Yesus Menangis
Saya sedang asyik membaca sebuah buku ketika seorang teman melongok untuk melihat apa yang sedang saya baca. Seketika itu juga ia terperanjat dan menatap saya dengan ngeri. “Judulnya suram sekali!” katanya. Saya sedang membaca “The Glass Coffin” (Peti Mati Kaca) dari Grimm’s Fairy Tales (Serial Dongeng karya Grimm), dan ia terganggu dengan kata peti mati. Banyak dari kita tidak suka diingatkan tentang kematian kita. Padahal kenyataannya, setiap manusia pasti akan menemui ajalnya.
Untuk Siapa Aku Bekerja?
Henry bekerja 70 jam seminggu. Ia mencintai pekerjaannya dan memperoleh penghasilan besar yang dapat memenuhi segala kebutuhan keluarganya. Ia selalu berencana untuk mengurangi jam kerjanya, tetapi itu tidak pernah dilakukannya. Suatu malam, ia pulang ke rumah dengan kabar gembira—ia dipromosikan ke posisi tertinggi di perusahaannya. Akan tetapi, tidak seorang pun ada di rumah. Anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan menjalani hidup mereka masing-masing, sementara sang istri sibuk dengan kariernya sendiri. Tidak seorang pun ada di rumah untuk mendengar kabar gembira tersebut.
Dorongan yang Berulang-Ulang
Seorang wartawan memiliki kebiasaan yang tidak lazim. Ia tidak mau menggunakan pena bertinta biru. Jadi, ketika rekannya bertanya kepadanya apakah ia mau dibelikan sesuatu dari toko, ia minta dibelikan sejumlah pena, tetapi, “Jangan yang berwarna biru,” katanya. “Aku tak mau pena biru. Aku tak suka warna biru. Warna biru tidak cocok buat saya. Jadi, tolong belikan selusin pena, warnanya boleh apa saja, asal jangan biru!” Keesokan harinya, si wartawan menerima selusin pena yang dibelikan rekannya itu, tetapi semuanya berwarna biru. Ketika ditanya, rekannya itu hanya berkata, “Kamu terus-menerus mengatakan ‘biru, biru’. Kata itu yang paling menancap di pikiranku!” Kata yang diucapkan berulang-ulang oleh wartawan itu memang memberikan dampak, tetapi berlawanan dengan apa yang sebenarnya ia kehendaki.
Resep Masakan Nenek
Banyak keluarga mempunyai resep rahasia, yakni cara istimewa dalam memasak suatu hidangan hingga membuatnya luar biasa lezat. Kami dari kaum Hakka mempunyai hidangan tradisional yang disebut biji sempoa—dinamakan demikian karena tampilannya yang mirip biji sempoa. Suatu hidangan yang unik dan lezat!
Seruan Iman
Kabar itu membuat mati rasa. Air mata yang mengalir deras tak lagi dapat ditahannya. Benaknya dipenuhi dengan banyak pertanyaan dan ketakutan nyaris menenggelamkan dirinya. Hidupnya yang selama ini baik-baik saja, tiba-tiba porak-poranda dan berubah selamanya tanpa pemberitahuan.
Dia akan Menjawab
Saya begitu gembira ketika menemukan halaman Twitter dari bintang film Korea favorit saya. Saya pun memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat untuknya. Saya menuliskan pesan terbaik yang bisa saya tuliskan, lalu menunggu jawaban darinya. Saya sadar, kecil kemungkinan saya akan mendapatkan balasan. Seorang selebriti seperti dirinya bisa menerima banyak sekali surat dan pesan dari para penggemar setiap harinya. Namun demikian, saya berharap ia akan membalas pesan saya. Saya pun sangat kecewa ketika tak ada balasan yang saya terima.
Menolak Apatis
Ruangan itu sudah dihiasi beragam warna mempesona yang ditata oleh sejumlah wanita berpakaian sari. Mereka sedang bergegas menyelesaikan persiapan untuk suatu acara penggalangan dana. Para wanita asal India yang kini tinggal di Amerika Serikat itu hendak menunjukkan kepedulian mereka terhadap negara asalnya. Ketika mendengar tentang keadaan keuangan sebuah sekolah Kristen untuk anak-anak autis di India, mereka tidak sekadar mengetahui kebutuhan itu, tetapi juga memilih untuk bertindak.
Haus akan Allah
A-poe-la-pi adalah seorang tetua dari suku Akha, masyarakat yang tinggal di kawasan pegunungan di Provinsi Yunan, Tiongkok. Saat kami mengunjunginya dalam perjalanan misi baru-baru ini, A-poe-la-pi berkata bahwa ia tidak hadir dalam kegiatan penggalian Alkitab mingguan yang kami adakan karena hujan sangat deras. Ia memohon, “Dapatkah kalian membagikan firman Tuhan kepada saya?” A-poe-la-pi buta huruf sehingga persekutuan mingguan itu penting baginya. Saat kami mem-bacakan Alkitab, ia pun menyimak dengan sungguh-sungguh. Ketekunannya mengingat-kan saya bahwa ketika kita sungguh-sungguh menyimak isi Kitab Suci yang diilhamkan Allah itu, kita sedang menghormati-Nya.
Terang yang Lemah Lembut
Wang Xiaoying (dibaca Shao-ying) tinggal di wilayah pedesaan di propinsi Yunnan, Tiongkok. Karena masalah kesehatan, suaminya tak bisa bekerja di ladang dan memberatkan keadaan keluarga. Sang mertua menganggap masalah itu disebabkan oleh iman Xiaoying kepada Allah. Ia pun memperlakukan Xiaoying dengan kejam dan memaksanya untuk menganut kembali kepercayaan tradisi leluhur.