Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Tim Gustafson

Ketika Hidup Tidak Adil

Novel klasik karya Charles Dickens, Oliver Twist, mengisahkan bagaimana Oliver yang sakit-sakitan lahir di sebuah rumah sosial, sebuah institusi yang terkenal sering mengeksploitasi orang miskin. Bocah laki-laki yang yatim piatu sejak lahir itu akhirnya melarikan diri karena perlakuan yang kejam. Melalui serangkaian “liku-liku” yang menakjubkan, Oliver mengetahui bahwa ternyata ia seorang ahli waris dari harta berjumlah besar. Dickens, yang menyukai akhir yang bahagia, memastikan bahwa setiap orang yang menyakiti Oliver selama bertahun-tahun pasti menerima hukuman atau bertobat. Para penindas Oliver menerima ganjaran yang pantas mereka dapatkan, sementara Oliver “mewarisi tanah.” Andai saja realitas hidup memiliki akhir yang selalu berjalan sesuai harapan, seperti yang tertulis dalam novel-novel karya Dickens.

Melihat dan Melayani

“Terkadang dalam hidup ini kita melihat hal-hal yang tidak dapat kita lupakan lagi,” kata Alexander McLean kepada pembawa acara program TV 60 Minutes. Warga London Selatan itu berusia 18 tahun ketika ia pergi ke Uganda untuk membantu pekerjaan di penjara dan rumah sakit. Di situlah McLean melihat sesuatu yang tidak dapat ia lupakan—seorang lelaki tua terbaring tak berdaya di samping sebuah toilet. Laki-laki itu kemudian dirawat oleh McLean selama lima hari, sebelum akhirnya meninggal.

Kepanikan di dalam Gua

Tiga remaja laki-laki yang sangat bersemangat berkeliaran dalam sistem saluran bawah tanah besar yang terhubung dengan Gua Mammoth. Mereka disertai oleh Paman Frank, seorang penjelajah gua veteran yang akrab dengan daerah tersebut. Karena mengetahui titik-titik yang terjal dan tempat-tempat berbahaya di sana, ia terus-menerus berseru kepada ketiga remaja itu, “Adik-adik, lewat sini!” Namun, ketiganya tetap berkelana semakin jauh darinya.

Kasus Tanpa Harapan

Kondisi Jem, bayi perempuan Amy dan Alan, sepertinya tanpa harapan. Terlahir dengan kondisi yang disebut trisomi-18, Jem diperkirakan akan meninggal dalam hitungan hari atau beberapa minggu. “Sia-sia saja merawatnya,” kata dokter dengan tega. Namun, sang ibu berkata, “Aku punya impian yang lebih besar untuknya.” Mereka membawa Jem pulang dan merawatnya dengan penuh kasih. Mereka juga berdoa.

Bebas dari Pedang Celaka

Patung pahat luar biasa karya seniman Sabin Howard, A Soldier’s Journey, menggambarkan semangat sekaligus penderitaan. Ada 38 figur perunggu dengan tubuh condong pada relief sepanjang lebih dari 17 meter yang menelusuri masa hidup seorang tentara Perang Dunia I itu. Panorama yang selesai dikerjakan di tahun 2024 tersebut dimulai dengan perpisahan yang memilukan dengan keluarga, dilanjutkan dengan kegembiraan naif saat keberangkatan ke medan pertempuran, hingga kemudian beralih kepada kengerian perang. Pada akhirnya, pahatan itu membawa kita kembali ke rumah sang veteran, dengan anak perempuannya menatap ke dalam helmnya yang terbalik—dan memperkirakan tibanya Perang Dunia II.

Kilas Balik Seorang Ibu

“Aku benar-benar tidak suka Hari Ibu,” kata Donna, seorang ibu dari tiga anak. “Hari itu mengingatkanku pada kekurangan dan kegagalanku sebagai seorang ibu, baik dulu maupun sekarang.”

Bukti Terbaik

Lee Strobel tidak percaya pada Allah, dan juga tidak percaya pada kebangkitan Yesus. Namun, Lee adalah seorang jurnalis dengan pemikiran yang analitis. Ketika istrinya percaya kepada Yesus, Lee pun memutuskan untuk mempelajari lebih dalam kepercayaan baru istrinya. Setelah dua tahun melakukan studi, ia akhirnya menyerah—dan mau percaya kepada Allah, percaya kepada kebangkitan Yesus, dan beriman kepada Kristus.

Sukacita dalam Yesus

“Saya berhak untuk bahagia,” kata seorang remaja saat berbicara di hadapan dewan legislatif. Perkataan itu bisa diucapkan oleh siapa saja, di mana saja, karena itulah jeritan hati manusia. Seorang pengajar ilmu pengembangan diri bahkan berkata, “Tuhan mau kamu bahagia.”

Daftar Ini Adalah Kehidupan

Dengan bantuan mesin tik manual, Itzhak Stern bekerja semalaman untuk mengetik nama demi nama—total 1.098 nama. Itulah daftar nama buruh berlatar belakang Yahudi yang dilindungi oleh Oskar Schindler sang pemilik pabrik dari kejaran tentara Nazi. Dengan mengepit dokumen tersebut, Stern menyatakan, “Daftar ini adalah kebaikan yang tertinggi. Daftar ini adalah kehidupan.” Nama-nama yang tercantum di dalam daftar tersebut pun berhasil luput dari kengerian Holocaust. Pada tahun 2012, diperkirakan keturunan dari mereka yang bertahan hidup itu berjumlah 8.500 orang.Â