Bertumbuh Sepanjang Hidup
“Ada banyak pertanyaan yang dapat dilontarkan seorang seniman muda,” kata Linford Detweiler, penyanyi sekaligus penulis lagu dari duo musik folk eklektik Over the Rhine. “Salah satunya adalah, ‘Apa yang harus kulakukan agar terkenal?’” Detweiler memperingatkan bahwa tujuan seperti itu “mengundang berbagai kekuatan destruktif, dari dalam maupun dari luar.” Detweiler dan istrinya memilih jalur karier musik yang tidak terlalu menyolok, yang membuat mereka dapat “terus bertumbuh di sepanjang hidup”.
Menjalani Bersama
Ketika pandemi COVID-19 merebak, Kelly tengah berjuang melawan kanker otak yang dideritanya. Jantung dan paru-parunya sempat dipenuhi air, dan itu membuatnya harus kembali diopname. Karena pandemi, keluarganya tidak dapat menjenguk. Suaminya, Dave, bertekad untuk melakukan sesuatu bagi Kelly.
Allah Pemilik Taman
Bertahun-tahun lalu, Joni Mitchell pernah menulis sebuah lagu berjudul “Woodstock”. Dalam lirik lagu tersebut ia melihat umat manusia terperangkap dalam “tawar-menawar” dengan iblis. Ia bernyanyi tentang kembali ke “taman”, dengan mendesak pendengarnya agar mencari kehidupan yang lebih sederhana dan penuh damai. Mitchell menyuarakan sebuah generasi yang merindukan makna dan tujuan.
Tindakan Drastis
Sebuah hiasan busur dan tempat anak panah telah bertahun-tahun tergantung pada dinding rumah kami di Michigan. Ayah saya, yang mendapatkannya sebagai kenang-kenangan ketika kami melayani sebagai misionaris di Ghana, mewariskannya kepada saya.
Menolak Membenarkan Diri
Seorang polisi bertanya kepada pengemudi apakah ia tahu alasan mobilnya dihentikan. “Tidak tahu,” jawab si pengemudi dengan bingung. “Bu, Anda mengirim pesan dengan ponsel sambil mengemudi,” sang polisi menjelaskan dengan sabar. “Bukan, bukan mengirim pesan!” protes wanita itu sambil menunjukkan teleponnya sebagai bukti. “Aku sedang mengecek e-mail!”
Prediksi yang Salah
Pada tahun 1854, seorang perwira artileri Rusia yang masih muda menyaksikan pembantaian yang terjadi jauh di bawah pos jaganya yang terletak di puncak bukit. “Ini semacam kesenangan yang aneh,” tulis Leo Tolstoy, “melihat orang saling membunuh. Namun, tetap saja setiap pagi dan malam, aku . . . menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyaksikannya.”
Mengotak-atik Alam Semesta
Pada awal 1980-an, seorang astronom terkemuka yang tidak percaya kepada Tuhan menulis, “Penafsiran akal sehat atas fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa sebuah kecerdasan super telah mengotak-atik fisika, juga kimia dan biologi.” Di mata sang ilmuwan, bukti itu menunjukkan adanya sesuatu yang telah merancang segala sesuatu yang kita amati di alam semesta. Ia menambahkan, “Kita tidak mungkin menyatakan bahwa semua ini terjadi secara kebetulan.” Dengan kata lain, segala sesuatu di alam semesta ini terlihat seolah-olah sudah direncanakan oleh satu Pribadi. Meski berkata demikian, sang astronom tetap menjadi ateis.
Memutar Waktu Kembali
“Andai saja waktu bisa diputar kembali,” ratap seorang pria saat menyampaikan eulogi bagi temannya yang meninggal dunia dalam usia muda. Kata-katanya menegaskan kepedihan yang dirasakan hati manusia sejak semula. Kematian menyentak dan melukai kita semua. Rasanya ingin sekali bisa membalikkan apa yang tidak bisa kita ubah.
“Pada Waktu Itu Hari Sudah Malam”
Novel Elie Wiesel, Night, menghadapkan pembacanya kepada kengerian peristiwa Holocaust. Berdasarkan pengalamannya sendiri ditawan di dalam kamp konsentrasi Nazi, kisahnya justru merupakan kebalikan dari kisah Keluaran dalam Alkitab. Pada Paskah pertama itu (Kel. 12) Musa dan umat Israel melepaskan diri dari perbudakan, sementara Wiesel bercerita tentang pasukan Nazi yang menangkap para pemimpin Yahudi setelah Paskah.