Bagaimana Lepas dari Kekhawatiran?
Dalam situasi-situasi dan kondisi yang tak bisa kita kendalikan, yang datang tak terduga, memikirkan kemungkinan terburuk tidak akan menyelesaikan masalah—namun justru menambahkannya. Jadi, kalau khawatir hanya akan menambah masalah, mengapa kita melakukannya?
Banyak dari kita khawatir karena gagal mempercayai Allah Pencipta kita yang penuh kasih. Kita khawatir karena kita tidak percaya Allah
mengetahui yang terbaik bagi kita.
Klik tautan di…
Kala Khawatir Melanda
Rasa takut menghinggapi semua orang. Tak seorang pun bisa menghindari cengkeramannya yang kuat. Bahkan di negara yang stabil dan aman pun, orang tetap saja khawatir.
Menemukan Kedamaian Tuhan di Tengah Kesusahan
Kita tidak menampik, hari-hari ini kita jalani dengan sulit. Pandemi mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Mungkin dalam hati kita…
Banjir Jakarta: Kisahku di Bawah Hujan
Mendung gelap menyelimuti Jakarta. Aku bergegas memacu motorku ke arah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Rekan kantorku, sempat mengingatkan, "Cepetan pulang, mau ujan gede lho. Tuh langit mendung gitu."
Kasih Tanpa Rasa Takut
Selama bertahun-tahun, saya membentengi hati saya dengan ketakutan. Benteng itu menjadi alasan untuk tidak mencoba hal-hal baru, mengejar impian saya, dan menaati perintah Allah. Namun, rasa takut akan mengalami kehilangan, sakit hati, dan ditolak membuat saya tidak bisa membangun hubungan yang tulus dalam kasih dengan Allah dan sesama. Ketakutan membuat saya menjadi istri yang pencemburu, tidak percaya diri, dan selalu gelisah, serta ibu yang terlalu protektif dan selalu khawatir. Namun, sambil terus mempelajari betapa besarnya kasih Allah kepada saya, Dia juga mengubah cara saya berhubungan dengan-Nya dan dengan sesama. Karena tahu bahwa Allah akan selalu memelihara saya, saya merasa lebih aman dan bersedia menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri saya sendiri.
Panggilan untuk Berani
Di antara patung-patung tokoh pria (Nelson Mandela, Winston Churchill, Mahatma Gandhi, dan lain-lain) yang dipajang di Alun-alun Gedung Parlemen London, terdapat satu-satunya patung tokoh perempuan. Perempuan tersebut adalah Milicent Fawcett, pejuang hak pilih kaum wanita. Ia diabadikan dalam rupa patung perunggu yang memegang spanduk bertuliskan kata-kata yang ia sampaikan sebagai penghargaan kepada sesama pejuang hak pilih: “Courage calls to courage everywhere” (Keberanian memanggil keberanian di mana pun). Menurut Fawcett, keberanian satu orang akan memberikan semangat bagi yang lain—memanggil jiwa-jiwa yang takut untuk segera bertindak.
Bertahan dengan Berani
Ketika sebagian besar pemimpin gereja di Jerman tunduk kepada Hitler, pendeta dan teolog Martin Niemöller termasuk segelintir orang yang berani menentang kejahatan Nazi. Saya ingat pernah membaca cerita tentang suatu hari di dekade 1970-an, ketika sekelompok orang tua Jerman berdiri di depan sebuah hotel besar, seorang lelaki yang terlihat lebih muda dari mereka semua terlihat sibuk mengurusi koper-koper. Seseorang bertanya tentang mereka. “Mereka para pendeta dari Jerman,” jawab seseorang. “Lalu, siapa pria yang lebih muda itu?” “Itu Martin Niemöller—umurnya sudah delapan puluh tahun. Namun, ia tetap terlihat muda karena ia tidak kenal takut.”