Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Patricia Raybon

Manusia Baru di dalam Kristus

Biji-biji dan daun-daun pohon cemara biru kami rontok. Ahli tanaman yang melihat keadaan pohon kami dengan sekilas langsung tahu pokok permasalahannya. “Cemara memang begitu,” katanya. Tadinya saya berharap mendapat penjelasan yang lebih baik. Atau obatnya. Namun, si ahli tanaman hanya mengangkat bahu dan mengulangi perkataannya, “Cemara memang begitu.” Secara alamiah, pohon cemara merontokkan biji-biji dan daun-daunnya. Itu tidak bisa diubah.

Menolong seperti Tuhan Menolong

Ole Kassow dari Kopenhagen senang bersepeda. Suatu pagi, saat ia melihat seorang pria tua duduk seorang diri dengan tongkatnya di taman, Ole mendapat ide sederhana: mengapa tidak menawarkan orang-orang lanjut usia naik sepeda, supaya mereka dapat merasakan sukacita dan perasaan bebas. Jadi, pada suatu hari yang cerah, ia mampir ke sebuah panti jompo dengan becak sewaan dan menawarkan tumpangan bagi siapa saja di sana. Ia senang sekali saat seorang staf dan seorang penghuni panti menjadi penumpang pertama dari Cycling Without Age (Bersepeda Tanpa Kenal Usia).

Yesus Diam di dalam Hati

Saat badai salju menyerang wilayah barat Amerika Serikat tempat saya tinggal, ibu saya yang sudah menjanda setuju untuk tinggal bersama kami sampai badai itu berlalu. Namun, sesudah badai mereda, beliau tidak pernah kembali ke rumahnya. Beliau akhirnya tinggal bersama kami hingga akhir hidupnya, dan kehadirannya telah membawa banyak perubahan positif dalam rumah tangga kami. Ibu saya selalu siap memberikan masukan dan nasihat untuk keluarga kami, dan senang menceritakan kisah-kisah tentang generasi-generasi sebelumnya. Beliau dan suami saya menjadi teman baik karena sama-sama menyukai olahraga dan senang bercanda. Lambat laun, ibu saya bukan lagi tamu, melainkan seorang penghuni tetap yang penting—yang selamanya mengubahkan hati kami bahkan setelah Allah memanggilnya pulang ke surga.

Pintu yang Dibuka Allah

Ketika saya tiba di sekolah yang baru, sang guru pembimbing hanya melihat saya sekilas lalu menempatkan saya di kelas penulisan dengan level yang paling rendah. Padahal, di sekolah sebelumnya, saya meraih nilai ujian terbaik, prestasi cemerlang, bahkan penghargaan dari kepala sekolah untuk karya tulis saya. Namun, di sekolah baru ini, pintu masuk ke kelas penulisan “terbaik” telah tertutup bagi saya, karena sang guru melihat saya belum siap.

Pemberian dalam Kasih

Pada hari pernikahannya, Gwendolyn Stulgis mengenakan gaun pengantin impiannya. Kemudian, ia memberikan gaun itu kepada orang lain—seseorang yang tidak dikenalnya. Stulgis yakin gaun pengantinnya akan lebih berguna jika dipakai daripada hanya disimpan sampai berdebu di dalam lemari. Ternyata banyak pengantin perempuan lain yang sepakat dengannya. Saat ini, banyak wanita terhubung dengan Stulgis di media sosial untuk mendonasikan dan menerima gaun pengantin. Salah seorang donatur berkata, “Saya berharap gaun ini akan diwariskan dari satu pengantin ke pengantin lainnya, sampai akhirnya usang dan compang-camping karena dipakai begitu banyak orang yang merayakan pernikahan mereka.”

Berbagi Tanda Kepedulian

Setiap pagi, pendeta muda itu berdoa meminta Allah memakai dirinya untuk memberkati seseorang hari itu. Sering kali, situasi yang dimintanya itu muncul dan hatinya pun senang. Suatu hari, saat beristirahat dari pekerjaan sambilannya, ia duduk di bawah sinar matahari bersama seorang rekan kerja yang bertanya kepadanya tentang Yesus. Pendeta itu pun menjawab pertanyaan rekan kerja itu apa adanya. Tidak ada khotbah. Tidak ada perdebatan. Ia berkata bahwa Roh Kudus membimbingnya untuk berbicara santai dengan cara yang terasa efektif tetapi penuh kasih. Ia juga mendapat teman baru—seseorang yang haus untuk belajar lebih banyak tentang Allah.

Kasih Perlindungan Allah

Suatu malam di musim panas, burung-burung di dekat rumah kami tiba-tiba bercericit panik. Kicauan itu berlangsung semakin intens saat burung-burung penyanyi bersiul nyaring dari arah pepohonan. Akhirnya, kami menyadari alasannya. Ketika matahari terbenam, seekor elang besar menukik dari puncak pohon, membuat burung-burung itu lari berpencaran sambil mengeluarkan suara peringatan tanda bahaya.

Memberi seperti Kristus

Ketika O. Henry, penulis asal Amerika Serikat, menulis cerita Natal terkenalnya yang berjudul “The Gift of the Magi” pada tahun 1905, ia sendiri sedang berjuang untuk bangkit dari pergumulan pribadi. Meski demikian, ia berhasil menulis suatu kisah inspiratif yang menekankan karakter serupa Kristus yang sangat indah, yakni pengorbanan. Dalam cerita tersebut, seorang istri yang miskin menjual rambut panjangnya yang indah pada malam Natal demi membeli seutas rantai emas untuk jam saku suaminya. Akan tetapi, belakangan sang istri baru tahu bahwa sang suami sudah menjual jam sakunya agar dapat membelikan seperangkat sirkam untuk rambut indahnya.

Hati Allah untuk Semua Orang

Saat berusia sembilan tahun, Dan Gill pernah datang bersama sahabatnya Archie ke pesta ulang tahun teman sekelas mereka. Ketika ibu dari anak yang berulang tahun melihat Archie, ia tidak mengizinkannya masuk. “Kursinya tidak cukup,” katanya bersikeras. Dan sempat menawarkan diri untuk duduk di lantai agar ada tempat bagi temannya yang berkulit hitam itu, tetapi si ibu tetap menolak. Dengan sangat sedih, Dan pun menyerahkan hadiah yang mereka bawa lalu pulang bersama Archie. Penolakan yang dialami temannya itu membuat hati Dan terluka.