Memulai dan memimpin pelayanan ODB Indonesia sama sekali bukan cita-cita Netty Susanto. Ia senang membaca Our Daily Bread, buku renungan yang sudah dikenalnya sejak mahasiswa dan ikut menolongnya bertumbuh dalam pengenalan akan firman Tuhan. Namun, saat masih berkarir di dunia sekuler, ia diminta untuk membuka kantor perwakilan ODB di Indonesia tetapi ditolaknya. Netty merasa itu bukan panggilan hidupnya dan lebih memilih menjadi volunter yang memperkenalkan renungan tersebut ke gereja-gereja.

Sampai suatu hari, Tuhan memanggilnya dengan cara yang tidak terduga. Bulan Mei 1998, terjadi kerusuhan di beberapa kota di Indonesia, termasuk di Jakarta, tempat Netty dan keluarganya tinggal. Netty tak pernah melupakan hari saat ia harus berdiri dalam antrian panjang di bandara. Ke mana pun matanya memandang, ia hanya bisa melihat wajah-wajah yang tampak lelah, takut, dan lapar. Mungkin mereka telah kehilangan rumah, harta benda, orang-orang yang mereka sayangi, dan semua harapan mereka. Masa depan menjadi serba tak pasti.

“Kamu harus memberi mereka makan…” Orang-orang ini tak hanya membutuhkan makanan secara jasmani, tetapi juga makanan bagi jiwa dan roh mereka. Netty tersentak. Apakah Tuhan baru saja berbicara kepadanya? Wajah-wajah yang ia lihat hari itu mengingatkannya pada ribuan orang lapar yang diberi Yesus makan dengan lima roti dan dua ekor ikan (Markus 6:30-44). Seperti para murid, Netty merasa itu perintah yang mustahil dilakukan. Jangankan menolong orang sebanyak itu, menolong diri sendiri dan keluarganya pun ia tak yakin mampu. Namun, Roh Kudus mengingatkan dengan lembut bahwa yang mencukupkan makanan bagi ribuan orang bukanlah kemampuan para murid, melainkan kuasa Tuhan. Para murid hanya membawa apa yang ada pada mereka, tetapi yang melipatgandakannya adalah Tuhan sendiri.

Panggilan tak terduga di bandara itu mengubah semua rencana Netty untuk masa depannya. Bulan Juli 1998, Netty mulai bergabung dengan Our Daily Bread Ministries (saat itu masih disebut sebagai RBC Ministries). Pelayanan ODB Indonesia dimulainya dari sebuah rumah kecil kontrakan di daerah Cengkareng. Dengan bantuan beberapa staf dan volunter, Our Daily Bread dalam bahasa Inggris dan Mandarin dicetak lalu didistribusikan untuk melayani banyak orang yang menjadi korban dalam berbagai kerusuhan saat itu. Beberapa waktu kemudian, Tuhan membuka kesempatan bagi mereka untuk bekerja sama dengan beberapa radio lokal, sehingga ada lebih banyak orang yang dapat menerima “santapan” rohani setiap hari. Dua tahun kemudian, Tuhan memberkati ODB dengan sebuah kantor yang lebih memadai sehingga ODB Indonesia juga bisa menjadi pusat percetakan materi terbitan Our Daily Bread Ministries bagi sejumlah negara di Asia Pasifik.

Seperti yang dialami Netty, panggilan Tuhan dapat membawa kita keluar dari zona nyaman untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan yang ada di dunia ini. Kita bekerja bagi-Nya bukan karena kecakapan kita, melainkan karena Tuhan ingin kita mengenal-Nya lebih dekat, mengalami apa yang hanya bisa kita alami ketika kita berjalan bersama-Nya.