Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Patricia Raybon

Serahkan Pekerjaan Kita kepada Allah

Saat hendak menulis artikel untuk sebuah majalah yang “bergengsi”, saya bergumul untuk menyajikan artikel terbaik yang dapat diterima oleh redaksinya. Karena tekanan untuk memenuhi standar yang ada, berkali-kali saya menulis ulang isi pikiran dan gagasan saya. Namun, apa masalah saya sebenarnya? Apakah memang soal topik yang menantang? Ataukah kecemasan saya bersifat pribadi? Saya bertanya-tanya dalam hati, akankah redaksi majalah bergengsi itu menyukai saya dan bukan hanya tulisan saya?

Tertanam Dalam Allah

“Angin mempermainkan bunga-bunga lilac.” Dengan kalimat pembuka dari puisi tentang musim semi berjudul May itu, penyair Sara Teasdale menggambarkan semak-semak lilac yang bergoyang ditiup angin. Namun, sebenarnya Teasdale sedang meratapi cintanya yang telah berlalu, sehingga nada puisinya pun berubah muram.

Iman yang Berapi-api

Suhu di tempat kami tinggal di Colorado bisa cepat berubah—bahkan kadang-kadang dalam hitungan menit. Karena itu, suami saya, Dan, merasa penasaran dengan perbedaan suhu di dalam dan luar rumah. Sebagai penggemar gawai, ia sangat bersemangat menggunakan “mainan” terbarunya—suatu termometer yang dapat memantau suhu dari empat “zona” di rumah kami. Awalnya saya menganggap gawai itu hanya main-main, tetapi kemudian saya sendiri jadi sering menggunakannya. Mengetahui perbedaan suhu di dalam dan luar rumah kami benar-benar membuat saya takjub.

Para Penjaga Malam

Saat itu pukul 3.00 di sebuah rumah sakit khusus kasus akut. Seorang pasien yang khawatir menekan bel untuk keempat kalinya dalam satu jam terakhir. Seorang perawat jaga malam menjawabnya tanpa mengeluh. Tak lama kemudian pasien lain berteriak menuntut perhatian. Perawat itu tidak heran. Lima tahun lalu ia meminta tugas jaga malam karena ingin menghindari hiruk-pikuk rumah sakit di siang hari. Namun, ia kini tersadar. Jaga malam sering kali membuatnya harus bekerja lebih keras, seperti mengangkat dan membalikkan pasien tanpa bantuan orang lain, atau mengawasi kondisi para pasien dengan cermat agar para dokter dapat diberi tahu ketika ada keadaan darurat.

Sederhana Saja

Surat elektronik yang saya terima itu singkat tetapi sangat mendesak. “Aku ingin diselamatkan. Aku ingin mengenal Yesus.” Sungguh permohonan yang luar biasa. Tidak seperti sikap enggan teman-teman dan keluarga yang belum menerima Kristus, orang ini tidak perlu lagi diyakinkan. Saya hanya perlu meredakan keraguan diri saya tentang cara menjelaskan Injil kepadanya, dan langsung menyampaikan konsep-konsep penting, ayat-ayat Kitab Suci, dan sumber-sumber tepercaya yang sesuai dengan kebutuhan pria ini. Setelah itu, dengan iman, ia akan dipimpin Allah untuk semakin mengenal-Nya.

Mengelola Karunia Kita

Pada tahun 2013, aktor Inggris David Suchet melakukan syuting untuk beberapa episode terakhir dari serial televisi Hercule Poirot. Suchet memerankan tokoh detektif Belgia ciptaan Agatha Christie itu dalam film serta dalam sebuah pementasan teater. Di sela-sela kesibukannya, Suchet melakukan apa yang disebutnya sebagai “peranan terbesar dalam hidup”, yaitu merekam suaranya untuk proyek Alkitab audio, dari Kejadian sampai Wahyu—752.702 kata dalam bahasa Inggris—yang berdurasi lebih dari dua ratus jam.

Pertolongan-Nya yang Ajaib

Orang-orang merasa kagum dengan begitu banyaknya doa yang dinaikkan kepada Allah untuk meminta pertolongan-Nya dalam peristiwa kebakaran besar yang melanda bagian timur Pegunungan Colorado pada musim gugur 2020. Diperkirakan ada ratusan ribu hingga jutaan doa yang dinaikkan kepada Allah. Kebakaran itu melahap habis 40.000 hektar wilayah dalam waktu dua belas jam, membesar saat melewati area hutan yang penuh dedaunan kering, meluluhlantakkan tiga ratus rumah, dan mengancam seluruh kota. Kemudian datanglah “kiriman Tuhan”, begitu seorang ahli meteorologi menyebutnya. Bukan hujan air, melainkan hujan salju yang datang tepat waktu. Salju yang datang lebih cepat tahun itu turun tepat di seluruh area kebakaran. Salju basah yang tebalnya lebih dari 30 cm ini berhasil memperlambat laju api, bahkan memadamkannya sama sekali di beberapa wilayah.

Berani Menghadapi Badai

Badai dahsyat melanda Memphis, Tennessee, pada petang 3 April 1968. Karena merasa letih dan kurang enak badan, Pendeta Dr. Martin Luther King Jr. ingin membatalkan pidato dukungannya terhadap unjuk rasa para pekerja kebersihan di sebuah gereja. Namun, ia terkejut saat panggilan telepon menyampaikan bahwa masyarakat dengan berani menembus badai demi mendengar pidatonya. Maka ia pergi ke gereja dan berbicara selama 40 menit, menyampaikan apa yang dianggap sebagian orang sebagai pidato terbaiknya, berjudul “I’ve Been to the Mountaintop” (Aku Sudah Pernah ke Puncak Gunung).

Mendengarkan di Surga

Hingga usia delapan belas bulan, Maison belum pernah mendengar suara ibunya. Dokter memasangkan alat bantu dengarnya yang pertama, lalu ibunya, Lauryn, bertanya, “Kamu bisa mendengar suara Ibu, Nak?” Mata Maison berbinar-binar. “Hai, Sayang!” sapa Lauryn. Maison tersenyum dan mengoceh pelan. Sambil menangis, Lauryn tahu ia tengah menyaksikan suatu mukjizat. Ia melahirkan Maison secara prematur setelah tertembak tiga kali dalam perampokan bersenjata di rumahnya. Terlahir dengan berat hanya setengah kg, Maison dirawat secara intensif selama 158 hari dan sangat kecil kemungkinannya bertahan hidup, apalagi dapat mendengar.