Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Nancy Gavilanes

Bersyukur di tengah Pencobaan

Saya sering mengikuti dan mendoakan seorang rekan penulis yang rajin menceritakan perjuangannya melawan kanker di dunia maya. Ia tidak hanya membagikan tentang perkembangan penyakit dan tantangan yang dihadapinya, tetapi juga menyampaikan permohonan doa disertai ayat-ayat Alkitab dan pujian bagi Allah. Senyumnya yang tegar, baik saat menunggu perawatan di rumah sakit maupun di rumah dengan bandana yang menutupi kepalanya, sungguh mengagumkan. Dalam setiap tantangan yang dihadapinya, ia tak pernah lupa mendorong orang lain untuk mempercayai Allah di tengah pencobaan.

Mengasihi Bangsa-Bangsa

Saya adalah putri dari sepasang orangtua pekerja keras dan penyayang yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Saya bersyukur mereka berani menjadi pelopor dalam keluarga mereka dengan meninggalkan tanah kelahiran demi mencari kehidupan yang lebih baik di Amerika Serikat. Kisah cinta mereka berawal di kota New York, tempat mereka kemudian menikah dan membesarkan dua anak perempuan, termasuk saya, sambil mengelola bisnis mereka masing-masing.

Berhenti Sejenak untuk Berdoa

Pada tanggal 24 Maret 2023, seorang ahli meteorologi dari Mississippi, Matt Laubhan, menjadi sorotan karena doa singkatnya yang penuh makna saat melaporkan prakiraan cuaca. Saat melacak badai besar, ia menyadari bahwa tornado yang mengancam akan segera menghantam kota Amory. Dalam siaran langsung televisi itu, Laubhan berhenti sejenak untuk mengucapkan doa yang didengar banyak orang di seluruh dunia: “Tuhan Yesus, tolonglah mereka. Amin.” Sejumlah penonton kemudian mengatakan bahwa doa tersebut mendorong mereka untuk segera mencari tempat perlindungan. Doa Laubhan yang spontan dan tulus itu mungkin telah membantu menyelamatkan banyak jiwa.

Pemeliharaan Allah

Dunia tercengang saat empat bersaudara berusia satu hingga tiga belas tahun ditemukan dalam keadaan hidup di tengah hutan Amazon, Kolombia, pada bulan Juni 2023. Mereka bertahan hidup selama 40 hari di hutan setelah mengalami kecelakaan pesawat yang menewaskan ibu mereka. Karena mengenal baik medan hutan yang keras, anak-anak itu bisa bersembunyi dari binatang buas di dalam batang pohon, mengambil air dari sungai dan menampung air hujan di botol, serta memakan makanan seperti tepung singkong dari reruntuhan pesawat. Mereka juga tahu mana buah-buahan dan biji-bijian yang aman untuk dimakan.

Dicangkokkan ke dalam Keluarga Allah

Dalam kunjungan bersama ayah saya ke kampung halamannya di Ekuador, kami mengunjungi lahan milik keluarga tempat beliau dibesarkan. Saya melihat sekelompok pohon yang terlihat janggal. Ayah saya menjelaskan bahwa sewaktu kecil, ia sering bertindak iseng dengan mengambil dahan patah dari sebatang pohon buah, membuat sayatan di pohon yang lain, lalu mengikatkan dahan tadi pada pohon yang telah disayat, seperti yang ia lihat dilakukan orang-orang dewasa. Tidak ada yang mengetahui keisengannya sampai pohon-pohon itu menghasilkan buah yang berbeda dari yang diharapkan.

Apakah yang di Tanganmu Itu?

Beberapa tahun setelah menerima keselamatan dan menyerahkan hidup saya kepada Allah, saya merasa bahwa Dia mengarahkan saya untuk meninggalkan karier jurnalisme yang sedang saya tekuni. Saat mengistirahatkan pena dan tidak lagi menerbitkan tulisan-tulisan saya, timbul perasaan bahwa suatu hari nanti Allah akan memanggil saya untuk menulis bagi kemuliaan-Nya. Dalam tahun-tahun pengembaraan saya di “padang gurun” tersebut, saya dikuatkan oleh kisah Musa dan tongkatnya dalam Keluaran 4.

Berapa pun Usia Kita

Baru-baru ini sepasang nenek dari Texas menjadi sensasi di media setelah mereka menyelesaikan perjalanan keliling dunia dalam 80 hari pada usia 81 tahun. Sepasang penjelajah yang sudah bersahabat selama 23 tahun itu berhasil melintasi seluruh benua di dunia. Mereka mengawali perjalanan dari Antartika, berdansa tango di Argentina, menunggang unta di Mesir, dan naik kereta luncur di Kutub Utara. Mereka mengunjungi 18 negara termasuk Zambia, India, Nepal, Indonesia, Jepang, Italia, lalu mengakhiri perjalanan mereka di Australia. Duo ini berharap dapat menginspirasi generasi mendatang untuk menikmati perjalanan keliling dunia, berapa pun usianya.

Disucikan oleh Kristus

Pelayanan misi jangka pendek saya yang pertama berlangsung di kawasan hutan Amazon di Brasil, dan di sana kami membangun sebuah gereja di tepi sungai. Suatu sore, kami mengunjungi salah satu rumah warga yang memiliki penyaring air. Tuan rumah menuangkan air sumur yang keruh ke atas alat penyaring, lalu dalam beberapa menit semua kotoran telah hilang dan mengucurlah air minum yang bersih serta jernih. Di ruang tamu itulah saya melihat cerminan dari apa artinya disucikan oleh Kristus.

Puji-pujian yang Tidak Direncanakan

Dalam suatu pelayanan misi singkat ke Etiopia, kelompok kami mendampingi kelompok lain dari suatu lembaga pelayanan lokal untuk melayani sejumlah pemuda yang hidupnya terpuruk dan kini tinggal dalam gubuk-gubuk di tempat rongsokan. Para pemuda itu adalah orang-orang yang menyenangkan! Kami saling bertukar kesaksian, mengucapkan pesan yang menguatkan, dan berdoa bersama. Salah satu momen favorit saya malam itu adalah ketika seorang anggota pelayanan lokal tersebut tiba-tiba memainkan gitar dan kami pun menyanyikan puji-pujian bersama kawan-kawan baru kami di bawah terang bulan. Sungguh momen yang indah! Meski kondisi mereka sangat sulit, para pemuda itu memiliki pengharapan dan sukacita yang hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan Yesus.