Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Xochitl Dixon

Juruselamat yang Rela

Ketika sedang mengemudi pada larut malam, Nicholas melihat ada kebakaran di sebuah rumah. Ia langsung menghentikan mobil, bergegas memasuki rumah yang terbakar, dan menyelamatkan empat orang anak. Ketika pengasuh anak yang masih remaja menyadari masih ada satu anak lagi yang terperangkap di dalam, ia langsung memberi tahu Nicholas. Tanpa ragu Nicholas masuk lagi ke dalam rumah yang dilalap api. Ketika terjebak di lantai dua bersama seorang anak perempuan berumur enam tahun, Nicholas pun memecahkan kaca jendela. Ia melompat ke luar ke tempat yang aman, tepat ketika bala bantuan tiba. Dengan mendahulukan orang lain di atas keadaannya sendiri, Nicholas berhasil menyelamatkan semua anak di rumah itu.

Menemukan Harapan

Ahli kelautan Sylvia Earle telah menyaksikan sendiri kerusakan yang terjadi pada terumbu karang. Sebagai tanggapannya, ia mendirikan Mission Blue, sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan tempat-tempat khusus di seluruh dunia yang disebutnya sebagai “titik-titik harapan”. Terumbu-terumbu karang yang berusaha dilindungi itu “sangat penting bagi kesehatan laut” yang pada gilirannya juga berdampak pada kehidupan manusia di muka bumi. Lewat perawatan khusus terhadap wilayah-wilayah itu, para ilmuwan telah melihat adanya perbaikan dalam komunitas makhluk-makhluk hidup dalam air dan kehidupan spesies yang terancam punah dapat dilestarikan.

Cahaya Pengharapan

Salib merah berkilau milik ibu saya seharusnya tergantung di sebelah tempat tidur beliau di pusat perawatan kanker. Selain itu, seharusnya saya menyiapkan diri untuk mengunjunginya pada masa liburan di sela-sela jadwal perawatannya. Menikmati satu hari lagi bersama ibu saya adalah hadiah Natal yang saya dambakan. Namun, saya malah berada di rumah . . . menggantungkan salib milik beliau pada sebatang pohon Natal imitasi.

Komitmen Allah yang Menghibur

Bertahun-tahun lalu, keluarga kami mengunjungi tempat bernama Four Corners (Empat Sudut), satu-satunya wilayah di Amerika Serikat tempat empat negara bagian bertemu di satu lokasi. Suami saya berdiri di bagian bertanda Arizona. Putra sulung kami, A.J., melompat ke bagian Utah. Putra bungsu kami, Xavier, memegang tangan saya ketika kami bersama-sama menginjak wilayah Colorado. Ketika saya bergeser ke bagian New Mexico, Xavier bercanda dengan berkata, “Ya ampun, Mama meninggalkanku di Colorado!” Kami tertawa saat menyadari bahwa kami sebenarnya berada bersama sekaligus terpisah di empat negara bagian. Sekarang, setelah kedua putra kami beranjak dewasa dan tidak lagi tinggal bersama kami, saya semakin menghargai janji Allah untuk berada dekat dengan seluruh umat-Nya, ke mana pun mereka melangkah.

Merefleksikan Terang Anak Allah

Setelah pertengkaran kami, akhirnya ibu saya setuju untuk bertemu di sebuah tempat yang jaraknya lebih dari satu jam perjalanan dari rumah saya. Namun, setiba saya di sana, beliau sudah meninggalkan tempat itu bahkan sebelum saya tiba. Dalam kemarahan, saya menulis pesan untuknya. Namun, saya langsung merevisinya setelah merasa bahwa Allah mengingatkan saya untuk menanggapi dengan kasih. Setelah ibu saya membaca pesan yang sudah direvisi itu, ia menelepon saya. “Kau sungguh sudah berubah,” katanya. Allah telah memakai pesan saya untuk menggerakkan ibu saya bertanya tentang Yesus. Akhirnya, beliau menerima Dia sebagai Juruselamat pribadinya.

Celikkan Mata Hatiku

Pada tahun 2001, seorang bayi prematur bernama Christopher Duffley membuat para dokter terkejut setelah berhasil bertahan hidup. Pada usia lima bulan, ia dimasukkan ke panti asuhan sebelum akhirnya diadopsi oleh bibinya sendiri. Seorang guru menemukan bahwa pada usia empat tahun Christopher dapat bernyanyi dengan nada sempurna meski ia buta dan mengidap autisme. Enam tahun kemudian di gereja, Christopher berdiri di atas panggung dan menyanyikan lagu “Open the Eyes of My Heart” (Celikkan Mata Hatiku). Videonya ditonton oleh jutaan orang. Pada tahun 2020, ia menyatakan keinginannya untuk menjadi duta penyandang disabilitas. Ia terus membuktikan bahwa segalanya selalu mungkin ketika mata hatinya terbuka terhadap rencana Allah.

Aku Bisa Melihat-Mu!

Ahli kacamata membantu Andreas yang berusia tiga tahun memasang kacamata pertamanya. “Coba lihat ke cermin,” katanya. Andreas memandang pantulan dirinya di cermin, kemudian menoleh ke arah ayahnya dengan wajah gembira dan senyuman lebar. Lalu sang ayah menyeka air mata yang membasahi pipi putranya dan bertanya, “Apa ada masalah?” Andreas memeluk leher ayahnya, sambil berkata, “Aku bisa melihat Ayah.” Ia menarik tubuhnya, mendongak, dan menatap mata ayahnya. “Aku bisa melihat Ayah!”

Hati yang Rela Memberi

Pada hari terakhir kami di Wisconsin, seorang teman mengajak Kinslee, anaknya yang berusia 4 tahun, untuk mengucapkan salam perpisahan. “Aku tidak mau tante pindah,” ucap Kinslee. Saya memeluknya dan memberinya hadiah sebuah kipas berbahan kanvas yang dilukis dengan tangan. “Kalau kamu kangen dengan tante, pakai saja kipas ini dan ingatlah tante selalu menyayangimu.” Kinslee bertanya apakah ia boleh mendapatkan kipas kertas di dalam tas saya saja. “Sayang, kipas itu sudah rusak,” ujar saya. “Tante ingin memberimu kipasku yang paling bagus.” Saya tidak menyesal telah memberi Kinslee kipas favorit saya. Melihatnya tersenyum sudah membuat saya bahagia. Beberapa waktu kemudian, Kinslee memberi tahu ibunya bahwa ia sedih karena saya menyimpan kipas yang rusak. Akhirnya mereka pun mengirimi saya kipas baru yang indah berwarna ungu. Pemberian yang tulus ini membuat Kinslee kembali bersukacita. Saya pun turut bersukacita.

Seperti Yesus

Pada tahun 2014, beberapa ahli biologi menangkap sepasang kuda laut kerdil berwarna jingga di Filipina. Mereka membawa kedua makhluk laut itu beserta rumah mereka yang berupa karang kipas laut jingga ke Akademi Sains California di San Francisco. Para ilmuwan ingin mengetahui apakah kuda laut kerdil dilahirkan dengan warna mengikuti induknya ataukah lingkungannya. Ketika kuda laut kerdil melahirkan bayi berwarna cokelat kusam, para ilmuwan menempatkan karang kipas laut berwarna ungu ke dalam tangki. Meski induk kuda laut kerdil berwarna jingga, bayi-bayi mereka berubah warna sesuai dengan warna ungu kipas laut. Karena mereka sangat rentan, kelangsungan hidup mereka bergantung pada kemampuan yang Allah berikan kepada mereka untuk membaur dengan lingkungan sekitar.