Ucapan Terima Kasih yang Tulus
Untuk mempersiapkan Xavier, putra kami, menghadapi wawancara kerja pertamanya, Alan, suami saya, memberikan setumpuk kartu ucapan terima kasih untuk dikirimkan kepada calon pemberi kerja setelah selesai wawancara. Suami saya lalu berpura-pura menjadi pewawancara dan mengajukan berbagai pertanyaan kepada Xavier. Selesai latihan, Xavier memasukkan beberapa lembar surat lamarannya ke dalam map. Ia tersenyum ketika Alan mengingatkannya tentang kartu ucapan itu. “Aku tahu, Ayah,” katanya. “Ucapan terima kasih yang tulus akan membuatku terlihat berbeda dari pelamar-pelamar yang lain.”
Jangan Pernah Menyerah
Ketika seorang teman didiagnosis menderita kanker, dokter menyarankan agar ia bersiap-siap dan membereskan segala urusan yang tersisa. Sambil terisak-isak, ia menelepon saya, mengkhawatirkan suami dan anak-anaknya yang masih kecil. Saya pun meminta teman-teman dekat kami untuk mendoakannya. Kami gembira saat dokter lain menguatkannya untuk tidak putus asa dan menegaskan bahwa ia dan timnya akan berusaha keras meringankan penderitaannya. Meski hari-hari yang dilaluinya terkadang sangat berat, teman saya tetap fokus kepada Allah dan bukan pada masalahnya. Ia tidak pernah menyerah.
Berjalan Seperti Pahlawan
Emma yang berusia delapan belas tahun sangat setia berbicara tentang Yesus di media sosial, meskipun banyak orang yang mengkritik semangat dan kasihnya kepada Kristus. Beberapa orang mengejek penampilannya. Yang lain menganggapnya bodoh karena imannya kepada Allah. Meskipun ejekan itu sangat menyakiti hati, Emma tetap mengabarkan Injil dengan keberanian dan kasih. Namun, ia sempat tergoda meyakini bahwa identitas dan nilai dirinya ditentukan oleh kritikan orang. Saat itu terjadi, ia meminta Allah menolongnya, berdoa bagi mereka yang memusuhinya, merenungkan Alkitab, dan tetap bertekun dengan keberanian dan keyakinan dari Roh Kudus.
Cantumkan Nama Anda
Dalam buku Love Letters from God, Glenys Nellist mengajak anak-anak untuk berinteraksi secara pribadi dengan Tuhan. Dalam buku itu terdapat sebuah catatan dari Tuhan dengan kolom kosong untuk mencantumkan nama anak di akhir setiap cerita Alkitab. Menerima kebenaran Alkitab sebagai milik pribadi seperti itu menolong anak-anak memahami bahwa Alkitab bukanlah sekadar buku cerita. Mereka belajar bahwa Tuhan ingin berhubungan secara pribadi dengan mereka dan Dia berbicara kepada anak-anak yang dikasihi-Nya melalui Kitab Suci.
Segala Sesuatu yang Kita Lakukan
Dalam buku Surprised by Joy, C. S. Lewis mengakui bahwa ia mengenal iman Kristen pada usia tiga puluh tiga tahun, tetapi dengan “meronta, melawan, dongkol, dan mencari-cari celah untuk melarikan diri.” Meskipun Lewis berusaha melawan, dan ia juga menghadapi banyak kendala serta kelemahan diri, Tuhan mengubahnya menjadi seorang pembela iman yang berani dan kreatif. Lewis menyerukan kebenaran dan kasih Allah lewat banyak karya esai dan novel luar biasa yang masih dibaca, dipelajari, dan dibagikan orang sampai sekarang, lebih dari lima puluh lima tahun setelah ia meninggal dunia. Hidupnya mencerminkan keyakinannya bahwa tidak ada orang yang “terlalu tua untuk menetapkan tujuan lain atau merajut impian baru.”
Berdoa dan Mengasihi
Jesse Owens, atlet atletik ternama, dibesarkan oleh orangtua yang beriman teguh kepada Yesus. Ia pun menjalani hidupnya dengan penuh iman dan keberanian. Owens pernah berlaga dalam Olimpiade tahun 1936 di Berlin sebagai satu dari segelintir orang Amerika berkulit hitam dalam kontingen AS. Di sana ia berhasil menyabet empat medali emas di depan Adolf Hitler dan para pendukung Nazi yang penuh dengan kebencian terhadap ras yang berbeda. Owens sempat berteman dengan seorang atlet asal Jerman bernama Luz Long. Dalam lingkungan yang dipenuhi propaganda Nazi, sikap Owens yang sederhana dalam menghidupi imannya ternyata berdampak besar pada Luz. Di kemudian hari, Long menulis kepada Owens: “Waktu di Berlin, saat pertama kalinya aku bicara denganmu, kau sedang berlutut, dan aku tahu kau pasti sedang berdoa . . . aku terpikir untuk percaya juga kepada Allah.”
Merayakan Kreativitas Allah
Lance Brown, seorang seniman buta warna, naik ke atas panggung diiringi alunan musik yang memenuhi aula gereja. Dengan membelakangi jemaat, ia berdiri di depan kanvas putih besar, dan mencelupkan kuasnya ke cat hitam. Dengan lincah, tangannya bergerak membuat gambar salib. Lewat goresan demi goresan di atas kanvas, Lance menuturkan kisah penyaliban dan kebangkitan Kristus. Ia menutup beberapa bagian kanvas dengan cat hitam, lalu menambahkan warna biru dan putih untuk menyelesaikan lukisan yang kini terlihat abstrak itu dalam waktu kurang dari enam menit. Kemudian ia memegang kanvas itu, membaliknya, dan tampaklah sebuah gambar yang tersembunyi, yaitu wajah Yesus yang penuh kasih.
Siapa Itu?
Dalam perjalanan pulang dari bulan madu, saya dan suami mengantre untuk memasukkan koper-koper kami ke bagasi di bandara. Saya lalu menyenggol suami saya dan menunjuk ke arah seseorang yang berdiri tak jauh dari kami.
Mekar di Padang Gurun
Gurun Mojave terdiri dari bukit-bukit pasir, ngarai-ngarai kering, dataran tinggi, dan pegunungan seperti gurun pada umumnya. Namun, ahli biologi asal Amerika Serikat, Edmund Jaeger, mengamati bahwa setiap beberapa tahun sekali hujan lebat akan turun dan membuat “bunga-bunga bermekaran dengan sangat berlimpah sehingga hampir setiap jengkal pasir atau tanah berbatu seakan diselimuti bunga.” Sayangnya, musim bunga liar di Gurun Mojave bukanlah fenomena tahunan. Para peneliti memastikan tanah yang gersang itu perlu dibasahi dulu oleh badai dan dihangatkan oleh matahari selama beberapa waktu, sebelum kemudian pada waktu yang tepat, bunga pun bermekaran menyelimuti gurun dengan warna-warna yang indah.