Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Mike Wittmer

Seperti Kasih Ibu

Juanita bercerita kepada keponakannya tentang pengalamannya tumbuh dewasa selama masa Depresi Besar. Keluarganya yang miskin hanya makan apel, ditambah apa pun hasil buruan ayahnya. Setiap kali ayahnya membawa seekor tupai untuk makan malam, ibunya berkata, “Berikan kepalanya untukku. Aku cuma ingin makan itu. Daging kepala itu bagian yang terbaik.” Bertahun-tahun kemudian Juanita baru menyadari, tidak ada daging pada kepala tupai. Ibunya tidak memakannya. Ia hanya berpura-pura itu bagian terbaik “agar kami, anak-anak, bisa makan lebih banyak dan tidak usah mengkhawatirkan dirinya.”

Bapa Segala Dusta

Lama-lama Victor kecanduan pornografi. Banyak temannya menyukai pornografi, dan akhirnya ia terjerumus juga. Namun, sekarang ia mengerti kalau itu salah—ia berdosa terhadap Allah—dan kebiasaan itu melukai hati istrinya. Ia berjanji akan menjaga hidupnya sehingga ia tidak akan melihat hal-hal cabul lagi. Namun, ia khawatir tindakan itu sudah terlambat. Dapatkah pernikahannya diselamatkan? Mungkinkah ia kembali bebas dan sepenuhnya diampuni?

Diagnosis Rohani

Kemoterapi sempat membuat tumor pankreas ayah mertua saya mengecil, tetapi hanya sementara. Ketika tumor itu kembali membesar, beliau harus mengambil keputusan yang sangat menentukan hidup dan matinya. Ia bertanya kepada dokter, “Apakah sebaiknya saya meneruskan kemoterapi ini atau mencoba cara lain, barangkali obat atau radiasi lain?”

Rubah-Rubah Kecil

Seorang pilot tak dapat menaruh cangkir tehnya di tempat cangkir, jadi ia meletakkannya di konsol tengah kokpit. Ketika pesawat mengalami turbulensi, minumannya tumpah ke panel kontrol hingga membuat salah satu mesin pesawat mati. Penerbangan tersebut dialihkan dan pesawat dapat mendarat dengan selamat. Namun, ketika dua bulan kemudian hal yang sama terjadi lagi dengan kru penerbangan lain, pabrik pesawat pun menyadari adanya masalah. Harga pesawat itu 300 juta dolar, tetapi tempat minumannya terlalu kecil. Hal kecil yang terlewatkan itu telah mengakibatkan sejumlah momen mengerikan.

Semua Makhluk Besar dan Kecil

Michelle Grant melatih seekor bayi berang-berang bernama Timber untuk kembali ke alam bebas. Ketika dibawa Michelle berenang di danau, Timber akan kembali ke kayaknya untuk minta dipeluk dan dielus-elus. Suatu pagi, Timber tidak kembali. Setelah enam jam menjelajahi danau mencarinya, Michelle menyerah. Beberapa minggu kemudian ia menemukan sebuah tengkorak berang-berang. Karena mengira itu tengkorak Timber, ia pun menangis.

Mengasihi Orang-orang Terkasih

Amos seorang yang sangat ekstrover, sedangkan Danny penyendiri yang tidak percaya diri. Entah bagaimana, kedua orang genius dengan kepribadian bertolak belakang ini menjadi sahabat karib. Mereka tertawa dan belajar bersama selama satu dekade penuh. Hasil kolaborasi mereka kelak akan dianugerahi Hadiah Nobel. Namun, suatu waktu Danny menyatakan kepada Amos bahwa ia tidak lagi mau berteman dengan Amos karena tidak tahan dengan gaya hidupnya yang egois.

Terangkat

Ketika kami mengikuti tur ke suatu kapal induk, seorang pilot pesawat tempur menjelaskan bahwa pesawat membutuhkan angin berkecepatan 56 km per jam untuk dapat lepas landas pada landasan pacu yang pendek. Untuk mencapai kecepatan angin yang stabil ini, kapten akan mengarahkan kapal induk untuk melaju melawan arah angin. “Bukankah angin itu seharusnya datang dari belakang pesawat?” tanya saya. Sang pilot menjawab, “Tidak. Pesawat harus terbang menantang angin. Hanya itu satu-satunya cara agar pesawat dapat terangkat.”

Inilah Kasih Karunia

Kisah Les Misérables dibuka dengan adegan Jean Valjean, narapidana yang bebas bersyarat, mencuri benda-benda perak milik seorang pastor. Ia tertangkap dan mengira dirinya akan dijebloskan kembali ke penjara. Namun, sang pastor mengagetkan semua orang dengan berkata bahwa ia sudah memberikan benda-benda berharga itu kepada Valjean. Setelah polisi pergi, ia berpaling kepada si pencuri, “Sekarang kamu bukan lagi milik kejahatan, tetapi milik kebaikan.”

Kematian yang Menghidupkan

Carl sedang berjuang melawan kanker dan membutuhkan transplantasi pada kedua paru-parunya. Ia memohon agar Allah memberinya paru-paru baru, tetapi merasa aneh dengan doanya sendiri. Ia merasa tidak enak berdoa seperti itu, karena “seseorang harus mati agar aku dapat hidup.”