri menjawab, “Tidak. Menurutku, Dia justru memilih orang yang tepat. Ini pasti bukan kebetulan.”

Melarikan Diri dari Kalkun

Saya menemukan dua ekor kalkun sedang berdiri di tengah jalan yang akan saya lalui. Seberapa dekat aku bisa menghampiri kalkun-kalkun itu? pikir saya. Saya memperlambat langkah, lalu berhenti. Berhasil. Kalkun-kalkun itu berjalan ke arah saya . . . dan terus mendekat. Dalam hitungan detik, kepala mereka berada dekat sekali dengan pinggang saya, lalu punggung saya. Seberapa tajam paruh kalkun? Saya buru-buru kabur. Kedua unggas itu sempat mengejar saya sebelum akhirnya menyerah. 

Kuasa Firman Allah

Stephen adalah seorang komedian yang tengah naik daun, dan ia telah meninggalkan imannya. Meski dibesarkan dalam keluarga Kristen, ia meragukan imannya setelah ayah dan dua saudara laki-lakinya tewas dalam kecelakaan pesawat. Di awal usia dua puluhan, ia kehilangan imannya. Akan tetapi, ia kembali memeluk imannya pada suatu malam di jalanan kota Chicago yang dingin. Seorang asing memberinya Alkitab saku Perjanjian Baru, dan Stephen pun membaca-baca isinya. Daftar indeks merujuk orang yang bergumul dengan kecemasan kepada Matius 6:27-34, bagian dari Khotbah Yesus di Bukit.

Saling Membutuhkan

Dave Kindred adalah jurnalis olahraga yang telah meliput ratusan acara olahraga dan kejuaraan bergengsi. Ia bahkan menulis riwayat hidup Muhammad Ali. Setelah pensiun, ia merasa bosan dan mulai menghadiri pertandingan basket anak perempuan di sebuah sekolah di kotanya. Tak lama kemudian ia mulai meliput setiap pertandingan dan mengunggahnya secara daring. Ketika ibu dan cucu lelakinya meninggal dunia, kemudian istrinya terkena stroke, Dave menyadari bahwa tim basket yang diliputnya itu telah memberinya rasa kebersamaan dan arti hidup. Dave dan tim basket itu saling membutuhkan. Dave berkata, “Tim ini menyelamatkanku. Hidupku berubah menjadi gelap . . . [dan[ mereka hadir membawa terang.”

Cerita yang Menegangkan

Saat menyelam untuk berburu lobster, tiba-tiba saja seekor paus bungkuk mencaplok Michael. Ia meronta-ronta dalam gelap, tetapi rahang paus itu terus menjepitnya. Pikir Michael, tamatlah riwayatku. Untungnya paus itu tidak menyukai rasa manusia, dan tiga puluh detik kemudian, Michael pun dimuntahkannya. Syukurlah, tak ada tulang yang patah; yang tertinggal hanyalah luka memar dan sebuah cerita yang menegangkan.

Ketika Pengetahuan Menyakitkan

Zach Elder dan kawan-kawannya tiba di darat setelah berarung jeram selama dua puluh lima hari melintasi Grand Canyon, Amerika Serikat. Orang yang bertugas mengumpulkan perahu memberikan informasi tentang merebaknya virus COVID-19. Mereka mengira orang itu hanya bercanda. Namun, selepas mereka dari Grand Canyon, telepon mereka menerima pesan-pesan mendesak dari orangtua mereka. Zach dan kawan-kawan tertegun. Mereka berpikir, andai saja mereka dapat kembali ke sungai tadi dan melarikan diri dari apa yang mereka ketahui sekarang.

Hidup Seolah Anda Sudah Dipulihkan

Ada dua kakak-beradik perempuan dari India yang terlahir buta. Ayah mereka seorang pekerja keras, tetapi ia tidak sanggup membiayai operasi yang akan membuat kedua putrinya dapat melihat. Kemudian datanglah sekelompok dokter ke wilayah mereka untuk kegiatan misi pengobatan jangka pendek. Sehari setelah operasi dilakukan, kedua kakak-beradik itu tersenyum lebar saat perawat membuka perban mata mereka. Yang satu berseru, “Ibu, aku bisa melihat! Aku bisa melihat!”

Berinvestasi pada Orang Lain

Sebuah perusahaan menawarkan bonus seribu mil frequent flier (program kesetiaan pelanggan) untuk setiap sepuluh pembelian produk makanan mereka. Ketika seorang pria menyadari bahwa produk termurah mereka adalah puding cokelat, ia pun membeli lebih dari 12.000 buah. Dengan mengeluarkan 3.000 dolar, pria itu mendapatkan status emas sebagai pelanggan dan jumlah mil penerbangan yang cukup untuk seumur hidup bagi keluarganya. Ia juga menyumbangkan puding-puding itu ke lembaga amal, sehingga berhak mendapat potongan pajak sebesar 800 dolar. Benar-benar jenius!

Seperti Kasih Ibu

Juanita bercerita kepada keponakannya tentang pengalamannya tumbuh dewasa selama masa Depresi Besar. Keluarganya yang miskin hanya makan apel, ditambah apa pun hasil buruan ayahnya. Setiap kali ayahnya membawa seekor tupai untuk makan malam, ibunya berkata, “Berikan kepalanya untukku. Aku cuma ingin makan itu. Daging kepala itu bagian yang terbaik.” Bertahun-tahun kemudian Juanita baru menyadari, tidak ada daging pada kepala tupai. Ibunya tidak memakannya. Ia hanya berpura-pura itu bagian terbaik “agar kami, anak-anak, bisa makan lebih banyak dan tidak usah mengkhawatirkan dirinya.”