Ketaatan Penuh Kasih
Pada upacara pernikahan kami, pendeta bertanya kepada saya, “Bersediakah engkau berjanji untuk mencintai, menghormati, dan menaati suamimu, hingga maut memisahkan kalian?” Sambil menatap calon suami saya, saya berbisik, “Taat?” Kami sudah membangun hubungan kami berdasarkan rasa cinta dan hormat—bukan ketaatan buta, seperti yang saya pikir dimaksudkan dalam janji pernikahan itu. Saya betul-betul menggumulkan makna kata taat tersebut, sebelum kemudian berkata, “Ya, saya bersedia.”
Kasih Allah Tak Terkalahkan
Ketika Xavier, anak saya yang sekarang sudah dewasa, masih duduk di bangku taman kanak-kanak, ia pernah membentangkan tangannya lebar-lebar dan berkata, “Aku sayang Mama sebesar ini.” Lalu saya membentangkan tangan saya lebih lebar lagi dan berkata, “Mama menyayangimu sebesar ini.” Sambil berkacak pinggang, Xavier berkata, “Aku sayang Mama lebih dulu.” Saya menggeleng. “Mama sudah menyayangimu sewaktu Allah menaruhmu dalam rahim Mama.” Xavier melotot. “Oke, Mama menang.” “Kita berdua menang,” kata saya, “karena Yesus mengasihi kita berdua terlebih dulu.”
Aku Mendengar-Mu, Ya Allah!
Seorang bayi bernama Graham terus meronta-ronta di pangkuan ibunya saat para dokter memasang alat bantu dengar pertamanya. Namun, sesaat setelah dokter menyalakan alat tersebut, Graham berhenti menangis. Matanya melebar dan ia tersenyum. Ia dapat mendengar suara ibunya yang menenangkan, menyemangati, dan memanggil namanya.
Pemimpin bagi Kerajaan Allah
Ketika saya bergabung dalam sekelompok penulis buku anak Kristen yang berkomitmen untuk saling mendoakan dan mempromosikan karya satu sama lain, beberapa pihak berkomentar bahwa kami ini “konyol karena bekerja bersama pesaing.” Namun, kelompok kami telah berkomitmen untuk memegang prinsip kepemimpinan yang mengutamakan Kerajaan Allah dan lebih mendorong kebersamaan daripada persaingan. Kami memiliki tujuan yang sama—menyebarkan Injil. Kami melayani Raja yang sama—Yesus. Bersama, kami dapat menjangkau lebih banyak jiwa lewat kesaksian kami bagi Kristus.
Allah yang Menciptakan Segalanya
Anak saya yang berumur tiga tahun, Xavier, meremas tangan saya saat kami memasuki Akuarium Monterey Bay di California. Ia menunjuk patung paus bungkuk berukuran asli yang tergantung pada langit-langit akuarium. “Besar sekali!” serunya dengan gembira, sambil kami terus menjelajahi setiap koleksi yang ditampilkan di sana. Kami tertawa ketika sekawanan berang-berang mencipratkan air saat diberi makan. Kami berdiri membisu di depan kaca akuarium yang berukuran raksasa, terpesona oleh ubur-ubur cokelat keemasan yang menari dalam air berwarna biru elektrik. “Allah menciptakan setiap makhluk di dalam laut,” saya berkata, “sama seperti Dia menciptakan Xavier dan Mama.” Xavier berbisik, “Wow.”
Dalam Tangan Allah yang Pengasih
Ketika kondisi kesehatan saya kembali merosot, saya mengkhawatirkan apa yang mungkin terjadi dan keadaan yang tidak dapat saya kendalikan. Suatu hari, ketika membaca sebuah artikel di majalah Forbes, saya mengetahui bahwa para ilmuwan menemukan adanya peningkatan dalam “kecepatan rotasi Bumi” dan menyatakan bahwa Bumi terus “bergoyang” dan “berputar lebih cepat”. Mereka berpendapat bahwa “untuk pertama kalinya dalam sejarah, kita mungkin perlu menghapus satu detik dari waktu global.” Kehilangan satu detik tampaknya tidak berarti, tetapi mengetahui bahwa rotasi Bumi dapat berubah adalah hal besar bagi saya. Bahkan ketidakstabilan sedikit saja bisa membuat iman saya goyah. Namun, kesadaran bahwa Allah mengendalikan segalanya telah menolong saya untuk tetap mempercayai-Nya, bagaimanapun menakutkannya ketidaktahuan saya atau rapuhnya keadaan saya.
Siklus Kasih Allah yang Agung
Sebagai seseorang yang baru percaya kepada Tuhan Yesus di usia 30 tahun, saya menyimpan banyak pertanyaan setelah menyerahkan hidup saya kepada-Nya. Ketika saya mulai membaca Alkitab, semakin banyak pertanyaan yang muncul. Saya pun menghubungi seorang teman sambil mengeluh, “Bagaimana mungkin saya menaati semua perintah Allah? Saya baru saja membentak suami saya pagi ini!”
Juruselamat yang Rela
Ketika sedang mengemudi pada larut malam, Nicholas melihat ada kebakaran di sebuah rumah. Ia langsung menghentikan mobil, bergegas memasuki rumah yang terbakar, dan menyelamatkan empat orang anak. Ketika pengasuh anak yang masih remaja menyadari masih ada satu anak lagi yang terperangkap di dalam, ia langsung memberi tahu Nicholas. Tanpa ragu Nicholas masuk lagi ke dalam rumah yang dilalap api. Ketika terjebak di lantai dua bersama seorang anak perempuan berumur enam tahun, Nicholas pun memecahkan kaca jendela. Ia melompat ke luar ke tempat yang aman, tepat ketika bala bantuan tiba. Dengan mendahulukan orang lain di atas keadaannya sendiri, Nicholas berhasil menyelamatkan semua anak di rumah itu.
Menemukan Harapan
Ahli kelautan Sylvia Earle telah menyaksikan sendiri kerusakan yang terjadi pada terumbu karang. Sebagai tanggapannya, ia mendirikan Mission Blue, sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan tempat-tempat khusus di seluruh dunia yang disebutnya sebagai “titik-titik harapan”. Terumbu-terumbu karang yang berusaha dilindungi itu “sangat penting bagi kesehatan laut” yang pada gilirannya juga berdampak pada kehidupan manusia di muka bumi. Lewat perawatan khusus terhadap wilayah-wilayah itu, para ilmuwan telah melihat adanya perbaikan dalam komunitas makhluk-makhluk hidup dalam air dan kehidupan spesies yang terancam punah dapat dilestarikan.