Banyak yang bisa dihasilkan oleh sebutir benih yang kecil ketika jatuh ke tanah yang subur.
Pelayanan ODB Indonesia yang tahun ini genap berusia 20 tahun tidak tumbuh dalam waktu yang singkat. Jauh sebelum kantor perwakilan ODB berdiri di Jakarta, di tahun 1978, sudah ada benih kecil yang ditaburkan tiga mahasiswa sederhana di Yogyakarta. Saat itu, mereka belum lama bertobat, penuh gairah untuk bertumbuh secara rohani. Untuk membangun kebiasaan membaca Alkitab, mereka menggunakan Our Daily Bread, buku kecil berisi renungan 90 hari. Stefanus Junianto, salah satu dari tiga mahasiswa itu, pertama kali mendapatkannya dari sang kakak yang berlangganan Our Daily Bread dari Grand Rapids, Amerika. Stefanus pun ikut berlangganan, bahkan minta dikirim beberapa buku tambahan agar bisa dibagikan kepada teman-temannya.
Ingin agar ada lebih banyak teman mahasiswa juga diberkati oleh perenungan firman Tuhan setiap hari, Stefanus dan kedua sahabatnya pun sepakat untuk patungan membeli kertas. Masing-masing menyisihkan tigaribu limaratus rupiah, sebuah jumlah yang lumayan untuk kantong mahasiswa pada waktu itu. Lalu, dengan kemampuan bahasa Inggris seadanya mereka berusaha menerjemahkan, mengetik, dan memperbanyak renungan-renungan yang telah memberkati mereka.
Tanpa disangka, langkah kecil mereka mendapat sambutan positif. Makin banyak orang yang ingin ikut membaca. Permintaan terus bertambah. Jemaat gereja, persekutuan mahasiswa di Yogyakarta, dan bahkan dari berbagai kota di Indonesia. Pekerjaan tersebut dilanjutkan oleh adik-adik angkatan yang tergabung dalam Persekutuan Mahasiswa Kristen di Yogyakarta. Mereka mengumpulkan uang untuk membeli mesin stensil sendiri agar dapat memperbanyak renungan-renungan itu dengan lebih leluasa.
Generasi berganti. Para alumni akhirnya mendirikan Yayasan Gloria yang melanjutkan penerbitan dan pendistribusian Renungan Harian, terjemahan dari renungan Our Daily Bread sampai tahun 2008. Penerjemahan dan pendistribusian kemudian dilanjutkan oleh kantor ODB Indonesia dengan nama Santapan Rohani.
Hari ini, ada jutaan orang di Indonesia yang menerima dan membagikan berkat firman Allah melalui Santapan Rohani. Banyak cerita perubahan hidup yang terjadi karena orang menerima dan memahami Kitab Suci. Sebuah bukti nyata betapa firman Allah tidak pernah kembali dengan sia-sia (Yesaya 55:10-11). Setiap kali kita membagikan firman kepada orang lain, kita sedang menaburkan benih yang bernilai kekal. Dalam anugerah Allah, benih itu bisa mengeluarkan tunas, bertumbuh, dan berbuah pada musimnya (Markus 4:26-29), menyatakan pekerjaan Tuhan yang begitu mengagumkan dan masih terus berlanjut.