Menyelesaikan Konflik
Dalam penghormatan terakhirnya pada penguburan Hendrik A. Lorentz, seorang ilmuwan Belanda yang terkenal, Albert Einstein sama sekali tidak menyebut tentang perdebatan ilmiah di antara mereka. Ia justru mengenang Lorentz, seorang fisikawan yang dikenal ramah dan selalu memperlakukan orang lain dengan adil, sebagai pribadi yang “sangat baik hati.” Einstein berkata, “Semua orang dengan senang hati mengikutinya, karena mereka merasa ia tidak pernah ingin mendominasi tetapi hanya ingin berguna bagi orang lain.”
Pemelihara Pohon
Sebagian orang menjulukinya “pemelihara pohon.” Tony Rinaudo sebenarnya adalah penanam pohon yang bekerja bagi lembaga World Vision Australia. Ia misionaris sekaligus agronomis yang sudah tiga puluh tahun memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus sambil memerangi penggundulan hutan di Sahel, sebuah kawasan di selatan gurun Sahara, Afrika.
Hari Binatu
Saat berkendara melewati kawasan pemukiman kelas menengah ke bawah dekat gerejanya di Colorado, pendeta Chad Graham mulai mendoakan warga di sana. Kemudian ia berhenti dan masuk ke sebuah gerai binatu mandiri, lalu menemukan tempat itu sangat ramai dengan pelanggan. Salah seorang dari mereka meminta dari Graham uang logam untuk mengoperasikan mesin pengering. Permintaan sederhana itu mengilhami kegiatan mingguan bernama “Hari Binatu” yang disponsori oleh gereja Graham. Jemaat menyumbangkan uang logam dan deterjen kepada gerai itu, berdoa bersama para pelanggan, dan memberikan dukungan kepada pemilik gerai tersebut.
Kritikan Pedas
Kata-kata yang keras dapat menyakitkan hati. Teman saya—seorang penulis peraih penghargaan—merasa sulit menanggapi kritik yang ia terima. Buku barunya sudah mendapatkan banyak pujian sekaligus penghargaan. Namun kemudian, seorang pengulas di sebuah majalah terkenal memberinya pujian yang dibungkus kritikan, dengan menggambarkan bukunya sebagai novel yang ditulis dengan baik tetapi masih terdapat banyak kekurangan di sana-sini. Memikirkan hal itu, teman saya pun meminta pendapat teman-temannya, “Bagaimana saya harus menanggapinya?”
Melihat dengan Fokus
Penulis ternama Mark Twain pernah menyatakan bahwa apa pun yang kita lihat dalam hidup ini—dan cara kita melihatnya—akan mempengaruhi langkah-langkah selanjutnya, bahkan tujuan akhir kita. Menurut Twain, “Anda tidak bisa bergantung pada penglihatan ketika imajinasi Anda tidak fokus.”
Hidup sebagai Pujian bagi Allah
Sepanjang masa kecilnya, dirigen Arianne Abela selalu menyembunyikan tangan dengan cara mendudukinya. Abela lahir dengan jari-jari yang tidak lengkap atau saling melekat pada kedua tangannya. Ia juga tidak memiliki kaki kiri dan kaki kanannya tidak memiliki ibu jari. Sebagai pecinta musik dan penyanyi bersuara sopran, ia pernah berencana mengambil kuliah dalam jurusan pemerintahan di Smith College. Namun, suatu hari, pembina paduan suara memintanya menjadi dirigen, dan itu membuat kedua tangannya terlihat jelas. Sejak saat itu, ia tahu karir yang hendak ditekuninya, yang dimulai dari memimpin paduan suara gereja, hingga kini melayani sebagai pemimpin paduan suara di universitas lain. “Guru-guru saya melihat potensi dalam diri saya,” kata Abela.
Allah Penyelamat Kita
Di laut lepas, seorang petugas penyelamat datang dengan mengendarai perahu kayak untuk menolong para perenang dalam lomba triathlon yang sedang panik. “Jangan pegang bagian tengah perahu!” teriaknya ke arah para perenang, karena itu dapat membuat perahunya terbalik. Sebaliknya, ia mengarahkan mereka ke bagian belakang atau depan dari kayaknya. Mereka dapat meraih pegangan berbentuk bundar, sehingga petugas penyelamat tidak akan kesulitan menolong mereka.
Harapan yang Kembali Berkembang
Di kota Philadelphia, ketika tanah-tanah kosong yang dipenuhi ilalang dibersihkan dan ditanami pepohonan dan bunga-bunga indah, kondisi mental warga yang tinggal di sekitarnya juga ikut membaik. Perbaikan itu dialami terutama oleh mereka yang kehidupan ekonominya pas-pasan.
Cahaya yang Bersinar Terang
Saya pernah merasa cemas sebelum mulai mengajar kelas doa selama lima minggu di sebuah gereja lokal. Apakah para murid akan menikmati kelasnya? Apakah mereka akan menyukaiku? Kekhawatiran yang salah fokus itu membuat saya terlalu sibuk mempersiapkan rencana pelajaran, materi presentasi, dan bahan bacaan di kelas. Namun, seminggu sebelum jadwal, saya belum mengajak banyak orang untuk menghadiri kelas tersebut.