Kartu-Kartu Doa
Dalam suatu lokakarya penulisan tempat saya melayani sebagai salah satu pengajar, Tamy memberi saya kartu pos berisi doa dengan tulisan tangan di belakangnya. Ia menjelaskan bahwa setelah membaca biografi para pengajar, ia menuliskan doa khusus pada setiap kartu, lalu mendoakannya sembari memberikan kartu-kartu tersebut kepada kami. Saya sangat terkesan membaca pesan pribadi yang ia tuliskan untuk saya, dan berterima kasih kepada Allah yang menguatkan saya melalui apa yang Tamy lakukan. Saya pun balas mendoakannya. Setiap kali saya merasa sakit dan kelelahan selama lokakarya itu, saya mengeluarkan kartu pos tersebut, dan semangat saya disegarkan kembali saat membaca pesan dari Tamy.
Tak Terbayangkan
Saya duduk di bangku gereja tepat di belakang seorang wanita, saat para pemuji mulai mengajak jemaat menyanyikan lagu “I Can Only Imagine” (Sungguh Tak Terbayangkan). Saya memuji Allah sambil mengangkat tangan, sementara suara sopran yang indah dari wanita di depan saya menyatu dalam harmoni dengan suara saya. Setelah ibadah, beliau menceritakan tentang pergumulan kesehatannya, dan kami pun berdoa bersama untuk perawatan kanker yang akan dijalaninya.
Lebih dari Pemenang
Ketika suami saya melatih tim bisbol putra kami di Liga Kecil, ia menggelar pesta akhir musim sebagai hadiah untuk para pemain atas kemajuan yang mereka capai. Dustin, salah seorang pemain yang termuda, menghampiri saya dan bertanya, “Bukankah hari ini kita kalah?”
Misi Penyelamatan
Para relawan yang bekerja bagi lembaga penyelamatan hewan ternak di Australia menemukan seekor domba kesasar dengan bulu gimbal yang kotor seberat hampir tiga puluh lima kilogram. Mereka menduga domba tersebut telah terlupakan dan terhilang di padang belantara selama setidaknya lima tahun. Sambil menenangkan domba tersebut, para relawan mencukur bulunya yang tebal. Begitu terbebas dari bulu-bulu yang membebaninya, domba itu pun makan. Kaki-kakinya bertambah kuat. Domba yang diberi nama Baarack itu menjadi lebih nyaman dan gembira setelah melewati hari-harinya bersama para penyelamatnya dan hewan-hewan lain di tempat perlindungan tersebut.
Kekuatan Firman Tuhan
Pada malam Natal tahun 1968, antariksawan Apollo 8—Frank Borman, Jim Lovell, dan Bill Anders—menjadi manusia pertama yang memasuki orbit bulan. Sambil mengitari bulan sepuluh kali, mereka membagikan gambar-gambar bulan dan bumi. Dalam suatu siaran langsung, mereka bergantian membacakan Kejadian 1. Pada perayaan untuk memperingati empat puluh tahun peristiwa itu, Borman berkata, “Saat itu kami diberi tahu bahwa jumlah pendengar pada malam Natal itu akan menjadi yang terbanyak yang pernah ada. Dan satu-satunya instruksi dari NASA adalah agar kami melakukan sesuatu yang pantas bagi momen tersebut.” Hingga kini, ayat-ayat Alkitab yang dibacakan para antariksawan dari Apollo 8 itu masih menanamkan benih-benih kebenaran dalam hati orang-orang yang mendengar rekaman bersejarah tersebut.
Saling Menguatkan
Setelah selama seminggu kembali mengalami sakit, saya terhenyak lemas di sofa. Saya tidak ingin memikirkan apa pun. Tidak ingin bicara dengan siapa pun. Saya bahkan tidak dapat berdoa. Perasaan putus asa dan ragu menggayuti saat saya menyalakan televisi dan sebuah iklan muncul. Di sana tampak seorang gadis kecil berkata kepada adik laki-lakinya, “Kamu seorang juara,” katanya. Ia terus mengulangi ucapan yang menguatkan itu sampai adiknya tersenyum, dan saya pun ikut tersenyum.
Pengharapan Kekal
Solomon yang berusia empat tahun didiagnosis menderita distrofi otot Duchenne, suatu penyakit kemerosotan otot yang progresif. Setahun kemudian, dokter menyarankan agar Solomon menggunakan kursi roda. Namun, Solomon menolak. Keluarga dan teman-teman berdoa untuknya dan mengumpulkan dana untuk menyediakan layanan anjing terlatih yang akan menolong Solomon untuk tidak perlu menggunakan kursi roda selama mungkin. Tails for Life, organisasi yang melatih anjing saya, Callie, menyiapkan anjing bernama Waffles untuk melayani Solomon.
Bersama Lebih Baik
Marie adalah orangtua tunggal yang bekerja, tetapi ia hampir tidak pernah absen dari kebaktian atau acara pendalaman Alkitab di gerejanya. Setiap minggu, ia pulang pergi bersama kelima anaknya dengan bus, membantu bersih-bersih, dan menyiapkan kebutuhan gereja.
Alasan untuk Bersukacita
Ketika Glenda memasuki aula gereja, sukacitanya langsung memenuhi seluruh ruangan. Ia baru saja pulih dari operasi yang besar. Saat ia menyapa saya dengan akrab sepulang kebaktian, saya bersyukur kepada Allah atas tahun-tahun yang kami habiskan bersama—saat ia menangis bersama saya, menegur saya dengan lemah lembut, dan menguatkan saya. Ia bahkan meminta maaf saat merasa telah menyinggung perasaan saya. Apa pun situasinya, ia selalu mengundang saya untuk menceritakan masalah dan beban hidup saya dengan jujur, dan mengingatkan bahwa kami memiliki banyak alasan untuk memuji Allah.